PART 13; PENGAKUAN THEODORE.

475 61 1
                                    









🌻🌻🌻🌻🌻🌻







Selamat hari Nyepi





Bantu vote ya manteman!








Bantu vote ya manteman!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









🌻🌻






Vio terdiam. Pipinya masih memerah. Mendengar pertanyaan Jenan barusan membuat pipinya semakin memerah.


"Kenapa, Jen?" Juanda menghampiri mereka dengan tersenyum. Di dalam hati ia ingin sekali tertawa.


"Kalian habis ngapain?" tanya Jenan. Ia melihat Vio dan kakaknya barusan. Jujur saja Jenan masih takut. Juan menatap gadis disampingnya. Kepalanya tertunduk.


"Cuma ngobrol," jawab Juan enteng. Jenan mengangguk paham. Ia lalu melangkah pergi.


"Eh, Jen!" Vio menarik lengan Jenandra. Hal itu membuat Jenan menoleh. Juan yang melihatnya menatap mereka berdua secara bergantian.

"Temenin gue ke supermaket," ajak Vio.

"Mau sama aku?" Juan bertanya, menawarkan diri. Jujur, Vio mau saja. Tapi, ia masih malu atas kejadian tadi.

"Ngga usah, kak. Aku sama Jenan aja," jawab Vio. Ia lalu menarik tangan Jenan untuk pergi dari situ, meninggalkan Juan yang masih berdiri terdiam menatap adiknya dan teman barunya itu.




Tumben akur?










Jenan berjalan di belakang Vio yang berada di lemari dingin minuman. Mata gadis itu nampak mencari-cari sesuatu. Ia berbalik badan.

"Eh!" dug. Kepala Vio terbentur dada bidang Jenan untuk kedua kalinya. Jarinya mengelus keningnya lembut.

"Sakit?" Jenandra membungkuk, menyetarakan tingginya dengan gadis di depannya. Matanya menelusuri kening Vio.

"Sini!" kedua tangannya menangkup kepala Vio lalu meniup keningnya pelan.

"Udah," ia melepaskannya.

"Biar ngga sakit lagi. Kakak gue kalau jatuh suka gue tiupin juga. Biar ngga luka," sambungnya. Vio hanya terdiam. Hatinya sedikit berdegup lebih kencang.

"Apaan anjir? Masih bayi lo? Cuma kebentur gini doang mana ada luka sampai memar. Alay banget!" ucapan Vio barusan sedikit menyinggung hati Jenan. Tetapi Vio mengucapkan hal itu diluar kendali karena merasa gugup.

Apabila gadis ini tahu jika memang keadaan Juan seperti itu, ia pasti akan meminta maaf berkali-kali. Tapi, Jenan tak mau menceritakan soal kakaknya ke siapapun.

Jenandra & KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang