2. Martabak Manis.

184 113 179
                                    

Happy Reading-!!

•••••

2. Martabak Manis.

Kruuukkk

"Ishh udah malem, mana laper lagi. Bang Enzi juga keluar," kesal Gadis itu saat merasakan perutnya lapar.

Gadis itu Cansu, ia meraih ponselnya dan mencoba menelepon Kakaknya. Setelah lima panggilan ditolak Enzi, akhirnya panggilan ke-enam diangkat sang Kakak.

"Bang lo masih lama 'kah?" tanya Cansu saat panggilan itu terhubung.

"Iya, pulang jam dua gue. Jangan nelpon lagi, gue ada di tempat balapan. Gak kedengeran suara lo," balas Enzi dari sebrang lalu memutus panggilan secara sepihak.

Tut tut.

Sungguh! Cansu tak percaya dengan kelakuan Enzi, bisa-bisanya mematikan panggilan secara sepihak tanpa tahu maksud Cansu meneleponnya. Segala umpatan dan sumpah serapah sudah Cansu lemparkan kepada Enzi. Emosinya semakin menjadi saat lambungnya masih meronta-ronta meminta makan.

Cansu mondar-mandir tak jelas, memikirkan makanan apa yang bisa menahan rasa laparnya. Mie instan? Tidak, rasanya tidak cukup untuk lambung Cansu. Walaupun berat badannya tak seberapa, tapi Cansu memiliki nafsu makan yang banyak. Itulah definisi dari makan banyak tapi tidak bisa gemuk.

"Beli martabak manis di depan ajalah," putusnya.

Cansu langsung mengambil dompet, lalu keluar kamar. Dengan cepat ia menuruni tangga lalu berjalan keluar rumah. Tak lupa juga mengunci pintu rumah dan pagar. Cansu berjalan menyusuri jalan yang lumayan sepi, Cansu tak menggunakan motornya karena si pink kesayangan sedang menjalani perawatan. Servis rutin.

Setelah lumayan lama berjalan akhirnya Cansu sampai di depan kedai martabak manis dengan selamat. Cansu segera memesan martabak dengan toping favoritnya. Keju!

"Tunggu ya neng, duduk di situ dulu," ucap si Penjual.

Cansu mengangguk, tangannya mengambil salah satu kursi lalu duduk manis. Sembari menunggu Cansu mengeluarkan benda tipis dari sakunya. Menyalakan ponsel, matanya membulat saat banyak sekali notifikasi dari instagram. Jarinya bergerak membuka aplikasi itu.

"Aarav?"

"Kayaknya gue pernah denger namanya," bingung Cansu.

Karena rasa penasarannya, ia mengunjungi akun instagram Aarav.

"Ck, ternyata temannya Junjun."

Dengan senang hati Cansu mengikuti balik akun Aarav, tak enak juga kalau tak memberi respon apapun. Kerena Aarav juga sudah banyak mengiriminya pesan.

"Ini neng."

Cansu menoleh ke arah sangat penjual, "Berapa?"

"Lima puluh ribu."

Cansu segera membuka dompetnya lalu memberikan satu lembar uang berwarna biru. Selembar uang itu ditukar dengan satu kantong plastik berisi martabak manis pesanannya. Setelah selesai, Cansu berjalan menuju rumahnya.

Kembali lagi menyusuri jalanan yang semakin sepi. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri. Waspada dengan bersiap mengeluarkan jurus yang sudah dipelajarinya di sanggar wushu. Langkah kaki Cansu terhenti saat dia merasakan tetesan air dari langit mengenai kulitnya. Namun tetesan itu lama-lama menjadi hujan yang cukup deras.

"Ya Allah hujan!" pekik Cansu berlari ke pinggiran salah satu toko untuk meneduhkan.

"Aduh gimana ini? Mana gak bawa motor. Kalo nunggu redah pulang jam berapa gue. Perut gue masih laper lagi," gerutunya cemas.

CANSU (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang