"It's not your fault, it will never be your fault," -ljm.
Tentang yeonjoo dengan 23 kakak laki-lakinya. Keluarga yang tidak seharmonis apa yang terlihat, 23 kakak jail, adu mulut, seru-seruan?
Tidak.
Mereka dingin. Terlalu banyak hal yang disembunyi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
...
Sreekkk-
Krakk-
Mataku terbuka perlahan. Hawa dingin langsung menusuk tulang-tulangku. Aku mengernyit, menatap horor balkon kamar yang pintunya terbuka hanya ditutupi oleh gorden putih tipis, melambai tertiup angin malam di musim gugur.
Sejak kapan pintunya terbuka?
Kusibak selimut yang menyelubungi tubuhku, kemudian berjalan menuju pintu balkon dengan mata setengah terpejam. Tanganku yang hendak menutup pintu geser balkon terhenti. Mataku terbuka sepenuhnya untuk melihat apa yang ada di balkon.
Ada seorang perempuan yang tengah membelakangiku. Dia terlihat sepertiku, persis. Dia sedang berdiri menatap halaman rumah dari atas balkon. Yang membuatku heran adalah pakaiannya, ia memakai.... entahlah, drees putih yang agak lusuh dan ia tidak mengenakan alas kaki. Apa tidak kedinginan?
Tunggu, bukan itu intinya! Siapa dia?
Aku hendak menghampirinya. Daun kering yang berserakan di balkon perlahan melebar seperti memberiku jalan. Tetapi baru mengambil satu langkah, kakiku berhenti. Ia menoleh ke arahku.
Aku membeku.
Perempuan di hadapanku itu adalah aku? Wajahnya persis seperti wajahku, matanya, hidungnya, rambutnya seperti duplikatku. Hanya saja ia sedikit lebih tinggi dariku. Kami bertatapan, rambut panjangnya yang tidak beraturan tertiup angin.
uhuk!
Aku tersentak. Ia terbatuk cukup kuat hingga wajahnya menunduk dan rambutnya menutupi seluruh wajahnya. Ia kembali mendongak, mataku membelalak saat cairan merah turun dari mulut dan hidungnya. Tangannya masih menangkup darah itu walaupun tidak ada gunanya.
Darah itu terus merembes dari tangannya dan turun ke baju putihnya. Disisi lain, aku yang hendak membantu tidak bisa bergerak, seolah kakiku benar-benar beku di tempat. Dia terus terbatuk, dan darahnya terus mengalir. Kali ini bukan hanya dari hidung dan mulut, beberapa keluar dengan sendirinya dari dahi, lengan dan beberapa bagian tubuh lain.
uhuk!
uhuk!
uhuk!
"Hahhhhhh!!!!"
Aku tersentak bangun dari tidur. Keringatku mengucur deras dari kening dan leher. Dalam beberapa detik kurasakan badanku tidak bisa kugerakkan. Aku menatap langit-langit kamar dengan nafas yang masih menderu. Jantungku berpacu sedikit lebih cepat dan tanganku agak gemetar.
Mimpi buruk.
Aku menoleh ke arah balkon kamar -memastikan kalau itu benar-benar hanya mimpi. Pintu balkon tertutup rapat, bahkan gordennya pun tidak bergerak karena angin dari luar. Cahaya matahari mengintip dari beberapa celah.