28 | Love is Love

23.6K 3.1K 55
                                    

Sabtu pagi Danish and the geng udah kumpul lagi di markas mereka, seperti biasa bakalan banyak makanan dan tentu saja permen lolipop rasa susu yang jadi hal utama.

"Jadi gimana ceritanya bisa itu orang gila masuk ke halaman rumah lu, Bro?" tanya Alfi setelah cabut permen lolipop rasa susu stroberinya dari mulut.

"Nggak tau, tiba-tiba aja itu orang udah ada di bawah kamar gue, mana kaya cicak gue nggak tau tiba-tiba bisa manjat," jawab Danish masih ngemut permen dengan gagangnya di sudut bibir yang luka.

"Gila, sih! Tenaganya gede juga itu orang gila, mana kaya psycho nyengir mulu mau bunuh anak orang," imbuh Sendi meski dia tetep fokus ke hp-nya chatingan sama Kirani.

"Untung Sendi dateng tepat waktu, kalau nggak kayaknya gue sekarang lagi minum anggur di taman Eden," Danish cabut permennya dari mulut terus ngekekeh kayak nggak abis dapat ancaman kematian semalam.

"Kalau ke taman Enden, kalau ke neraka gimana lu, huh? Nggak ada kita yang nolingin," sarkas Alfi.

"Gue anak baik, nurut sama orang tua, cerdas dan jujur,"

"Jujur apaan? Kemaren lu kencan sama siapa coba?" Sergah Sendi yang sekarang langsung abaiin hp-nya nggak peduli Kiran.

"Iya lu! Kami kejar udah ngilang aja kayak setan," imbuh Alfi.

"Masih bujang nggak lu?" Itu Sendi lagi.

Danish nelen ludah sebelum jawab cecaran pertanyaan temen-temennya ini. "Gue kencan sama anu ....,"

"Anu, anu, anu apaan?" Sendi galak banget. "Jangan bilang lu udah nggak bujang duluan dari kita karena udah nge-ewe cewek!"

"Sembarangan!" Alfi getok kepala Sendi yang mulutnya frontal banget itu.

Karena nggak usah ngomongin bujang nggak bujang, jujur aja mereka bertiga emang udah nggak ada yang masih bujang karena terenggut tangan. Bersolo di kamar mandi bersama nona-nona wangi yang berbusa dan licin sekali itu.

"Nggak, lah! Gue masih bujang! Elu kali, Sen! Bucin banget sama Kirani," Danish itu cerdas, jadi pas ada kesempatan dia balik pertanyaan untuk ngindarin pertanyaan sama siapa dia kencan.

"Nggak, lah! Gue mau nyium Kirani aja mikir ribuan kali, sayang banget gue ke dia! Jadi nggak akan gue rusak," bela Sendi.

"Tumben waras si love bird merah muda," Alfi nyerengit.

"Woy, lah! Ini tadi lagi bahas lu kencan sama siapa? Malah pada ngejekin gue mulu," Sendi kesel.

Dan Alfi sadar. "Oh iya! Lu kencan sama siapa, woy?"

"Sama...."

____________________________________________________________

"Taksa Chris Adinata! Woy! Bos Chris!" panggil Vano kesel karena dari tadi yang diajak ngobrol nggak ngerespon terlalu sibuk sama hp.

Mereka juga lagi ngumpul di markas mereka hari ini bahas pengin balapan lagi, tapi Chirs cuma manggut-manggut doang dengerin anak-anak buahnya bahas balapan--dia nggak peduli, dia lagi sibuk liatin hasil jepretan foto kemaren pas bolos bareng Dasnih--diem-diem.

Kalau dibilang bucin, Chris emang kayaknya terpapar itu virus beneran, sekarang pokoknya semua tentang Danish Janu Baskoro. Napasanya, degub jantungnya, dan kedipan matanya, semua-semaunya tentang Dasnih, Danish dan Danish.

Mungkin ibarat udah nyerahin seluruh hati, karena cuma ke Danish dia jatuh hati. Sedari awal dia divonis ngidap venustraphobia lima tahun lalu, dia nggak ada rencana jatuh cinta, karena pasti Chris nanti bisa mati muda kena serangan jantung.

Bahaya banget soalnya, dia baru dideketin cewek cantik aja bisa keringet dingin dan suplai oksigen nggak nyampe ke otak terus berakhir pingsan.

Untung perasaannya menyangkut ke Danish yang nggak ada cantik-cantiknya sama sekali, malah gagah, bahu lebar, tinggi, hidung mancung, dan senyum menawan, jadi Chris balakn baik-baik aja selamanya selagi cintanya sama dia.

Dia si Danish, Danish Janu Baskoro yang bikin bola mata Chirs berbinar, bibir tersungging nyetak senyum cuma karena liat fotonya doang.

"Woy! Bos lah!" Vano makin kesel. "BOSS!"

"Eh, buset!" Chris terperanjat karena Vano nyentak.

"Denger nggak, sih, gue ngomong apa? Setuju nggak, nih?" Ulang Vano.

"Iya, iya! Terserah kalian aja," Chris ngiyain aja apa rencana Vano padahal dia nggak denger beneran apa rencana itu anak.

"Sip!" Vano seneng, terus noleh ke Zenit. "Hubungin mereka, Zen!"

____________________________________________________________

"Oke! Oke, kalau lu nggak mau kasih tau siapa dia, biar nanti gue sama Alfi cari tau sendiri," Sendi silangin tangan di dada, nyandarin punggung ke sandaran sofa dan nyipitin mata nyorot Danish.

Alfi nunjuk Sendi tanda dia setuju.

"Jangan gitu, dong ... iya nanti gue kasih tau, tapi nggak sekarang, soalnya ini bakalan aneh banget dan kalian pasti nggak akan ngendukung gue," Danish mohon waktu dan ngiba.

"Eung?" Kompak Alfi Sendi ngedengung.

"Nggak ngedukung?" beo Sendi bungkukin tubuhnya lagi nyondong ke Danish yang emang duduk di sebarang dia.

"Sejak kapan kita nggak ngedukung pilihan dan ingin lu yang emang kadang selalu positif itu?" imbuh Alfi.

"Soalnya dia cowok juga kayak kita, Bro," lirih Danish ati-ati pake meringis takut sama mereka berdua.

Hening sejenak.

"Ya nggak masalah, lah!" Sendi angkat bicara akhirnya. "Mau itu cewek atau cowok, love is love, Bro ... kalau lu jatuh cinta, ya udah hajar aja!"

Danish noleh ke Alfi nunggu respon dia.

Alfi senyum. "Sebahagia dan senyaman lu, Dan! Kita temen cuma bisa ngedukung," Dia nepuk pundak Danish dua kali akrab.

Danish senyum lega temen-temennya bukan homophobia, meski belum bener-bener lega karena sejujurnya pacar dia adalah Taksa Chris Adinata musuh mereka.

Tbc ...

Jangan lupa Vote, Babe!

PERMEN, GAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang