Passion (RanRin)

657 37 14
                                    

"Nii-chan~"

Rin memainkan rambut panjang Ran sambil memandang film yang mereka putar. Kepala Rin berada di paha Ran dengan keduanya berada di atas sofa.

"Hmm?"

Rin melihat wajah kakaknya yang tampan dari tempatnya, semburat merah merayap di sekitar wajahnya ketika wajah Ran tepat berada di depannya.

"Rambut..."

Rin membuka mulutnya untuk mengeluarkan kalimat bahwa rambut Ran begitu halus dan terasa lembut untuk dimainkan. Hanya saja melihat tatapan lembut Ran padanya saat ini membuat Rin tak mampu bersuara. Apakah itu karena film mereka yang cukup melankolis hingga membuat Ran menjadi selembut ini?

Tapi, Ran memang selalu bersikap baik padanya. Jadi mengapa Rin tiba-tiba terkejut? Atau mungkin Rin baru menyadari betapa intimnya kedekatan mereka saat ini.

Ran menyambar mulut yang terbuka itu dengan bibirnya. Membiarkan keterkejutan menelusup ke pembuluh darah Rin, menjadi begitu hangat dan berdesir hingga ke jantungnya. Membuat Rin merasa jantungnya seolah berhenti berdetak beberapa saat.

Kedua mata mereka bertemu, onyx yang sama saling berhadapan dalam posisi tanpa jarak. Rin menutup matanya sejenak, dan ketika ia membukanya, kelopak mata Ran tertutup seolah menikmati posisi mereka.

Jantung Rin berdegup kencang. Kini Rin rasakan bahwa tangan besar kakaknya menelusuri leher jenjangnya untuk menangkup wajahnya agar kecupan singkat tadi semakin dalam.

"Hmpphh!"

Rin tidak tau apa yang terjadi dengan tubuhnya. Rasanya aneh, menakutkan, dan juga cukup menyenangkan ketika lidah Ran menyapu bibirnya dengan saliva.

Lidah Rin kelu ketika ia merasakan lidah lainnya mulai masuk kedalam mulutnya dengan berani. Mengabsen deretan giginya kemudian sebagai rangsangan, lidah Ran menyapa dinding atas bagian dalam mulutnya.

Itu sensitif!

Rin tidak tau mengapa tubuhnya mulai terasa ringan. Apakah jiwanya melayang atau semacamnya, Rin tidak tau. Tapi hal yang pasti adalah bahwa rangsangan Ran telah berhasil mengambil alih kewarasan adiknya.

Ini hal baru bagi Rin, dan dia akan menjadi lemas. Walau begitu, hasil rangsangan Ran telah membuatnya berani untuk memainkan lidah nakal Ran. Menarik lidah Ran dan mengajaknya dalam sebuah petarungan lidah. Saling membelit satu sama lain, membiarkan saliva mengalir turun ke leher sang adik, juga jangan lupakan suara basah yang erotis itu.

Rin yang lemas semakin lemas dan hampir terjatuh jika Ran tidak memegangnya. Pasokan udara menipis, dalam pertarungan lidah mereka, Rin didominasi dengan begitu mudah.

Sadar jika sudah cukup lama ia memakan bibir adiknya, Ran membuka matanya dan menemukan mata Rin yang berair. Sontak saja pagutan mereka terlepas.

Rin bagaikan seekor ikan yang kehilangan air. Menggelepar dalam pegangan Ran. Tubuhnya terasa aneh dan Rin tidak bisa memahami apa yang terjadi.

"Ran-nii~ Rasanya aneh.... Tubuhku, aku~"

Rin menangis dan itu membuat Ran merasa takut. Dia dengan panik membawa Rin duduk dalam pangkuannya, Rin berada di atas dada Ran yang bidang. Bisa merasakan suara detak jantung Ran yang berdetak cepat.

"Maafkan aku Rin, aku tidak bermaksud..."

"Ran-nii~"

Rin memanggil nama Ran dengan sesenggukan. "Tubuhku aneh, rasanya aneh"

Ran berhenti merasa panik ketika tangan Rin melingkari lehernya dan terasa sedikit perih ketika Rin menggenggamnya untuk mencakarnya.

"Rin-chan?"

Rin mendongak dan menampilkan wajahnya yang telah dilahap oleh rangsangan. Wajah berkabut akan ketidakpuasan dan mata berair itu membuat Ran tegang.

"Ran-nii"

Ran tau jika Rin tidak menolaknya. Rin-nya yang polos telah jatuh dalam godaannya. Tubuh adiknya yang polos tentu mudah terangsang dan Rin tidak tau bagaimana ia mengatasinya.

Ran menyambar bibir ranum Rin yang bengkak untuk digigit gemas. "Apakah jantungmu berdetak cepat sepertiku, Rin-chan?"

Rin mengerang pelan ketika suara Ran berada di dekat telinganya. "Ughhh yaa"

Ran menyapu daun telinga Rin dan terus turun hingga masuk ke dalam ceruk leher Rin yang jenjang. Menggerogoti kulit halus Rin dan menyesapnya cukup keras. Membuat Rin mendongak untuk mengerang dan membuat posisinya semakin mudah untuk Ran.

"Bagaimana rasanya? Apakah kau merasakan sesuatu?"

Ran mengecup bekas kemerahan yang baru dibuatnya serta menunggu jawaban Rin sambil menyapu kulit leher Rin dengan lidahnya. Kembali membuat rangsangan untuk adik tercintanya hingga kehilangan akal.

"Ayo katakan pada nii-chanmu ini betapa kau menyukai perlakuanku. Ayo katakan bahwa kau ingin mendapat sentuhan sebanyak mungkin dari kakak tersayangmu ini Rin-chann"

Ran membawa tangannya masuk ke dalam kaos longgar Rin dan mengusap punggung Rin dari tulang rusuknya hingga turun ke pinggang ramping adiknya.

"Rin-chan, apakah ini enak?"

Nafas Rin tercekat dan tak beraturan. Dia ingin bersuara dan mengatakan pada Ran bahwa ia merasa tubuhnya aneh namun sangat menyenangkan. Ia ingin Ran kembali menyentuhnya lebih jauh, tapi dengan kondisinya yang terus tersendat oleh erangan tertahan dan air mata mengalir, bagaimana Rin bisa bicara dengan baik?

Ran juga tau kesulitan Rin. Namun ia menikmati itu, menikmati bagaimana Rin berjuang untuk menerima semua rangsangan yang diberikan padanya. Bukankah Ran baik dengan menanyakan semua yang Rin butuhkan? Hanya satu jawaban saja maka Ran akan membuat Rin merasa lebih puas.

"Rin-chan~ kakakmu ini telah lama menyukaimu"

Ran telah membuat beberapa tanda merah di beberapa sudut leher Rin. Kini ia memakan pipi gembil Rin hingga terlihat jejak giginya disana, sebuah kebanggan bagi Ran bahwa ia adalah satu-satunya orang yang bisa membuat Rin se-depresi ini

"Aku ingin menyatu denganmu, ingin membuatmu berteriak karena nikmat, ingin membuatmu mengejang untuk meraih kenikmatan, dan juga ingin membuatmu terus kecanduan padaku. Rin-chan, katakan pada nii-chanmu tersayang ini, apakah kau mau melakukan dosa yang begitu nikmat ini? Apakah kau ingin terbakar dalam gairah ini?"

Rin kacau.

Rin tidak sanggup lagi menahan rangsangan Rin yang tanpa henti. Terlebih lagi saat ini tangan-tangan usil milik Ran merangsangnya di sekitar dadanya lalu turun mengikuti garis perut Rin menuju celananya yang terasa sesak.

Dan tepat ketika Ran menyentuh sesuatu yang mengeras milik Rin, suara tertahan Rin pecah. Rin menangis kencang dan terus menyebut nama Ran dengan liar.

Ran menyunggingkan senyum kemenangan saat tubuh panas Rin bergerak di atas pangkuannya untuk menggesek tubuh mereka untuk mencari kesenangan. Peluh membanjiri Rin dengan cantik.

"Cantik sekali. Apakah kau cukup puas dengan ini? Atau kau ingin lebih? Katakan padaku sayang, apa yang kau inginkan?"

Rin mengerang dalam tangisnya. Nafasnya tersengal, dengan segenap kemampuannya, Rin segera menarik wajah Ran dengan cengramannya yang tajam. Ran tidak mempermasalahkan ketika darah mengalir dari bekas cakaran Rin. Justru ia tersenyum sepolos mungkin di hadapan Rin. Seolah apa yang telah dilakukannya tadi bukanlah sebuah masalah berarti.

"Ayo sentuh. Ayo beri aku kenikmatan. Ran-niiku tersayang, ayo sentuh aku ayo menyatu. Aku menginginkanmu"

Seperti bahan bakar yang telah siap dibakar, Ran juga telah siap untuk menyatu dengan Rin melalu kenikmatan tanpa akhir.

"Jangan menyesalinya, Rin-chan"

(RanRin)
Request By saikohanagasuku3
Maaf kalau gak sesuai ekspektasi ಥ_ಥ

Story  ~ (Drabble)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang