36 | Kejutan

18.8K 2.6K 815
                                    

Vote dulu, oke?

.

.

Danish duduk sila di tengah ranjang sambil mainin ponselnya cuma buat nungguin balesan chat dari Chris. Danish bukannya tadi nggak cukup peka, dia ngerasa, kok, kalau ada sesuatu yang disembunyiin, yakin Chirs bukan ngantuk tadi dan sekarang nggak jadi tidur karena keliatan online, terus sialnya lagi chat dia cuma dibaca doang.

Tarik napas, perasaanya nggak enak. Mendadak gelisah nggak jelas. "Chris lu sembunyiin apa?"

"Jelas banget air muka Chris tadi bukan lesu karena capek, pancaran matanya juga bukan sendu karena ngantuk. Danish ngerasa dibohongi meski nggak jelas Chris bohong buat apaan.

Danish nanggapai kayak tadi--percaya Chris ngantuk--pas ngenter pulang cuma ngetes doang seberapa terbuka Chris ke dia semisal dia nggak minta Chris cerita.

Dan beneran Chris nggak cerita, sekarang malah online dan chat dia di read doang. "Mencurigakan," gumam Danish.

____________________________________________________________

Setelah ambil hoodie di kamar Chris turun lagi ke bawah, sambil niti anak tangga dia pakai hoodie-nya buru-buru.

Keluar dan ke garasi ambil motor, dia mau nemuin orang yang texting tadi, nggak tahu kenapa rasanya penting, antara yakin dan ragu kalau itu Vano.

Kalau semisal itu Vano mungkin dia mau ngajak duel, tapi Chris nggak masalah, malah seneng, kalau amarah Vano udah terlampiaskan, 'kan siapa tahu nanti bisa baikan.

Chris emang bossy, suka seenaknya sendiri sama Vano, tapi sebenernya dia peduli, kok! Bahkan sayang karena Vano aslinya baik di luar nalar buat Chris. Chris yakin itu.

Keluar dari pelataran rumah, dia lajuin motornya kenceng biar cepet nyampe ke sana. Jaraknya nggak terlalu jauh tapi nggak terlalu deket juga.

Nyampe lokasi, Chris dari tempat parkir langsung masuk ke lift dan nuju ke lantai teratas, dia nggak mau capek dan dia mau cepet nemuin yang dia yakin Vano itu.

Hingga pintu lift berdenting, Chris keluar, cuma butuh naik satu anak tangga lagi dia sampai ke rooftop-nya.

Buru-buru dia lari naikin anak tangga itu nyampe dentum sepatunya kedengeran menggema. Dia buka pintu dan pemandangan pertama yang dia liat adalah punggung tegap Vano yang duduk di bibir gedung. Beneran itu Vano.

Pelan Chris jalan ngedeket. "Van?" panggilnya.

Vano noleh. "Chris?"

____________________________________________________________

Di sisi lain Sendi udah nyampe ke lokasi duluan, sementara Alfi nyusul entar selesai dari toilet. Keluar dari lift dia naik niti anak tangga terakhir di gedung pusat perbelanjaan ini sambil telpon Kirani. "Lu di mana?"

"Baru turun dari bus, mau nyebrang," Kiran kedengeran ketawa di seberang sana. "kenapa?" tanyanya.

"Baru mau nyampe ke mall-nya?"

"Iya," jawab Kiran jujur. Dia emang naik bus bareng temen-temennya--teman di sekolah sebelumnya, dia bilang ke Sendi mau traktir shopping mereka biar nggak sedih Kiran tinggal pindah sekolah.

"Kirain udah nyampe," Sendi turunin bahu meski tahu Kiran nggak akan liat di seberang sana.

Kirani kedengeran ketawa lagi. "Gue naik bus, Ayank ..., kenapa emang?"

"Oh, iya lupa ..., em! Bisa nggak lu nanti langsung aja naik ke rooftop-nya?" Sendi semangat lagi. "Gue punya kejutan," Nadanya renyah banget.

"Kejutan?" beo Kiran.

"Hu'um," Sendi buka pintu Rooftop itu dan angin semilir langsung nyambut, dia senyum cuma bayangin doang nanti Kiran bakal seseneng apa tahu dia kasih kado Valentine yang bakal dibuat se-cute dan semanis ini. "Iya kejutan, jadi lu langusng naik aja nanti, oke?" Dan Sendi matiin sambungan sepihak.

Masukin lagi ponselnya ke saku celana kemudian, "Woeey ... ada ada anak-anak anjing," Sarkasnya liat Chris dan Vano yang ternyata ada di sana.

Kompak Chris dan Vano yang tadi berdiri adep-adepan noleh ke arah Sendi yang sekarang bawa kotak kado merah muda dan bunga mawar.

Vano ngedesis, terus geleng pelan liat ada yang katanya bad boy tapi bucin begitu.

Sendi jalan ngedeket ke arah mereka berdua yang emang deket banget sama bibir gedung. "Nggak nyangka bakalan ketemu kalian, turun, gih! Tempatnya mau gue pake buat nyenengin Ayank,"

"Gedung ini punya bokap lu?" Chris lebih sarkas.

"Bukan, sih! Ini punya ibu Rita, cuman gue nggak mau aja pacar gue entar kena radiasi ketololan kalian berdua,"

"Anak anjing ...," desis Vano.

"Hus! Hus! Sana pergi! Turun, mau gue pake!" usir Sendi sambil nepuk-nepuk dada Vano pake punggung tangannyan.

"Nggak usah sok keras lu, Njing!" Chris narik pundak Sendi ke belakang buat ngejauh dari Vano. "Kita lebih dulu di sini,"

"Apaan, nih?" Direbut kotak kado Sendi sama Vano.

____________________________________________________________

Alfi jalan niti anak tangga buat nyusul Sendi ke atas bawa drone sesuai pesanan Sendi, juga selembar kertas memanjang dengan tulisan 'Happy Valentine, Kirani'. Sebenarnya Alfi rada malu, tapi mau gimana lagi, Sendi maksa.

Hingga pas di dua anak tangga teratas Alfi denger suara Sendi di luar sana. "Kembaliin, Suw! Atau mau gue patahin lagi idung lu?"

"Patahin kalau lu bisa!" Suaranya nggak asing.

"Vano?" Suara dari belakang Alfi.

Alfi nengok dan dapati Zenit juga niti anak tangga. Mereka lempar pandang, sedetik kemudian suara Sendi kedengeran lagi lebih tinggi naik satu oktaf.

"Kembaliin, Bangsat!"

Alfi buka pintu dan Zenit lari naik kemudian,

"SENDI!!"

____________________________________________________________

BRUAK!!

"Se-Sendi?" gagap Kirani lirih, pacarnya jatuh tepat di depan kaki. Kaku seketika pas darah muncrat ngebasahin sepatu putihnya nyampe ke rok tutu abu yang dia pake.

Dada Kirani kembang kempis belum paham apa yang terjadi tapi dia tahu itu Sendi, Sendi-nya yang bawa kotak kado valentine warna merah muda buat kejutan katanya. Yang sekarang merah muda itu berubah cipratan merah darah.

"Sen?" Kaki Kirani lemes, telinganya berdenging, semua berjalan abu-abu dan pelan, bahkan dia nggak sadar ada suara sirine menggaung, pokoknya kayak filem, Kirani nggak tau apa-apa lagi saat seseorang narik dia ke belakang, dan kemudian pihak berwenang mulai ngerubungin dan nutupin tubuh Sendi yang tadi tertelungkup di depan kakinya dengan batok kepala pecah dan otaknya terburai.

Tbc ....

RIP. SENDI HANAFI

PERMEN, GAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang