Dingin.
Itu anggapan pertama yang Sanzu simpulkan ketika melihat sorot mata lelaki dengan tubuh kekar bernama Yasuhiro Muto, atau bisa disebut Mucho. Seorang dari keturunan mafia yang berada di Jepang.
Mengapa Sanzu bisa mengenal orang dengan latar gelap ini? Itu terjadi beberapa hari yang lalu. Ketika ia berada di kantor polisi untuk mengadukan sebuah kasus.
Apa kasusnya? Mengenai pelecehan.
Siapa korbannya? Sanzu.
Nah loh?
Iya, Sanzu adalah korbannya, dia terlalu feminim dengan rambut panjangnya yang tergerai. Wajahnya meskipun memiliki rahang menonjol, sering tertutup oleh masker. Sebenarnya tidak ada karakteristik seorang pria di dalam penampilannya selain suaranya.
Lalu bagaimana dia dilecehkan?
Sebenarnya tidak benar-benar seperti itu. Ini terjadi ketika temannya, Sano Manjiro membawanya untuk menghadiri pesta ulang tahun Chifuyu. Pesta yang ramai dengan para remaja yang memang liar membuat Sanzu yang feminim ini menjadi pusat perhatian.
Dimana letak pelecehannya?
Itu ketika Ran Haitani meraih pinggangnya untuk berdansa dan bahkan tangan nakal si sulung Haitani itu meremas bongkahan pantatnya yang cantik sambil mengatakan, "Hei Nona~"
Sanzu geram dan akhirnya menendang kemaluan Ran tanpa ampun. Menyumpahinya tanpa henti, membuat pesta yang meriah itu menjadi semakin heboh.
Sayangnya, Mikey memisahkan aksi brutal keduanya. Tapi Sanzu tidak setuju membiarkan kasus pelecehan itu lepas begitu saja. Menurut Sanzu, Ran pantas dituntut karena tindakan pelecehan juga karena telah menginjak harga dirinya sebagai seorang gadi–seh, maksudnya pria.
Lalu kenapa bisa bertemu Mucho?
Jika Sanzu datang karena kasusnya, Mucho datang ke kantor polisi untuk memberi uang suapan atas tindakan kriminalnya. Sebuah pertemuan yang sangat berkesan. Mata keduanya bertemu dengan tatapan permusuhan.
Kenapa bermusuhan?
Karena masing-masing dari mereka saling menyindir satu sama lain, oh atau lebih tepatnya Sanzu.
Sanzu terlebih dulu berceletuk, "Ck ck, polisi mata duitan. Harusnya kalian menangkapnya selagi penjahatnya ada di depan kalian tanpa senjata"
Mucho segera mendaratkan moncong senjatanya tepat di dahi Sanzu. Membuat Sanzu membulatkan matanya, tapi bukan Sanzu namanya kalau tidak bar-bar. Sanzu justru melipat tangannya di depan mata dengan tatapan semakin menantang.
"Oh oke, lihat ini kasusku bertambah. Pertama, ada kasus pelecehan, kedua ada kasus pencemaran harga diriku sebagai seorang pria, ketiga! Aku diancam"
Sanzu melirik kepala polisi dengan ekor matanya. Melihat polisi berperut buncit itu berkeringat dingin.
"Kalau aku mati, aku akan menuntut kalian pada Tuhan. Memintanya untuk mengutuk kalian semua!"
Mucho menatap Sanzu dengan tatapan yang kini menjadi malas. Menaruh kembali senjatanya di balik baju. Menaruh amplop tebal yang dibawanya di depan atas meja sang polisi. Meninggalkan kantor polisi tanpa banyak kata.
Saat itu Sanzu justru meneriakinya tak terima. "Hei, tidakkah kau ingin menyuapku juga? Aku bisa menyebarkan dirimu pada semua orang, atau aku bisa melaporkan dirimu pada tentara agar ditangkap. Kau tidak ingin itu terjadi kan?"
Ocehan Sanzu sempat membuat Mucho berhenti dan kembali menatap wajah Sanzu yang bermasker.
"Bodoh"
Mucho melempar senjatanya pada Sanzu. Membuat Sanzu berkelimpungan untuk mengambil pistol yang cukup berat itu. "Hei!"
"Senjata itu lebih mahal dari harga dirimu, anggap saja itu cukup untuk membayarmu"
Sanzu menatap senjata di tangannya. Membolak-baliknya lalu mengangguk setuju. "Oke aku akan menjua–
Dan belum sempat Sanzu melanjutkan kalimatnya, mafia itu sudah pergi tanpa pamit. Meninggalkan polisi yang masih gugup dan Sanzu dengan sumpah serapahnya mengatakan betapa tidak sopannya seorang penjahat.
Ya, begitulah kira-kira keabsurd-an pertemuan mereka. Sanzu yang barbar dengan orang sedingin Mucho.
Saat ini Sanzu berada di rooftop sekolahan yang luas. Berada di ujung pagar pembatas untuk melihat jalanan jalanan di bawah sana. Matanya menyipit ketika melihat sosok yang dikenalnya beberapa hari yang lalu. Sanzu segera menjinjit dan melambaikan tangannya sambil bersorak.
"WOOY OM MAFIA!"
Mucho yang mendengar suara heboh dari atas sana tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Terlebih lagi ketika Sanzu mulai menaiki pagar pembatas sambil melambaikan tangannya dengan bodoh.
"AKU TERJUN OKE!"
Mucho kalang kabut dan segera berlari ketika Sanzu melompat dari atas gedung sekolah berlantai tiga itu tanpa ragu.
Jantung Mucho hampir copot ketika ia berhasil menangkap tubuh ramping itu. Dia menatap Sanzu dengan tajam. "Mau mati?"
Sanzu tertawa tanpa merasa bersalah. Mucho segera melepaskan pegangannya hingga Sanju terjatuh di aspal. Sanzu mengaduh sambil mengelus bokongnya.
"Tidak bisakah kau bersikap lembut?"
Mucho memandangnya garang. Sanzu segera menciut melihat tatapannya kali ini. "Maaf"
Mucho segera menghela nafas panjang. "Jangan bermain-main dengan nyawa"
Sanzu mengangguk mengiyakan. Kemudian ia berdiri sambil menepuk-nepuk bagian bawah seragamnya.
"Aku tidak bermain dengan nyawa kok. Kan ada kau, aku yakin kau tidak akan membiarkan orang setampanku ini mati"
Sanzu menaik turunkan alisnya. Dahi Mucho berkerut karena kesal. "Kau bisa turun lewat tangga!"
"Kelamaan"
Sanzu mengeluarkan pistol di balik almamaternya. Tidak ada siapapun di jalanan ini karena tempat ini memang selalu sepi. Tidak ada yang melihat seorang mahasiswa memegang sebuah senjata berbahaya dengan seorang mafia di depannya.
"Nah, karena pistol ini terlalu mahal dan tidak berguna untukku. Aku kembalikan"
Mucho menatap senjata di tangan Sanzu. Lalu mengambil rokok dan menyelipkannya di bilah bibir. Menyalakannya dan menghembuskan asap nikotin itu di udara. Menatap Sanzu kembali sambil mengelus kepalanya.
"Simpan saja, lain kali akan kuambil kembali bersama dengan pemilik barunya. Jangan menyesal karena telah berurusan dengan mafia ini, nona~"
Sanzu merasakan panas di pipinya. "Aku ini pria, Ba-Ka"
(MuSan)
Request by myna_ui
Maaf gak sesuai ekspektasi ಥ╭╮ಥ
![](https://img.wattpad.com/cover/298478309-288-k313665.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Story ~ (Drabble)
AcakKumpulan OneShoot. Hehe kalau ada yang mau request silahkan. Tapi ini khusus pair di Tokyo Revengers ya ✌️