Heeseung terbangun dari tidurnya dengan keringat yang bercucuran. Ia langsung mendudukan dirinya sambil terengah-engah.
"Heeseung! Lo udah bangun? Syukur deh. Gua kabarin Jay, ya."
Heeseung mengedarkan pandangannya ke sekitar. Ini kamar kosnya tidak ada yang berubah. Kasur, karpet, meja kecil penuh koleksi Tayo. Semua masih ada pada tempatnya.
"Hoon, sekarang hari apa?"
"Hah? Hari senin?"
Heeseung bernapas lega. Ia pasti bermimpi aneh-aneh karena terlalu kesenangan bisa membonceng Ni-ki semalam.
"Lah anjir tadi gue skip kelas pak Jimin dong?"
"Gak lo doang, tapi gue sama Jay juga. Kita semua bolos kelas pak Jimin."
"Ngapain lo berdua ikut bolos? Kan gue yang ketiduran."
Sunghoon menghela napasnya kasar sebelum menjawab, "Hee, lo gak inget kemaren malem lo kemana?"
"Rapat kan, terus pulangnya nganter Ni-ki ke kosan temennya."
Sunghoon membelalakkan matanya ketika nama itu disebut. Kepalan tangannya mengeras. Sunghoon mencoba menyiapkan hatinya untuk segala macam kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi setelah ini.
"Tapi, Hee, dia udah meninggal seminggu yang lalu."
Rasanya sepeti tersambar petir di siang bolong. Semuah mimpi indah sampai mimpi terburuknya ternyata bukan mimpi. Itu semua adalah kenyataan yang ia jalanin seminggu yang lalu. Itu artinya dunia Heeseung benar-benar hancur sekarang. Tidak ada lagi kata penolakan berupa mimpi. Ini semua adalah kenyataan yang harus Heeseung telan bulat-bulat.
"Kenapa lo gak bilang dari awal, Hoon? Kenapa?!"
"Gimana gue mau bilang, Hee? Seminggu belakangan lo malah keliatan seneng. Gimana bisa gue bilang pas lo lagi seneng-senengnya sampe lo bahkan lebih seneng dari Heeseung biasanya? Harusnya gue yang tanya lo sekarang. Kenapa bisa lo hipotermia sendirian di puncak sampe gak sadar 2 hari dan orang-orang sana bawa lo ke orang pinter?"
Sunghoon menarik napasnya mencoba menenangkan dirinya. Sunghoon tau. Heeseung belum stabil sekarang. Tapi begitu banyak yang perlu Sunghoon khawatirkan soal Heeseung. Apalagi tentang Ni-ki.
"Hoon, gue pengen sendiri."
"Tapi lo belom makan."
"Gue bilang gue lagi pengen sendiri!"
Sunghoon akhirnya bangun dari duduknya dan berjalan keluar. Tapi sebelum menutup pintu ia berhenti.
"Tolong pikirin diri lo juga, Hee." lalu Sunghoon hilang bebarengan dengan tertutupnya pintu kamar kos Heeseung.
Perlahan lelehan air mata turun ke pipi Heeseung. Ia mengusak wajahnya kasar dan menangis sejadi-jadinya. Mengeluarkan rasa sesak di dadanya. Namun sekeras apapun ia berteriak atau sekeras apapun ia menjambak rambutnya, rasa sakit dan kekosongan di dadanya tidak akan bisa hilang.
★☆★
"Lee Heeseung. Lee Heeseung tidak hadir?"
"Tidak pak."
"Alfa ya."
"Hoon? Heeseung kemana sih? Kok udah seminggu gak pernah masuk?"
Sunghoon hanya bisa menggeleng, "gak tau."
Sunghoon melirik ke arah Jay yang ada disebelahnya. Dan Jay tau sulit bagi Sunghoon untuk berbohong. Maka ia berikan sebuah usapan di bahu Sunghoon. Menguatkan. Asal untuk kebaikan Heeseung, Sunghoon akan melakukannya.
★☆★
Setelah seminggu mengurung dirinya dengan hanya berdiam di kamar kosnya. Hari ini, Heeseung memantapkan dirinya untuk mengunjungi tempat tinggal Ni-ki yang baru. Ia hanya membawa sebuket bunga dan doa sebanyak-banyaknya.
Setelah menaiki banyak anak tangga. Heeseung akhirnya sampai di depan batu bertuliskan nama Nishimura Riki beserta tanggal lahir dan juga tanggal ia pergi. Heeseung tersenyum pahit mengingat saat dimana Ni-ki membalas kata cintanya yang bersamaan dengan hilangnya ia kedalam pelukan cahaya.
Heeseung menaruh buket bunganya dibawah batu hitam itu. Lalu menekuk kedua kakinya untuk duduk dan mengirimkan banyak doa baik untuk Ni-ki. Walau sudah mencoba mengikhlaskan Ni-ki selama seminggu ini, tapi ketika di hadapkan dengan pusarannya, Heeseung tetap tidak bisa mengendalikan tangis. Tangisannya kembali pecah sampai ia tidak kuat lagi menahan beban dirinya dan menangis tertunduk di depan batu Ni-ki. Bermandikan air mata dan penyesalan.
"Can i hug him?"
Ni-ki yang berdiri sejauh sepuluh langkah dari Heeseung mendapat gelengan dari suara di otaknya yang sekarang berbentuk bayangan hitam yang berjubah.
"Can I say to him that every things will be okay?"
Bayangan hitam itu kembali menggeleng.
Dan hanya ini satu-satunya permintaan Ni-ki yang dikabulkan, memandangi sosok Heeseung yang sedang menangis sesenggukan di depan pusarannya. Dihari terakhirnya bisa menemui Heeseung di kehidupannya kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 DAYS ; heeki✔
Short StoryButuh 1 tahun untuk Heeseung mengenal Ni-ki, butuh 7 hari untuk membuat Heeseung jatuh cinta sedalam-dalamnya dan hanya butuh 1 malam untuk membuat Heeseung hancur sehancur-hancurnya. ⚠bxb, yaoi, angst, hurt/comfort [Lee Heeseung x Nishimura Riki] D...