Semangat baru, Rencana baru

11.8K 714 26
                                    

in the past 4-nya di detik-detik mau ending ya. kalian pasti akan tau nanti kenapa aku taruh part itu di detik-detik terakhir.

Ps. Typos?? Sory

>>>>>>>>>

Kalva tersenyum perih mengingat kenangannya dulu, masalalu sepupunya, tangannya terkepal erat mencoba meredamkan emosi yang tiba-tiba datang, kefrustasian dan tangisan menemani jalan mereka di masalalu yang nggak akan ada orang yang tau kecuali Asyia.

Kendra masih terdiam, mencerna semua perkataan Kalva dan merekamnya baik-baik, kepalanya menoleh kearah Kalva menatap wajah pemuda yang sering ia sapa dulu saat bermain di rumahnya atau saat mau menjemput adiknya yang playgirl untuk malam mingguan. Mencari kebohongan di wajah pemuda itu, tapi bukan kebohongan yang ia dapat, yang ia dapat malah sebuah keseriusan dan setitik emosi Nampak terlihat di wajah pemuda itu, meski dari samping, tapi dia bisa melihatnya.

Kalva menolehkan kepalanya menatap Kendra yang masih menatapnya "Gua harap kakak bisa bahagiaan Airin"katanya sembari tersenyum tipis, tangannya terangkat menepuk pundak Kendra beberapa kali "dia orang yang baik, sama kayak kakak, semoga bahagia"sambungnya berdiri dari duduknya.

Dia menghela nafas berat dan merapikan bajunya yang masih rapi dan berjalan kearah pintu, tangannya memutar handle ke kanan.

"Kalau gua nggak bisa bahagiain dia? Gimana?"

Pintu yang hampir terbuka kini berhenti, Kepala Kalva menoleh kearah Kendra yang ternyata juga sedang menatapnya datar, nggak ada pancaran apa-apa di mata pria itu, yang ada hanya kehampaan.

Kalva tersenyum tipis "Loe nggak akan tau kalau loe nggak nyoba"katanya terdengar santai dan melenggang pergi, membiarkan Kendra termenung dalam duduknya.

'Loe nggak akan tau kalau loe nggak nyoba' simple memang, tapi penuh makna.

Pintu kembali terbuka menyadarkan Kendra kembali dalam hayalannya dan mendongak, menatap wanita yang tadi buat bahan omongan sedang berjalan kearahnya, nampan berisi, air putih, nasi, sayur serta lauk pauk kesukaannya ada di atas nampan itu, bibir wanita itu tertarik keatas, senyuman tulus yang dapat Kendra liat.

"Maaf kak, aku nggak bisa nemenin kakak hari ini, aku ada kuliah Sore, ini udah jam 3, aku pergi dulu ya, besok aku kesini. Assalamu'alaikum"katanya mencium punggung tangan Kendra dan berlalu setelah mengambil tas slempang berwarna coklat di kursi yang tadi di duduki Kalva.

.

Airin berjalan tergesa-gesa menghindari rintikan hujan yang akan menerpa tubuhnya untuk masuk kedalam rumah, cekikikan yang berasal dari rumah menghentikan buku-buku wanita itu untuk menorong pintu rumahnya, matanya menoleh garasi atau jalan di depan rumahnya, dan benar saja, mobil-mobil berjejeran, mobil yang sama seperti kemaren saat dia baru saja mengantar kepulangan Kendra dari semarang.

Di hirupnya udara sekitar yang terasa kian menepis, kepalanya mengangguk mencoba menyakinkan dirinya sendiri kalau dia masuk kedalam rumah dia nggak akan mati.

Perlahan di dorongnya pintu coklat di hadapannya dan kembali menutup, cekikikan yang tadi terdengar perlahan raib, wanita itu kembali mengambil nafas dalam-dalam, kepalanya menoleh kearah sofa ruang tengah dan tersenyum tipis, kepalanya mengangguk sebagai bentuk sopan santun yang selama ini mamanya koar-koarkan.

Kakinya melangkah kearah Dion, menyalimi tangan laki-laki itu yang sedang tersenyum manis.

"Semalem tidur di rumah Kalva?."tanya Dion menatap adiknya teduh.

Airin mengangguk dan tersenyum tipis "Iya bang. Airin masuk kedalam dulu ya, capek habis pulang dari kuliah,"pamitnya yang di jawab anggukan dari kepala Dion "Mari."sambungnya sesopan mungkin dan melangkah maju kedepan mencoba santai, tak lama percakapan kembali terdengar dan tawa menggelegar kembali keluar.

Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang