Wedding Story || In The Past (3)

10.8K 526 10
                                    

"Airin"panggil Kalva memegang kedua pundak Airin, menatap wanita itu serius "loe harus gugurin dia"

"Nggak Kalv, dia nggak salah apa-apa. aku nggak mau gugurin dia"kata Airin menjauhkan kedua tangan Kalva dari pundaknya dan berdiri dari duduknya.

"Tapi Rin!! loe nggak kasian sama bokap, nyokap loe? mereka pasti shok dengernya, apalagi bokap loe punya penyakit jantung, loe mau bokap loe meninggal mendengar anaknya hamil di luar nikah? loe mau kehilangan bokap loe? nggak kan? lebih baik loe gugurin dia sekarang sebelum ada yang tau masalah ini"kata Kalva ikut berdiri dari duduknya menatap Airin serius.

Airin kembali menggeleng dengan air mata yang terus berjatuhan "Plese Kalv, jangan nyuruh gua gugurin dia, gua nggak bias Kalv, ini kesalahan gua, dia nggak tau apa-apa Kalv, gua nggak bisa gugurin dia, gua nggak mau"

Kalva menraup wajahnya kasar dan memegang kedua pundak Airin membawa Airin untuk menatapnya "listen to me Rin. gugurin dia"

Kepala Airin kembali menggeleng  menjawab perkataan Kalva "gua nggak mau Kalv, gua nggak bisa, ini kesalahan gua, gua nggak mau nambah dosa lagi, dosa gua udah banyak Kalv, gua nggak mau nambah lagi. please ngertiin gua sekali aja Kalv, Please"kata Airin dengan wajah memelas menatap sepupunya penuh permohonan.

Kalva melepaskan kedua pundak Airin dan mendesah berat, dia berjalan kearah sofa duduk dengan frustasi. dia nggak mungkin bisa gugurin anak Airin kalau Airinnya sendiri memilih mempertahankan janinnya, entah apa yang ada di otak Airin sampai memilih pilihan kayak gitu. dia nggak tau akan jalan fikiran Airin.

"Terus loe mau jujur sama bokap, nyokap loe kalau loe di perkosa? apa loe nyakin berani jujur sama mereka? sedangkan kesalahan ini loe sendiri yang buat"kata Kalva menatap Airin yang masih berdiri di tempatnya.

Airin bergerak gelisah mendengar perkataan Kalva, dia nggak mungkin sanggup buat bicara jujur sama kedua orang tuanya, dia nggak akan berani, tapi menggugurkan janin yang ada di kandungannya itu jelas nggak mungkin, dia nggak mau menggugurkan anaknya, meski anak itu hasil pemerkosaan tapi nggak ada haknya buat dia gugurin anaknya, walau bagaimanapun anak dalam kandungannya berhak menghirup udara di dunia ini, berhak merasakan tawa dan canda, anaknya berhak merasakan itu semua.

"Bawa gua pergi Kalv"kata Airin perih.

Sontak Kalva menolehkan kepalanya kearah AIrin, menatap wajah Airin nggak percaya "apa loe bilang?"

"Bawa gua pergi, gua nggak sanggup bicara jujur sama orang tua gua, tapi gua juga nggak mau gugurin anak gua. please bawa gua pergi Kalv, kemana aja, bawa gua pergi"

"Loe gila hah? kalo nyokap, bokap loe Tanya sama gua loe di mana apa yang harus gua jawab? yang bener aja dong Rin bicaranya"

Airin berjalan mendekat kearah Kalva menggenggam tangan Kalva dengan kedua tangannya yang dingin dan meremasnya pelan "gua mohon Kalv, bawa gua pergi, gua nggak sanggup liat wajah bokap sama nyokap gua kecewa, gua nggak sanggup Kalv, please bawa gua pergi"

Kalva melepaskan genggaman tangan Airin dan berdiri dari duduknya, berjalan kearah kaca melihat taman bunga di halaman belakang dari lantai atas. taman bunga. ia dia bisa membawa Airin ke taman bunga sahabat kakaknya yang sudah menikah.

Kalva kembali membalikkan badan menatap AIrin yang ternyata juga masih menatapnya.

"Ok. tapi nanti kalau anak loe lahir loe harus titipin dia di panti asuhan"

Mulut Airin terbuka nggak percaya sama perkataan Kalva. apa sepupunya gila? orang tua mana yang rela menaruh anaknya di panti asuhan? nggak, dia nggak mau.

Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang