Jangan lupa vote✨HAPPY READING‼️
Sudah seminggu dan Juanda belum juga tersadar. Jenan masih setia menungguinya meski hari ke 4 ia harus masuk sekolah karena mengurus persiapan ujian. Raut mukanya masam menandakan jika ia benar-benar tak bersemangat."Semangatin gue dong!" seru Jenan memainkan bolpoin di sela-sela jarinya. Jenan sedang terduduk di lantai, mengerjakan soal-soal. Ia tahu jika ia duduk di sofa itu akan membuatnya sakit punggung karena sofa dan mejanya memiliki tinggi sejajar.
Theo dan Ryuna sedang mencari makan malam. Hanya Juanda dan suara alat bantu rumah sakit yang menemani Jenan untuk belajar. Tapi, Jenandra benar-benar hampir menangis hanya karena melihat buku pelajaran dan soal-soal yang ada disana.
"Ufff..." bibirnya mengerucut lucu. Jenan meletakkan kepalanya di atas lengannya yang terlipat di atas meja.
"Jen?" seseorang memanggilnya. Itu Theo.
"Ini." Theo menyerahkan sebuah kantong plastik berisi subways, membuat kepala Jenan terangkat kembali.
"Ekstra saus tomat?" Theo mengangguk. Theo dan Ryuna duduk di sofa belakang Jenandra.
"Ga ada semangat gue." ucap Jenan tiba-tiba. Theo meliriknya.
"Kak Juanda kapan bangunnya, ya? Ini udah seminggu." lanjutnya dengan nada cemas. Ia kembali membaringkan kepalanya di atas meja. Masih dengan jarinya yang memainkan bolpoin, Subwaysnya ia biarkan terletak di samping bukunya tanpa terbuka, masih terbungkus seperti sebelumnya.
"Permisi." seseorang masuk dengan membawa sebouquet bunga dan parcel buah-buahan, membuat Jenan dan kakak beradik di belakangnya menoleh.
"Dari kantor.." ucap orang itu sambil tersenyum sopan, seolah memberi hormat kepada orang-orang muda di sekililingnya. Tangannya yang keriput meletakkan barang yang ia bawa ke atas meja samping ranjang.
"Perasaan 3 hari lalu udah dikirim. Kok lagi?" tanya Jenan kebingungan.
"Kantor ngirimnya 3 hari sekali. Dan.. ini.." pria tua itu mengeluarkan secarik kertas yang terlipat. Lalu menunjukannya ke Jenandra.
"Biaya administrasi rumah sakit dan seluruh perawatan tuan Juanda Alversado untuk minggu ini, saya atau utusan kantor lain akan kemari untuk mengecek nanti untuk kedepannya. Sampai tuan Juanda pulih dan boleh kembali ke rumah." lanjutnya. Jenan mengangguk paham.
"Permisi." pria tua itu membungkuk cepat, lalu keluar pergi. Jenan menghembuskan nafasnya keras, lalu melirik kakaknya yang sedang terbaring. Tetap di posisi yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenandra & Kehilangan
Fiksi PenggemarJenandra Alversado, seorang remaja yang sekarang hidup untuk kakaknya, Juanda Alversado. Kakak-beradik ini susah dipisah. Jenandra selalu ada dimana 'pun Juanda berada, tapi Juanda tak selalu ada dimana 'pun Jenandra berada karena Jenandra tak membi...