Delicious (RinRan)

474 31 12
                                    

"Nghh"

Rin meremat seprai dengan tangan kirinya dan membiarkan tangan lainnya berpacu cepat menangkup miliknya yang tegang.

"Argh"

Sial. Sial. Sial.

Rin mengeram ketika matanya dengan jelas menangkap foto yang terpampang jelas di dinding. Pria berkepang dengan wajah cantik nan ayu. Haitani Ran, kakaknya yang tinggal bersama ayah mereka di Kanada.

Mereka dipisahkan dengan alasan perceraian. Jika Rindou diasuh oleh pihak ibu, maka Ran adalah ayah.

Alasan Rin menjadikan Ran bahan fantasi pemuas nafsunya saat ini... Oke salahkan saja pada hormon remajanya yang gila karena beberapa bulan lalu Ran membuka pakaiannya dalam video call.

Sebenarnya saat itu tidak ada hal yang memicu hormon. Terlebih lagi mereka berdua adalah saudara dan juga seorang pria. Tentu saja Ran yang lurus tidak pernah mengetahui bahwa Rin adalah seorang homoseksual yang gilanya menyukai hubungan sedarah. Rin yang seorang introvert dan tidak banyak bergaul tentu saja terpikat pada Ran. Satu-satunya orang yang menyayanginya.

"Argh Ran!"

Rin menengadahkan kepalanya ke atas. Tidak peduli pada kacamatanya yang hampir jatuh dari pangkal hidungnya.

Ran, Ran, Ran, sial! Kau begitu cantik, bagaimana jika mulut kecilmu itu menghisapku dengan keras huh? Bagaimana jika adikmu ini membuatmu menangis tak berdaya?!

Kalimatnya tertahan di tenggorokannya. Rin benar-benar tau bagaimana caranya membuat kalimat frontal yang cantik. Sayangnya si kutu buku ini sangat hati-hati untuk mengeraskan suaranya. Hanya geraman dan erangan rendah yang terdengar dari bibir kissable miliknya.

"RIN! BISAKAH KAU TURUN? MAMA TELAH MEMBUAT KUE UNTUKMU"

"RAN! Haah"

Suara mamanya dari lantai bawah terdengar samar di telinganya. Rin menatap tangannya yang dipenuhi jejak miliknya.

"YA, MA"

Rin yang malang segera meraih tisu di dekatnya, menyekanya dengan wajah kesal dan membiarkan tisu bekasnya berserakan di lantai.

Rin menarik celana dalamnya untuk menutup kembali miliknya. Menarik resleting dengan wajah masam.

Rin memegang tangkai kacamata miliknya sambil menatap poster Rin yang terpampang besar disana. "Ran sialan, lihat apa yang telah kau lakukan padaku? Bukankah spermaku terbuang sia-sia selama ini? Bukankah akan lebih baik jika kau menelannya? Harusnya kau menjilat tanganku ini, ck! Sialan"

Rin memakai kacamatanya kembali setelah mengelapnya. Menyisir rambutnya kebelakang dengan jemarinya.

"Lihatlah aku, cukup tampan untuk bersanding denganmu"

Rin yang tidak waras masih berceloteh pada poster tadi.

"RIINN"

Suara mamanya kembali menggema. Rin mendesah panjang. "OKE OKE AKU TURUN"

Setelah merapikan penampilannya, Rin membuka pintu dan segera pergi menuruni tangga. Berjalan malas untuk memasuki dapur.

Hanya saja, Rin tidak pernah menyangka bahwa dia akan menemukan sosok yang membuatnya haus pada sex.

"Sial"

Gumamannya tidak didengar oleh siapapun. Justru pria berkepang pirang itu melambaikan tangan padanya.

"Hallo? Rin-chan"

Rin melongo di tempat. Tidak bisa membalas sapaan kekanakan Ran.

"Oh Rin! Lihatlah kakakmu mampir untuk menginap"

Mama mereka tersenyum senang dan berdiri di belakang Ran. Rin mengatupkan bibirnya dan tertegun melihat senyum manis milik Ran.

Dia lebih cantik dari poster maupun layar ponsel

Rin segera beranjak untuk duduk di samping Ran. Mama mereka menyuruh keduanya untuk menikmati kue sementara wanita itu kembali menyiapkan makanan pokok.

Ran benar-benar sangat ramah dan baik. Itu adalah hal yang terlihat jelas. Ran merangkulnya tanpa aba-aba. Menyodorkan padanya sebuah gantungan kunci berbentuk beruang. Ran mengedipkan sebelah matanya untuk membuat sebuah wink kecil yang lucu. Sayangnya otak kotor si kutu buku Rin menganggap itu sebagai godaan ringan seorang pelacur.

"Lain kali kau harus datang ke Kanada. Kita bisa bermain seluncur es sepuasnya"

Ran terus berceloteh hingga membuat Rin bertanya-tanya apakah bibir mungil itu tidak lelah dengan seluruh kata yang keluar dari mulutnya.

Oh bukankah itu bagus? Jika mulut itu tidak lelah harusnya ia mahir untuk membuatku ejakulasi dengan mulut

Ran melambaikan tangannya di depan Rin. "Hei Rin-chan, kenapa kau diam saja? Ceritakan tentangmu"

Rin segera mengerjapkan matanya. "Uh oh, ah itu! Tidak ada yang spesial, hidupku sangat membosankan"

Kalimat singkat Rin membuat Ran menatapnya kasihan. "Ck ck ck, benar-benar seorang perjaka tulen"

Mendengar ini, Rin hampir tersedak air liurnya. "Haah?"

Ran tertawa, ia menaik turunkan alisnya. "Oh apakah itu benar? Kau seorang perjaka?"

Rin tertegun. Melakukan onani apakah masih disebut perjaka?

"Oke boys! Berhenti bicara kotor. Segera makan ini"

Mama mereka datang sebelum Rin sempat membalas kalimat Ran. Ada beragam makanan di atas meja. Ran terlihat bersemangat untuk mencapit lauk-pauknya dengan sumpit.

Nyam

"Masakan mama benar-benar enak!"

Sang mama mengacak surai Ran gemas. "Benarkah?"

Ran mengangguk lucu.

"Dengarkan itu Rin, kakakmu ini bisa membuat mamamu senang dengan senyuman manisnya. Kau sangat dingin, bisakah kau lebih banyak tersenyum?"

Rin mendengus dengan kalimat mamanya. "Aku tidak sama dengan Ran"

Sang mama memutar matanya malas. Ran bahkan menanggapinya dengan tawa kecil ringan.

Ya acara makan itu menyenangkan. Tidak sebelum Rin dengan nekat membawa tangannya naik ke atas paha sang kakak.

Ran yang sedang mengunyah ayamnya segera menoleh pada Rin yang justru fokus pada makana.

"Hm?"

Ran merasa tergelitik di sekitar pahanya hingga ia merapatkan kakinya. Sayangnya tangan Rin berada di antara pahanya, hanya membuat Rin lebih percaya diri melanjutkan aksinya. Berpikir bahwa Ran ternyata meresponnya.

Kini tatapan mereka berdua bertemu. Tangan Rin meremas pahanya hingga Ran hampir mengeluarkan kembali daging ayam di mulutnya karena hampir berteriak.

Rin menjilat bibir bagian bawahnya. Membiarkan tangannya berjalan lebih jauh ke area sensitif Ran.

"Mama, sepertinya perkataan Ran-nii benar. Makanan ini benar-benar lezat"

Ran menatap wajah adiknya yang terlihat berbeda. Sang kakak menelan daging dimulutnya dengan susah payah. Tangan Rin benar-benar mengelus miliknya tanpa ampun.

"Waah benarkah? Kalau begitu kalian harus menghabiskan makanannya"

(RinRan)
Request by sinlimin

Story  ~ (Drabble)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang