19 | Kiss?

35.2K 3.9K 180
                                    

"Bos Chris ...," Vano ngedeket ke arah ranjang Chirs pasang muka sendu.

"Wih ... kalian," Chris senyum sumringah liat temen-temennya dateng.

"Baikan, Bos?" tanya Zenit yang bawain jeruk terus ditaro ke atas meja nakas.

"Mendingan, kok," Seneng banget Chris sumpah mereka jenguk, meski cuma bawa jeruk.

Vano duduk nyebelahin Chris di atas ranjang, bahkan kakinya ikut naik sekalian, semantara Zenit duduk di kursi sebelah ranjang.

"Jadi apanya yang sakit, Bos?" tanya Vano.

"Tangan doang sih ini," Chris nunjukin kedua tangannya yang di gip dan diperban pake itu dagu.

Vano ngangguk liat tangan si bos yang satu digendong dan yang satu telapak tangannya di perban nyampe ke jari-jari.

"Sorry baru bisa dateng, Bos ... nih, si anak manja takut keujanan katanya," Zenit ngadu dan dapet balasan tatapan nyalang dari Vano.

"Sans ... yang penting kalian udah ke sini sekarang, 'kan?"

"Iya, sih," Zenit ngangguk.

"Eh! Kebetulan, Ndra ... pengin pipis gue, anterin ke kamar mandi ayok!" Chris noleh ke Vano yang duduk di sebelahnya ini.

Vano nyerengit, terus liat tangan Chris. "Jangan bilang lu nyuruh gue buat anu, Bos,"

"Aish, ya emang buat apa lagi? Pegangin doang bentar, lu mau gue ngompol di sini?" Chris beringsut turun dari ranjang lewat sisinya yang seolah seperti biasa nggak mau denger penolakan.

Vano jatuhin bahu noleh ke Zenit.

"Sekalian cebokin juga, sih," Lanjut Chris yang udah jalan ke kamar mandi.

"Pfft ...," Zenit nahan ketawa.

"Apa lu aja, Zen?" Chris balik badan nanya ke Zenit.

"Eung?" Zenit cengo, mendadak deg-degan kek ditunjuk guru buat langusng kerjain soal di papan tulis. Gila aja, bosnya ini masuk golongan cowok imut, takut lemah mental Zenit.

"Dah gue aja!" Vano akhirnya turun dari ranjang pake muka kesel.

Beneran mereka berdua masuk ke kamar mandi. Chris berdiri di depan kloset yang penutupnya baru aja dibuka Vano.

"Buruan, udah nggak tahan, nih!" suruh Chirs karena Vano lambat banget gerakannya.

"Iya, iya ... sabar!" Vano meremin mata nurunin celana bagian depannya Chirs. "Ini ulet bulu beneran harus gue pegangin, Bos?" Makin seret aja matanya.

"Iyalah! Buru! Nanti nyecer gimana?!"

Gamang Vano mau pegang, mana dia terus tutup mata, makin kesel jadinya si Chris.

"Cok, lah! Yang bener, Suw ... lu juga punya! Nggak usah kayak cewek, deh!" Kesel Chris, mana urin rasanya udah di ujung.

"Iya! Iya!"

____________________________________________________________

Alfi ngusak mukanya naik turun, kesel dan gedek setengah mati, demi semua kulit ayam krispi yang ada di restoran siap saji ini rasanya dia ingin menenggelamkan diri ke dasar bumi.

Di depan Alfi, Sendi dan Kiran lagi asyik suap-suapan kentang goreng, pake bunyi-bunyian kereta api segala lagi. Harusnya tadi Alfi milih makan di rumah aja tau bakal gini. "Ya! Kalian berdua! Nggak bisa gitu sadar diri ini tempat umum? Gue yang malu, Njir ...,"

Sendi sama Kiran kompak noleh ke Alfi. "Bilang aja lu pengin suap-suapan juga," kata Kiran.

"Dan nggak ada yang disuapin," Imbuh Sendi sambil julurin lidah.

PERMEN, GAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang