Aku Mencintaimu -The End

11.2K 389 51
                                    

Hujan di ibukota masih turun dengan deras, petir dan gledeg seolah tidak ingin tinggal diam untuk meramaikan suasana di siang hari kala itu.

Dua orang berbeda gender terlihat kacau dalam ruangan yang sama, mata yang memerah, rambut berantakan. Yang perempuang sedang asyik melamun duduk di depan TV yang menyala. Sedangkan sang Pria hanya membolak-balikkan majalah otomatif tanpa minat, di atas ranjang. Nyawanya seolah melayang entah kemana.

"Kalv," panggilan lirih bernada rendah dengan suara yang serak, membuyarkan lamunan pria di ruang itu.

"Apa?" jawabnya tanpa minat, tangannya masih membolak-balikkan majalah otomotif, kalau di lihat lebih teliti, majalah otomotif yang di pegang terbalik.

"Emangnya gua gak pantes bahagia?"

"Entah,"

Keduanya kembali terdiam, suara penyiar berita dari dalam mengalun, memecahkan keheningan yang terjadi.

"Gua mau cerai, Kalv. Padahal gua masih muda."

"Sama."

"Ngenes banget sih hidup gua." Ratapnya lelah, tangannya mengacak-ngacak wajah yang sudah lebih dari kata mengenaskan. Lebih ke menyeramkan. Eyeliner melintang di bwah mata, lipstick meleber sampai dagu. Belum lagi rambutnya yang acak-acakan. Dia terlihat zombie secara harfiah.

"Sama,"

Dengan kesal melempar remote kearah Kalva yang tepat mengenai pelipis pemuda itu.

Kalva hanya melirik tanpa minat dan kembali melamun, terlihat menekin bernyawa.

Mereka berdua terlihat sama-sama mengenaskan.

"Kenapa ya, Rin, mereka nggk pernah mikirin prasaan orang lain?"

"Mungkin... mereka selalu berpikir, kalau apa yang mereka perbuat selalu benar."

Helaan nafas kasar keluar dari bibir Kalva.

"Mungkin, ini semua karena gua punya salah sama loe." Kaanya ambigu.

Airin menaikkan alisnya, tidak mengerti arah pembicaraan kalva. "Loe ngomongin apa?"

Helaan nafas berat kembali terdengar. Seolah pemuda itu ingin membuka rahasia yang sangat penting.

"Anak loe..." katanya mengambang, lidahnya kelu untuk kembali melanjutkan apa yang sudah dia mulai. Pikirannya kembali berkemelut. Tidak, bukan sekarang! Ini bukan waktu yang tepat. "Nggak ada, luapakan!" dia kembali memeilih untuk menjadi pegecut.

"Apa Kalv? Gua gak ngerti." Sahutnya mengintrogasi, dia tidak bias meninggalkan percakapan ini begitu saja. Setelah dia mencoba bersabar beberapa tahun hanya untuk menunggu Kalva jujur akan buah hatinya. Dia ingin Kalva mengatakan semuanya, alasannya dan apapun itu.

"Nggak ada Rin, nggak jadi."

Airin memincingkan matanya, mau sampai kapan Kalva menyembunyikan ini semua darinya? Mua sampaikan kapan menyembunyikan rahasia yang seharusnya dia berhak tau? Mau sampaikapan dia akan terus-terus berpura-pura kalau dia itu tidak tau apapun? Apa mereka tidak tau? Kalau bersikap pura-pura bukan hal yang mudah? Kalau sikap itu menyakiti hatinya semakin dalam?.

"Anak gua masih hidup kan?" pertanyaan Airin membuat Kalva shock di tempat, tangannya berhenti bergerak, matnya enatap Airin yang menatapnya tajam. Dia sudah tau.

"Gua tau Kalv, gua gak sebodoh yang kalian piker." Katanya kembali mengalihkan tatapan ke arah Tv, bersikap acuh atas reaksi Kalva yang terlalu berlebihan.

Kalva menelan salivanya susah payah. Seperti ada yang tersangkut di tenggorokan.

"Loe..."

"Iya, gua udah tau," sambungnya seolah mengerti apa yang akan di katakana Kalva.

Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang