PART 17; AKHIRNYA BAIKAN.

1K 104 13
                                    

**ada beberapa istilah medis yang mungkin membuat kalian yang paham jadi bingung. saya ngetik sesuai imajinasi dan hasil search google. jadi, mohon dimaafkan jika ada salah ketik atau pengartian🙏🏻🙏🏻**

Happy reading!



Jenan terbangun di ruang rawat inap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Jenan terbangun di ruang rawat inap. Di keningnya ada bandage yang menempel. Ia pingsan di pelukan Theo ketika mereka berdua di taman.

"Jen?" Theo memanggil namanya. Membuat Jenan merenguh kesakitan di kepalanya.

"Gue dimana?" tanya Jenan menatap langit-langit ruangannya. Jarinya memijat kepalanya pelan.

"Kak Juan!" ia langsung terduduk. Kakinya yang telanjang turun dari kasur cepat-cepat dan berlari ke ruang ICU. Rasa pusingnya tiba-tiba menghilang.

Tangan Jenan meraih pintu ruang ICU dan mendapati kakaknya terpejam di atas ranjang rumah sakit dengan alat bantu pernafasan dan pacemaker yang tertempel di dadanya yang sedikit terbuka.

"Kak..." panggil Jenan lirih. Jarinya meraih pembatas ranjang tempat Juanda berbaring. Air matanya menetes kembali dari matanya yang masih sembab. Wajahnya masih membengkak dari tangisnya tadi siang.

Theo yang di samping pintu beratatapan dengan adiknya yang terbangun dari tidurnya karena suara keras Jenandra membuka pintu. Theo mendudukkan dirinya di sebelah Ryuna yang masih terlihat mengantuk. Mereka menatap Jenan yang berdiri di samping ranjang kakaknya. Jujur, mereka merasa sangat kasihan.

"Jen?" panggil Theo.

"Kak Juan.."

"Katanya janji ngga bakal kenapa-kenapa. Ngapain lo sekarang disini?" Jenan tertawa kecil. Tawa itu menyembunyikan luka. Pria itu sedang menangis. Air matanya lolos begitu saja terjatuh di atas punggung tangan kakaknya yang tak bisa merespon apapun.

"Ingkar janji lo, awas!" ucapnya tegas, suaranya bergetar.

"Jangan kemana-mana, ya.. Lo belum lihat adik lo ini lulus SMA. Janji ke Korea barengan kita belum kesampaian. Ayo kak liburan bareng, tapi dengan syarat lo ngga boleh kenapa-napa. Bodo amat gue harus protective ke lo buat kali ini kak, gue janji bakal jagain lo. Tapi, bangun ya. Kalau gue harus lulus cepet buat lo, gue ikhlas kok. Tapi bangun, kak.." Jenan menyeka hidungnya. Air matanya tak bisa berhenti ketika berbicara.

"Masa lo tega ninggalin gue sendirian? Hidup gue buat lo kak.. Bangun, please. Gue mohon banget." pria itu menangis keras kembali. Dadanya sesak. Ia tertunduk. Lalu menggeleng pelan.

"Ini..." Theo menyedorkan tisu kearahnya. Tapi Jenan tak menggubrisnya.

"Jen... Sini." Theo meraih pipi Jenan. Tangannya mengusap air mata sepupunya dengan pelan. Ia tahu Jenan sedang rapuh, ia butuh seseorang untuk sekarang. Bukan waktu yang tepat untuk bertengkar atau apapun. Jenan masih terisak dengan air mata yang tak mau berhenti.

Jenandra & KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang