"It's not your fault, it will never be your fault," -ljm.
Tentang yeonjoo dengan 23 kakak laki-lakinya. Keluarga yang tidak seharmonis apa yang terlihat, 23 kakak jail, adu mulut, seru-seruan?
Tidak.
Mereka dingin. Terlalu banyak hal yang disembunyi...
Some children are simply born with tragedy in their blood.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
...
"Bang,"
Bang Xiaojun yang sedang focus mengendari mobil yang kami naiki bergumam tanpa menoleh kearahku. Aku terdiam sebentar sebelum kembali melanjutkan perkataanku.
"Nanti gausa jemput gua, ya," seperti biasa les di sore hari.
"Kenapa?" atensinya berhasil teralihkan dari jalanan di depan sana.
"Mm... mau ke mall, beli kanvas,"
Mobil berhenti di pelataran agak jauh tempat lesku berada, aku membuka pintu mobil setelah bang xiaojun mengatakan boleh dan memintaku untuk tidak pulang terlalu malam. Kemudian mobil yang dikendarainya kembali melaju di jalanan licin. Aku tertegun. Diam di tempat menunggu mobil yang dikendarainya hilang sepenuhnya dari hadapanku.
Aku mengeluarkan ponselku memesan taksi untuk sesegera mungkin datang ke lokasiku sebelum pelajaran dimulai. Ya, hari ini aku tidak akan mengikuti pelajaran di lesanku. Aku kembali mengeluarkan kertas berisi data seseorang yang kuambil semalam dari kantor ayah, dengan tulisan nama tebal yang tercetak disana.
Reporter Soohyun.
Aku menurunkan berkas-berkas yang semula tertumpuk rapi, mencari berkas milik reporter yang kucari. Jika aku mendapatkannya mungkin aku akan menemukan sesuatu yang penting dan berhubungan dengan clue pastinya.
Tanganku terhenti, saat nama yang kucari tertera di salah satu kertas.
Aku menariknya dan membaca kertas itu dengan seksama di bawah temaram lampu ruangan ayah yang mulai terasa dingin, membuat bulu kudukku sedikit meremang. Di kertas itu terdapat data-data pribadi milik sang reporter, mulai dari alamat kediamannya, status dan pengalamannya bekerja. Disana juga tercatat ia pernah bekerja bersama ayah, namun tercatat disana bahwa ia telah mengundurkan diri.
Aku mengernyit.
Kuraih kertas-kertas lain dengan nama asing yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku menyusuri deretan kata yang tertera disana. Dan lagi-lagi menemukan hal yang sama, semua orang yang ada pada data tersebut juga pernah bekerja dengan ayah dan mengundurkan diri di waktu yang bersamaan, serentak?
Aku kembali meletakkan tumpukan kertas itu pada tempat semula, menyisakan kertas milik Reporter Soohyun. Aku membuat gulungan pada kertas itu dan segera keluar dari ruangan ayah. Aku memutuskan untuk membawa kertas itu bersamaku ke kamar –entah berguna atau tidak, aku hanya merasa benda itu penting.
Kakiku terhenti di koridor.
Terdengar suara samar dari kamar yang tepat berada di samping kamarku.