38 | Yang Kuat, Chris!

25.5K 2.8K 193
                                    

Semua kumpul di markas setelah acara pemakaman dan pulang dari rumah duka keluarga Sendi. Hening, sepi, cuma ada suara detik jarum jam ketemu rintik air bekas hujan di depan. Kacau, sakit, pokoknya kayak ikut kehilangan separuh nyawa atas kepergian Sendi yang mengenaskan ini.

Alfi duduk nengadah nyandar ke sandaran sofa lunglai meremin mata dan nutup wajahnya pake lengan tangan.

Danish di sebelah Alfi duduk ngebungkuk numpuin siku ke lutut dan terus-terusan pijet pangkal hidung. "Gue mau jujur, Guys," ucapnya masih tetep ngerunduk. Dia tarik napas, terus nelen ludah. "Sorry gue udah berkhianat sama kalian semua, sebenernya sejauh ini gue- ...," Kalimat Danish nyangkut di kerongkongan dan malah luruh jadi genangan air mata yang dia tahan di ujung kelopak. Jilat bibir bawah. "Gue pacaran sama Chris, Chris si pimpinan musuh kita dan si Chris yang sekarang adalah terdakwa pembunuh Sendi kita," Bahu Danish getar. "Sorry gue salah percaya sama dia,"

Alfi lagsung meluk Danish detik itu juga.

____________________________________________________________

Dari terlapor setatus Chris dan Vano sekarang berubah jadi terdakwa, karena sidik jari Chris ada di hoodie Sendi bagian bahu, pun sidik jari Vano ada di kotak kado valentine yang Sendi bawa.

Demi Tuhan Chris takut, takut banget dan makin takut karena ngerasa sendiri. Bokap dia seolah nggak peduli kesehatan mental Chris, beliau cuma bilang akan nyariin pengacara terbaik di negeri ini--kasus nggak bisa diayar.

Besok sidang pertama, Chris nggak tahu harus gimana, Chris rasanya pengin lari, pengin teriak, pengin bilang dia depresi karena masalah ini. Dia nggak punya siapa-siapa, temen-temen dia semua lari ke Vano dan ngasih dukungan cuma buat Vano.

Sakit banget, sadar Chris penjahat selama ini, tapi demi Tuhan dia nggak ingin jadi pembunuh. Chris emang seenaknya sendiri ke temen-temennya dan saat dia jatuh begini dia ngerti, ternyata mereka lebih respect ke Vano karena kelakuannya sendiri yang bossy dan ambisi.

Cuma ke Danish dia ngerasa aman dan nyaman sebelumnya, cuma Danish yang tadinya Chris anggap paling tulus dan Danish-lah yang Chris anggap terbaik dan pasti akan selalu ada buat dia, pun Danish udah janji apa pun yang terjadi nggak akan pernah ninggalin dia, tapi nyatanya Danish sekarang juga nggak percaya dan malah jadi orang yang paling benci ke dia.

"Gue harus gimana?" Chris meringkuk ngermes seperai kasurnya sendiri. "Mom, tolong Chris takut," Dia makin ngegelung diri. "Mom ... Daddy nggak peduli, Chris sendirian ..., tapi Mommy percaya, 'kan kalau Chirs nggak salah?" Air matanya jatuh lagi. "Mom, tolong ... Chris takut, Mom ... Chris sendirian, Tolong bilang ke Tuhan, Mom ... Chris juga butuh sandaran, kirim satu aja temen biar Chris bisa bertahan, temen yang bener-bener peduli,"

____________________________________________________________

Vano terus-terusan duduk ngerunduk ngermes jemarinya sendiri. Temen-temen geng mereka juga hampir semua ada di sini. Tapi dia tetep takut, kotak kado valentine yang Sendi bawa terbukti ada sidik jari miliknya. Ditambah dia juga kepikiran sidik jari Chris di hoodie bagian bahu Sendi yang pasti nanti bisa jadi barang bukti kuat agar dia dipenjarakan. Vano benci Chris, tapi hatinya sekarang juga kerasa pongah ngebayangin Chris di rumah sendiri dan nanggung tekanan ini sendirian juga.

Diambil hp-nya di atas meja, ditelpon-lah Chris segera.

____________________________________________________________

Chris beringsut bangun dan duduk ngambil hp-nya yang bunyi. "Vano?" ucapnya liat nama siapa yang tertera di layar.

Rasanya kepengin tambah nangis, dia baru aja minta sama ibunya buat bilang ke Tuhan, dan Tuhan langsung kabulin. Diusap ikon jawab di sana dan Chris langsung tempelin ke telinga. "Boss, lu baik, 'kan?" Suara Vano getar di seberang sana.

"Gue baik, Bangsat ... makasih udah nelpon gue ...," Chris nangis jadinya.

Vano juga nangis di seberang sana meski ada sisipan imbuhan ketawa. "Gila yah, Boss ... biasanya kita cuma urusan sama BK, sekarang BK Real Life, dan penjara nunggu di depan mata kalau mereka menang,"

Chris usap mukanya kasar terus ikut ketawa. "Iya, yah Van? Ngeri kelakuan lu!"

Vano kedengeran ketawa lagi. "Lu kali, Bos,"

Dan mereka ketawa bersama akhirnya. "Kita berdua, Setan," Chris usap sekali lagi mata basahnya.

"Lu yang kuat, Bos!"

"Lu juga, kita berdua harus kuat dan bukitiin kita nggak salah,"

"Pengin peluk, Bos ...," rajuk Vano.

Chris ketawa. "Udah nggak marah lu ke gue?"

"Nggak, marahnya besok lagi aja kalau kasus ini udah selesai,"

"Dasar! Ya udah sini peluk!"

____________________________________________________________

"Besok gue jadi saksi di pengadilan, tapi gue bingung mau ngomong apa, karena gue bener-bener nggak tau persis apa yang terjadi, Dan," ucap Alfi.

"Tapi tolong lu katakan apa pun yang lu liat sejujur-jujurnya, Al! Apa pun itu, meski gue sayang banget sama Chris," Danish mohon, karena ini beneran kayak udah direncanain, bukti kuat--bagi Danish--kenapa bisa mereka bertiga ada di sana juga kalau itu semisal kecelakaan, dan kenapa Chris harus bohong ke dia pas pulang sekolah, Chris kenapa harus bilang ngantuk mau tidur, tapi nyatanya dia malah ke lokasi ke jadian. "Sendi temen kita,"

Alfi ngangguk.

Tbc ...

Next part kita hadiri pengadilan mereka, kita akan tau apa yang sebenernya terjadi dan siapa yang salah.

Gue mau nyari pengacara hebat dulu bentar buat baby Taksa Chris Adinata and baby Vano Mahendra!

Udah sejauh ini ternyata kalian nemenin gue nulis, lama dari 25 Desember sekarang udah 23 Februari aja ... 2 bulan, lama banget!! Semoga tidak bosan.

Dan buat kalian yang gue undang, makasih udah mau datang, semoga nggak nyesel dan nggak kapok gue undang.

Oke! See you next chapter!
Tolong jangan lupa vote-nya!

PERMEN, GAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang