pertemuan pertama

30.7K 987 32
                                    

kutatap meja no 19 yang sedang kosong tanpa memperduliin Miciko yang memohon-mohon diengan wajah memelasnya.

"Rin please gua mohon"

kuhela nafas jengah dan menatap Miciko malas.

"nggak Ko"tolakku geram entah untuk keberapa kali.

gimana nggak geram kalau hidupnya selalu di ganggu? sudah dua minggu ini dia mohon-mohon agar aku datang kerumahnya dan melamar kakaknya. apa dia sudah gila? aku cewek yang seharusnya di lamar bukan melamar!!!.

tanpa memperdulikan Miciko aku kembali metatap meja no 19 dengan lesu. cowok yang selalu datang ke cafe ini dan memesan hot chocolate nggak kesini lagi, cowok yang membuat mataku nggak bisa berpaling ke lainnya, cowok yang membuat hatiku berbunga-bunga dan deg-degan hanya dengan melihat senyumnya, cowok yang sukses membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Airin gua mohoooon"pintanya memelas.

kuhela nafas lelah dan kembali meminum hot chocolateku yang sudah dingin dengan nikmat tanpa memperduliin wajah memelasnya.

"Airin..... please......"

kembali kuhela nafas lelah menatap Miciko yang sudah berkaca-kaca.

"pernikahan itu nggak semudah kita mengucapkannya. pernikahan itu harus di dasari rasa saling suka atau cinta satu sama lain, minimal kenal deh Ko, nah ini? gua aja nggak kenal keluarga loe, apalagi kakak loe??"

dia menghela nafas frustasi menatapku sendu, kupalingkan wajahku berusaha mengabaikan tatapan Miciko yang memelas, sungguh aku nggak tega melihatnya, tapi mau bagaimana lagi? aku juga masih waras kali, aku nggak mau menikah dengan orang yang nggak aku cinta, boro-boro cinta, kenal aja kagak.

"tapi loe kan bisa......"

"nggak ada tapi-tapian Koko, ini malasalah hati bukan materiiiii!!"

"cinta bisa dat......"

"hay semua, keliatannya lagi serius banget nih, bicarin apaansih?"kata Kalva memotong perkataan Koko.

"cewek loe kayaknya desprete deh gegara kakaknya batal nikah"kataku sarkastik.

bukan maksud bikin Koko jadi tambah sedih atau apa, tapi dia itu beneran nyebellin, coba bayangin aja kamu jadi aku yang setiap harinya di teror kayak gini? kan makin lama makin sebel.

pletak.

kuusap kepalaku yang nyut-nyutan karena jitakan maut ala Kalva Febrianto. menyebalkan.

"kalau bicara di jaga atuh oneng"kata Kalva tanpa memperduliin ekpressiku yang kesakitan karena perbuatan tangannya.

"ya loe mikir aja Va???? masak gua di suruh nikah sama kakaknya? gua aja baru 19 tahun Va, 19 tahuuuun!! dan gua ini cewek yang seharusnya di lamar bukan melamarrrr!!"kataku histeris.

Kalva memutar kedua bola matanya jengah. yah aku tau Kalva sudah tau hal ini, dan lebih parahnya dia malah setuju dengan ide konyol sang kekasih tercinta. Miciko Hermawan.

"loe tinggal bilang 'Ya masalah selesai"

pletak.

kini jitakan mautku yang sukses mendarat di kepala Kalva membuatnya meringis kesakitan dan mengelus-elus kepala bagian yang ku jitak di bantu sama Miciko menatapku tak suka.

hah terserah mereka lah. bodo amat. emangnya siapa suruh bicara seenak udelnya? rasakan akibatnya.

"ah tau'ah pusing pala gua ngadepin loe berdua"kataku bangkit berdiri berjalan manjauh dari cafe gorden.

>>>>>>>>

"sayang bangun"teriak mama di luar kamar diikuti gedoran membahana.

Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang