10. Señorita

152 71 143
                                    

"Sakata mana sih!" gerutu Shima tak jauh dari depan pintu gerbang sekolah, menunggu Sakata.

Gadis dengan dress hitam di atas lutut itu begitu antusias untuk melihat festival budaya di sekolahan Sakata. Bahkan ia mengambil cutinya demi datang ke sini.

 Bahkan ia mengambil cutinya demi datang ke sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Ilustrasi outfit Shima]

Sakata mengedarkan pandangannya dan melihat Shima berdiri di dekat tenda salah satu lapak milik kelas lain. Laki-laki dengan kaos merah dan handuk di lehernya itu pun menghampiri Shima.

"Maaf lama. Tadi disuruh beli air galon."

"Lah, Sak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lah, Sak. Gue pikir tadi lo kang galonnya."

Hidung Sakata mengembang, mendengus kesal, menyipitkan matanya pada gadis di depannya. "Maashi ... udah gue bilang kan ... bajunya yang sederhana aja. Ni acara sekolah, bukan clubbing."

"Yaudah gue pulang!" Shima berbalik dengan wajah masam. Namun Sakata menahan pergelangan tangannya, mengajak berkeliling sekolahan.

Sakata juga membelikan sebuah topi untuk Shima agar gadis itu tidak kepanasan.

"Makasi my bubuu," ucap Shima sambil menepuk pelan pipi Sakata namun lama-lama makin keras sampai pipi Sakata merah dengan bentukan tangannya. Ntah kenapa ia gemas ingin memukul Sakata.

"Ayo ke kita lapaknya Urata-"

Tiba-tiba ponsel Sakata berdering, kali ini telpon dari teman kelasnya yang membutuhkannya untuk memasang kompor gas.

"Duduk di situ dulu sebentar, ya?" tunjuk Sakata pada sebuah kursi di dekat lapangan sepak bola. "Kalau ada apa-apa langsung telpon gue, oke?" ucap Sakata sembari menepuk pelan pucuk kepala Shima lalu segera berlari sampai ngepot.

Shima fokus menatap ponselnya. Tak lama setelah Sakata pergi, tiba-tiba ada yang memeluk bahunya dari belakang.

"HIH! SAKATA ANJ-"

Shima berbalik, dipikir Sakata menjahilinya. Ia seketika diam mematung, menjatuhkan plastik pentol di tangannya saat melihat seorang remaja bersurai kuning menatapnya dengan sendu.

"Maashi, ternyata beneran kamu. Kupikir tadi cuma halusinasiku aja." Senra merentangkan tangannya, hendak memeluk gadis di depannya. Namun bukannya membalas, Shima malah mendorong Senra dan segera mengeluarkan ponselnya.

"S-Sakata! Tolong gue! A-ada ... orang jahat di-"

Senra mengambil ponsel Shima sebelum ia selesai berbicara pada Sakata.

"Maashi! Dengerin aku dulu." Senra menahan pundak Shima, mencoba menjelaskan semuanya pada gadis itu.

"Kamu sadar nggak sih, cewek yang kamu sakiti ... kini takut memulai hubungan baru dengan orang lain! Dia mikir kalau orang baru ... sama aja bang***sa*tnya kayak kamu!"

Senra adalah mantan kekasih Shima.

Tenggorokan Senra tercekat saat melihat pujaan hatinya itu menatapnya dengan nanar dan berkaca-caca.

Senra mengatakan bahwa saat itu ia merasa sangat insecure karena mempunyai pacar yang ternyata lebih mapan darinya sementara ia hanya kang jual skin game dan jualan opak singkong di perempatan lampu merah.

"Aku ... cuma mau jadi yang pantas dulu buat kamu, Maashi. Maaf aku baru bilang. Habisnya kamu langsung blokir semua sosmedku sebelum aku sempat jelaskan semuanya."

Awalnya Shima dan Senra dipertemukan dalam sebuah GC Roleplayer. Frekuensi bertemu mereka sangat jarang sebab kesibukan masing-masing dan lebih sering secara virtual. Shima sibuk dengan kerjaannya, Senra sibuk modusin cewek lain.

Setelah hampir enam bulan lamanya menjalin hubungan, Senra baru mengetahui bahwa pacarnya adalah seorang pramugari. Hal itu membuat Senra tak percaya diri, merasa dirinya hanya seperti kentut, tak ada apa-apanya jika dibanding Shima dan akhirnya memutuskan pacarnya sepihak.

Namun setelah itu ia jadi merasa kesepian, sering bergonta-ganti pacar tapi tak pernah bertahan lama karena hatinya masih untuk Shima.

"Makasi udah jadi alasanku tersenyum saat aku sedih. Walau sekarang kamu menjadi alasan sedih itu sendiri. Nggak apa-apa, lepas saja kalau memang nggak bisa kamu genggam, Senra."

"Maashi-"

"Menaruhmu terlalu dalam di hati, sampai-sampai untuk menghapusmu ... seperti menyakiti diri sendiri."

Senra menghela napasnya. Ia membuka semua kancing bajunya, memperlihatkan beberapa sayatan di dada dan perutnya, juga lengannya.

Semenjak memutuskan hubungan dengan gadis pramugari itu, Senra sering menyakiti dirinya sendiri sebagai pelampiasan atas penyesalannya.

"Kamu ni nggak malu?!" Shima menghampiri Senra dan segera mengancingkan kembali kemeja mantan pacarnya itu.

Senra tertunduk, menyandarkan kepalanya pada bahu gadis di depannya. Pundaknya-yang Shima kira mampu menahan beban sebesar apa pun-bergetar, sangat pelan. Membentuk tremor yang terlihat sangat menyakitkan.

"Diantara dua orang yang saling melupakan, akan ada satu orang yang pura-pura lupa, itu lah gue. Maaf gue pernah sebodoh itu ngelepas lo, Maashi," ucap Senra dengan nada melemah.

Shima mendengar napas putus-putus terlampau kecil laki-laki itu tepat di sebelah telinganya. Ia pun menakup wajah Senra agar menatapnya, mengusap dengan ibu jarinya, menorehkan senyum tulus untuk laki-laki yang lebih muda 3 tahun darinya itu.

"Udah jangan nangis, ingusmu keruh tau. Ayo saling memaafkan, barang kali bisa balikan."

•••☣️•••

Detik-detik malam puncak acara festival budaya akan dimulai. Semua siswa berkumpul di tengah lapangan, mengelilingi api unggun.

Namun tidak dengan Sakata, ia masih berada di dalam kelas, sibuk bermain Diamond Rush. Shima telah mengirimkan pesan padanya bahwa ia sudah pulang lebih dulu dengan seseorang.

Saat laki-laki dengan nama depan Akira itu hendak membalas pesan, tiba-tiba ponselnya berdering, sebuah panggilan masuk.

Dahi Sakata berkerut, ia mematikan panggilan itu. Namun tak lama kemudian berdering lagi. Telepon dari seseorang dengan kode telepon internasional +34

"Tengo un billete de avión para ti [Aku sudah pesankan tiket penerbangan untukmu]," ucap seseorang dengan suara berat di seberang sana.

Sakata menggenggam erat ponselnya dengan gigi gemertak dan tatapan nanar. "¡Te lo dije, no iré! no me molestes [Sudah kubilang kan, aku nggak akan pergi! Jangan ganggu kehidupanku]"

"¿Quieres que le pase algo malo a tu señora? [Apa kamu mau sesuatu yang buruk terjadi pada gadismu?] Takahashi Urata."

•••☣️•••
21-01-22

『𝕸𝖞 𝕶𝖆𝖎𝖈𝖍𝖔𝖚』 ✔ 𝚂𝚊𝚔𝚊𝚄𝚛𝚊 𝚂𝚎𝚗𝚂𝚑𝚒𝚖𝚊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang