SEVENTEENTH PIECE

54 21 2
                                    

Wish time moves slower when everything feels better.

Wish time moves slower when everything feels better

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Lagi-lagi aku melamun, duduk bersandar di pintu kamar rumahku.

Ya rumahku, bukan rumah ayah.

Sudah beberapa hari yang lalu aku tidak kembali ke rumah ayah. Sejak peristiwa hari itu. pemakaman bunda dilaksanakan tanpa hambatan di hari yang sama setelah kepolisian melaporkan bahwa kematian bunda dikarenakan keinginannya sendiri. Ditemukan juga beberapa alcohol dan tembikar yang belum terbakar di dalam mobilnya yang di parkir tidak jauh dari lokasi kejadian. Dan tepat setelah pemakaman berakhir, aku menyelinap pulang menggunakan taksi tanpa ada yang mengetahui.

Dan fakta-fakta terus muncul setelah kepergiannya.

Bunda tidak pernah pergi berlibur dengan teman kantornya ke pulau jeju. Setelah kematian bunda, polisi memberikan ponsel –yang kuyakini berbeda dari milik bunda yang kutau– kepadaku sebagai anak kandung bunda. Dan kalian tau apa yang kutemukan di ponsel itu?

Senyum miring meluncur mulus dari bibirku disusul dengan air mata yang lagi-lagi meleleh di pipiku.

Bunda yang mengirim semua clue tentang yura. Bunda yang memiliki rencana untuk memberitauku tentang yura. Pada ponsel itu terdapat catatan-catatan yang bunda catat secara rinci seperti diary kebanyakan remaja miliki. Bunda bilang ia tidak tahan membawa semua rahasia itu sendirian disaat dirinya selalu bertemu denganku. Ingatannya akan yura akan terus memenuhi kepalanya ketika menatapku.

Aku mengusap pipiku yang kesekian kali. Berusaha menghilangkan jejak air mata disana. Air mataku berubah menjadi isakkan tertahan.

Bunda tidak pernah membenciku, dalam diarynya bunda selalu mengatakan, bunda benci cara ayah memperlakukanku, bunda tidak suka dengan sikap ke-23 kakakku yang tidak acuh denganku. Bunda tidak suka dengan sikapku yang selalu dingin. Ia mengatakan aku kurang tersenyum, bunda ingin melihatku tersenyum, bunda ingin aku tertawa.

Tangisku pecah. Kugigit kuat-kuat bibir bawahku, berusaha mungkin untuk menghentikan tangis yang semakin menjadi ini.

Bunda sayang denganku.

But, i messed everything.

Dan aku tidak pernah melihat rasa sakit yang sebenarnya terpampang jelas di matanya. Aku tidak pernah benar-benar melihatnya dengan sepenuh hati. Aku hanya terus berpikir bunda adalah seseorang yang menyenangi pekerjaannya tanpa peduli denganku.


And that is so wrong.

They lost Yura, because of me. And, I lost my mom, because of me.


Aku terduduk dengan posisi lenganku yang memeluk lutut, menelungkupkan wajah –meredam suara tangisku sendiri. Beberapa saat aku tetap dalam posisiku, hingga terdengar suara bising dari luar rumahku, tepat di depan pintu. Hari sudah larut dan aku sendirian di rumah.

PUZZLE PIECE | NCT 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang