Handsome (ShinWaka)

555 46 44
                                    

"Jadi kekasihku oke"

Wakasa menatap ke arah pemuda yang sering kali dilihatnya melakukan tindakan dan mengulang kalimat yang sama pada beberapa gadis di kelasnya.

Orang itu adalah Sano Shinichiro. Seorang yang cukup terkenal di sekolah mereka sebagai orang yang telah mengencani lebih dari dua puluh orang. Hanya saja, tidak satupun dari para wanita itu bertahan lebih dari sehari.

Seorang playboy kelas kakap, Wakasa mengakui itu.

Wakasa tidak mengenal Shinichiro, mereka berada di sekolah yang sama. Hanya saja sifat introvert Wakasa membuat pemuda itu jarang berinteraksi dengan sekitarnya. Satu-satunya alasan mengapa Wakasa mengenalnya, itu dikarenakan Shinichiro yang sudah 4 kali ke datang ke kelasnya untuk mengajak beberapa gadis berkencan.

Wakasa memperhatikan bahwa gadis yang berada di depan Shinichiro dengan tegas menolaknya.

Wakasa memperhatikan Shinichiro yang tidak terlihat sedih sama sekali. Bahkan Shinichiro dengan santai berkata tidak apa.

Tanpa sengaja, tatapan mereka bertemu. Shinichiro mengedipkan sebelah matanya pada Wakasa.

Wakasa merasakan panss berada di sekitar wajahnya. Lelaki berambut pucat dengan topi Beanie yang menutupi kepalanya itu segera memalingkan wajahnya menghindari tatapan Shinichiro.

Wakasa memalingkan wajahnya untuk beberapa detik sebelum akhirnya kembali menoleh. Dan kali ini pria yang mengedipkan matanya tadi berada tepat dihadapannya.

"Hei"

Wakasa merasa jantungnya hampir copot. Wakasa meneguk kasar air liurnya. Mengedipkan matanya untuk menunjukkan keterkejutannya.

Shinichiro tersenyum secerah matahari. Playboy kelas kakap itu menyodorkan bunga dan cokelat yang dibawanya tadi untuk Wakasa.

"?"

Wakasa menatap bunga dan cokelat itu dengan bingung. Memiringkan sedikit kepalanya dan berkedip beberapa kali. "Hah?"

Shinichiro meraih tangan Wakasa tanpa ragu. Membuat Wakasa memegang bunga yang dibawanya. "Hei Imaushi Wakasa, ayo berteman. Aku Sano Shinichiro"

Wakasa menatap tangan mereka yang bersentuhan. Dan dengan segera Wakasa melepas pegangan Shinichiro pada tangannya.

Wakasa bangkit dari duduknya untuk kabur dari Shinichiro. "Kau aneh"

Mereka kini menjadi pusat perhatian sekitarnya. Shinichiro menatap kepergian Wakasa dengan bingung.

~~~~~

Selama beberapa hari ini Shinichiro terus berusaha mendekati Wakasa. Berbicara panjang lebar meski pemuda dingin seperti Wakasa mengabaikannya.

Kegigihan Shinichiro tidak diragukan. Entah apa yang membuat si sulung Sano itu sangat berusaha untuk berteman dengan Wakasa.

Kali ini Shinichiro bolos hanya untuk mendukung Wakasa yang sedang bermain basket.

Wakasa itu cukup tampan, cukup banyak gadis yang menyukainya. Hanya saja sifat dinginnya membuat Wakasa tidak begitu menonjol.

Jadi, ketika Shinichiro datang untuk mendukung Wakasa, bisa dibilang ia satu-satunya pria yang mencolok diantara para gadis yang mendukung Wakasa.

Wakasa diam-diam tersenyum kecil melihat bagaimana Shinichiro menyoraki namanya dengan semangat.

Tak lama setelah pertandingannya, Wakasa menang. Shinichiro menyambut Wakasa, merangkul bahu Wakasa dengan santai. Dan dengan tak tau malu mengambil handuk dan botol minum dari gadis yang mendukung Wakasa.

"Hei, aku melihatmu tersenyum. Itu cantik, jadi jangan terus cemberut. Kau akan terlihat seperti seorang kakek-kakek"

Ocehan tak bermutu Shinichiro adalah hal yang hampir setiap hari di dengar Wakasa. Jadi Wakasa hanya menggelengkan kepalanya pelan. Memaklumi keabsuran si sulung Sano.

~~~~~

Shinichiro dan Wakasa telah menjadi teman selama beberapa bulan terakhir ini. Wakasa yang sebelumnya tidak terlalu menonjol di antara semua orang harus menerima nasibnya sebagai salah satu orang yang cukup populer hanya karena berteman dengan Shinichiro.

Tapi, bukan itu masalahnya. Perlakuan Shinichiro selama menjalin pertemanan dengannya membuat Wakasa jatuh hati.

Wakasa diam-diam memiliki perasaan khusus untuk si sulung Sano.

Tapi, hari ini Wakasa tidak melihat Shinichiro dimanapun. Ia bahkan mencoba mencari Shinichiro di kelasnya. Informasi dari temannya yang mengatakan bahwa Shinichiro kembali memulai kencan baru dengan gadis di sekolah lain membuat Wakasa merasakan patah hati untuk pertama kalinya.

Wakasa kemudian kembali ke kelasnya, menjalani rutinitasnya seperti biasa. Mencoba menghilangkan bayangan Shinichiro yang akan selalu mengoceh atau mengganggunya dengan melempar kertas dari jendela demi mengiriminya surat-surat pendek yang tidak bermutu.

Tapi rasanya patah hati itu tidak menyenangkan. Jadi Wakasa mati-matian menahan tangisnya. Meski ia pria, ini adalah pertama kalinya baginya merasakan emosi yang mendalam seperti saat ini. Jadi Wakasa memeluk tasnya dan menyembunyikan wajahnya disana. Air matanya tanpa bisa dicegah mengalir.

~~~~~

Keesokan harinya Shinichiro mendatanginya kembali, menceritakan tentang kencannya dengan wajah senang. Menambah mood Wakasa menjadi semakin buruk. Wakasa bahkan tidak segan menutup telinganya dengan earphone demi menghindari ocehan Shinichiro.

Tapi Shinichiro bukan orang yang pantang menyerah. Jadi dia menarik earphone Wakasa secara paksa.

Wakasa kemudian meninju wajahnya dengan keras. "Bajingan! Kau menghalangi jalanku sialan!"

Wakasa kemudian berjalan dengan cepat bahkan ia berlari demi meninggalkan Shinichiro.

Wakasa duduk di taman belakang sekolah, pemuda itu menekuk lututnya untuk dipeluk. Tidak mempedulikan bahwa Shinichiro kembali datang menemuinya.

Wakasa tidak bisa menyuruhnya untuk pergi lagi. Kegigihan Shinichiro itu terlalu tinggi.

"Hei, apa aku membuatmu marah?"

Wakasa menggeleng pelan. Ia melepas Beanie-nya. "Kau membuatku menguras energi"

Shinichiro berdehem kecil untuk menjawab kalimat Wakasa.

"Jadi, bagaimana caranya agar kau tidak marah?"

Wakasa meliriknya, "Hei Shin, bagaimana jika aku mengatakan bahwa aku cemburu kau berkencan dengan orang lain. Bagaimana jika aku mengatakan kalau kau telah membuatku menyukaimu?"

Shinichiro mengerjapkan matanya, kemudian ia menarik sebuah senyuman lebar secerah matahari. "Tidak masalah"

(ShinWaka)

Request by YanaAngraini3

Story  ~ (Drabble)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang