18 | Minum Obat

28.3K 3.6K 189
                                    

Vote dulu, oke?

.

.

Suster ganti kantong infus Danish pake kantong cairan obat. "Nyonya, ini tidak sampai setengah jam obat akan habis, jadi nanti saat sisa di garis ini tolong Nyonya segera panggil perawat supaya darah pasien tidak naik," ucap suster itu ke mamahnya Danish sambil nunjuk salah satu garis di kantong obat yang tadi udah dipasang.

Mamah Danish ngangguk paham.

"Kalau begitu saya permisi,"

"Terima kasih," ucap Mamah Danish.

Seperginya si suster, Mamah liat dulu kantong cairan obat Danish, terus noleh ke Danish yang juga lagi ngedongak liatin tetes laju obat.

Pandangan ibu dan anak itu kemudian ketemu, terus mereka sama-sama ketawa ringan. "Mamah yang bilang Danish nggak bisa nelen obat?"

Mamah nggak jawab, beliau cuma senyum makin lebar terus usak puncak kepala Danish sayang.

"Danish kalau abis diinfus obat bawaannya ngantuk," ucap Danish lagi.

"Ya udah tidur aja, Mamah tungguin sambil nunggu obatnya abis," ucap si mamah lembut.

"Em, Mah!" Danish rada ragu.

"Kenapa, Sayang?" Lembut banget si mamah.

"Mamah mau nggak bantuin Chris minum obat juga, kasihan kalau nunggu yang jagain dia ..., 'kan, tangannya nggak bisa buat pegang apa-apa,"

"Oh, iya Mamah lupa," ucap mamah. "Ya udah, Mamah ke ranjang Chirs dulu, yah?"

"Makasih, Mah,"

"Iya," jawab Mamah, terus beliau pindah ke sisi Chris yang emang tadi hordennya ditutup karena Chris ngantuk bilang mau tidur.

Diliat wajah Chris yang keliatan lelap dan damai itu, manis banget, keliatan murni meski mamah Danish tau kalau anak laki-laki ini juga yang dulu ketangkap polisi bareng Danish karena balapan liar.

Demi Tuhan, ada rasa kasihan liat anak laki-laki ini. Chirs memang tidur seperti bayi, tapi mamah Danish yakin ada lubang juga di dalam hati anak ini, pancaran kerinduan seorang anak pada ibu terlihat jelas sekali.

Dengan lembut Mamah Danish bangunin Chirs. "Sayang ... minum obat dulu, yah?"

Pelan Chris buka mata. "Euh, Tante?"

"Minum obat dulu, yah?" Ulang mamah Danish. "Biar Tante bantuin,"

Chirs yang masih ngantuk itu senyum, terus beringsut duduk. Matanya lucu banget nyipit gitu, beneran Chris itu definisi anak laki-laki imut. "Tante baik banget," puji Chirs.

Mamahnya Danish malah ngekekeh sambil buakin obat-obat Chris yang harus diminum. "Iya ini, Tante lagi baik,"

Chris ketawa. "Biasanya jahat?"

Mamah Danish ikut ketawa jadinya meski tanpa suara. "Ini tadi Danish yang nyuruh," Beliau suapin satu-satu obat Chris yang jumlahnya tiga itu. "Dia lagi tumben mau berbagi mamanya sama orang lain," terus nyodorin gelas isi air putih ke depan bibir Chris.

Selselai nelen baru Chris bersuara. "Tumben?" beonya.

"Hu'um," Mamah Danish ngangguk. "Danish itu manja banget sama Tante kalau kamu mau tau, meskipun wujudnya gagah gitu,"

"Pffft ...," Chris nahan ketawa.

"Em, tadi kamu makan sinagnya gimana, Chirs?" Mamah Danish baru inget.

"Oh, tadi disuapin Danish terus lanjut disuapin Alfi,"

____________________________________________________________

Alfi narik napas dalem nyampe dadanya ngembung, gedek liat nuansa merah jambu di samping dia yang sepertinya ngerasa pelataran toko ini milik mereka yang lagi jadi si Dilan dan Milea.

Tadi pas balik dari rumah sakit emang ujan reda bentar, tapi sekarang turun lagi, jadi Alfi, Sendi sama Kiran nepi.

Mereka neduh di emperan toko tutup yang ada tulisan, "Dikontrakkan," terus bawahnya ada nomer telepon.

"Dingin ...," rajuk Kiran manja.

"Kasihan, Princess," Itu suara Sendi.

"Kamu nggak mau gituh lepas jaket buat aku?" Suara Kiran makin kedengaran ngerajuk manja.

"Enggak, entar kalau aku lepas jaket, aku sakit kamu siapa yang jagain?"

"Hueek," Alfi--pura-pura--muntah, kompak bikin Sendi sama Kiran noleh ke dia.

"Hamil lu, Bre?" Sendi panik.

"Anjir lu! Trauma kuping gue denger kalian! Ngeri, Bangsat," sarkas banget si Alfi.

Sendi sama Kiran malah ketawa, seneng banget kayaknya liat si tuna asmara menderita.

____________________________________________________________

"Ayok kita nerjang ujan aja, Van! Kasihan Si Bos," Zenit kasih usul lagi nggak tahu ini udah yang ke berapa kali.

"Zen, itu ujan kaya air ditumpahin dari ember, nggak liat lu?" Vano nujuk ke arah luar pake dagu, tapi matanya tetep fokus ke hp. Bahkan Vano masih selonjoran di atas sofa markas mereka nikmatin konten kayak sebelumnya, tapi sekarang konten tik tok, liatin cowok-cowok ganteng yang pada make up terus berubah cantik. "Gila," gumamnya tiba-tiba pas cowok di layar hp berubah jadi kayak manusia barbie unreal.

"Van ...," Zenit mulai gedek. Dia pasang muka datar dan nyipitin mata nyorot Vano jengah.

"Ish, gila ... Cantik banget sialan," Vano beneran nggak ngedengerin Zenit, udah terlalu asyik.

"Vano!" bentak Zenit. Dia ngerebut hp Vano gitu aja saking keselnya.

"Apaan, sih, Zen?!" Vano nggak kalah nyentak. Dia berdiri sekarang.

"Lu itu temen macam apa, sih, Van? Bos Chris sendirian di rumah sakit!"

"Bos! Bos! Bos! Gedek gue, Bangsat! Gue malah seneng Chris di rumah sakit, nggak ada yang sok jadi Raja!"

"Vano!" suara Zenit naik satu oktaf.

Vano malah ngekekeh sumbang dibentak Zenit. "Lu bilang apa tadi? Temen? Nggak ada yang namanya temen di dunia ini, Zenit," Vano nyilangin tangan di dada dan ngejeda kalimatnya. "Adanya cuma orang-orang dengan kepentingan,"

"Ooh .... jadi lu temenan sama Chris cuma kepentingan?"

"Sama, 'kan kayak kita berdua?" sarkas Vano makin jadi.

"Van," Zenit coba mau ngalah.

"Tapi kalau lu mau bela-belain sakit, sana terjang ujan cuma buat jenguk makhkuk bosy yang jadiin lu babu itu,"

"Vano,"

"Pergi sana!" usir Vano.

Zenit Diem.

"Pergi," usir Vano lagi. "Chris penting banget, 'kan?

Zenit tarik napas dalam terus jakunnya keliatan naik turun nelen ludah kasar. "Sorry."

Tbc ....

Next?

PERMEN, GAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang