18. I Love You!

79 35 62
                                    

Happy Reading-!!

•••••

18. I Love You!

"BANG EN!!"

Sang pemilik nama langsung berdiri ketika adiknya memanggil dengan sedikit berteriak. Tidak hanya Enzi, tapi semua pria itu berdiri dari duduknya.

"Kenapa? Ada orang itu tadi? Lo gak kenapa-kenapa, kan?" tanya Enzi sambil menghampiri Cansu.

Cansu menggeleng pelan. "Gue udah mandi, semua kamar mandinya kosong gak ada yang mau mandi?"

"Yaallah Maemunah! Bikin orang jantungan aja!" kesal Arga, dia tak mengharapkan hal buruk terjadi pada Cansu. Tapi, teriakan gadis itu tadi sukses membuat para pria itu jantungan.

"Dikasih informasi bagus bukannya bilang makasih malah kesel gitu," cibir Cansu.

"Thankyou so much for information. Tapi lain kali jangan teriak gitu!" balas Arga tak mau kalah.

"Tau ih, mana kita bahas masalah serius, lo teriak jadi dugeman jantung kita," tambah Aarav.

"Calon saudara tiri kompak ya sekarang." Cansu tersenyum sambil geleng-geleng kepala tak menyangka Aarav dan Arga bisa akrab dalam waktu singkat.

"Udah sono mandi! Bang En juga mandi, gue mau balik ke villa dulu," suruh Cansu sebelum meninggalkan mereka para pria.

"Habis bikin orang jantungan malah pergi gitu aja," gumam Enzi sambil geleng-geleng kepala.

Arjuna menepuk pundak Enzi. "Jangan lupa itu adek lo, juga jodoh gue."

Dengan cepat Enzi menoleh dan menepis tangan Arjuna. "Naudzubillah, ogah gue punya adek ipar modelan lo!"

•••••

Sore sudah digantikan oleh malam. Api unggun sudah menyala dan para murid duduk membentuk lingkaran. Semua murid tenang kecuali Enzi dan Arjuna, kedua pria itu sibuk berebut duduk di sebelah Cansu. Enzi terus mendorong Arjuna agar pria itu tidak dekat-dekat dengan Cansu. Begitupun Arjuna, dia keras kepala mempertahankan posisi duduknya di samping Cansu.

"Lo berdua ribut terus gue bakar ye!" ancam Cansu membuat keduanya langsung terdiam.

"Arjuna tuh, bukan gue," adu Enzi sambil menyandarkan kepalanya ke pundak adiknya.

"Dia duluan yang dorong-dorong, bukan gue." Arjuna juga mengadu pada Cansu. Pria itu ikut menyandarkan kepalanya di pundak Cansu.

Enzi membulatkan matanya melihat keberanian Arjuna. "Bangun gak lo!" geram Enzi sambil menunjuk Arjuna.

"Gak!" balas Arjuna tak mau kalah.

Cansu menghela napasnya pasrah, belum ada lima menit Enzi dan Arjuna kembali ribut. Cansu mengangkat kedua tangannya lalu merangkul kepala Enzi dan Arjuna bersamaan. Tangannya bergerak pelan mengusap kepala kedua pria itu.

"Udah jangan ribut, sama-sama gue elus biar adil."

"Ya tapi kan-" ucapan Enzi terhenti saat Cansu mendaratkan kecupan di dahi pria itu.

Arjuna tersenyum tentu dia mengharapkan hal yang sama. "Buat gue mana?"

"Bukan muhrim," balas Cansu cepat.

"Selamat malam semuanya, pada kegiatan kali ini seperti biasa yaitu api unggun dan juga penampilan dari siswa-siswi yang memiliki bakat. Pertama-tama dipersilahkan untuk Bapak Bambang menyampaikan sambutan sebagai pimpinan acara."

Cansu menghela napasnya, sebenarnya ini adalah acara yang paling membosankan untuknya. Hanya mendengar nyanyian, itu semua adalah hal yang paling tidak berguna untuknya, bukankah lebih baik tidur untuk mengisi energi esok hari?

CANSU (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang