• Prologia

1.2K 136 39
                                    

Halo, Readersnim!

Ini cerita ChanHun pertama yang pure yaoi di akun ini. Maaf atas segala kekurangannya. Dan, jika Anda menikmati cerita ini kemudian berkenan menekan tombol bintang, itu adalah hal biasa yang terkesan menarik.

...

Don't Forget to Voment 🥰

Semesta menurunkan hujan tepat saat api unggun sedang menyala dalam puncaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semesta menurunkan hujan tepat saat api unggun sedang menyala dalam puncaknya. Atau lebih tepatnya mereka yang tidak melirik rembulan yang dilahap gelap dan gemintang yang pergi dengan sembarang.

Malam ini salju tidak jua turun, musim gugur juga telah lewat beberapa waktu lalu. Namun, angin segar yang menusuk tulang merambah ke tiap-tiap tenda biru dan hijau yang setia berdiri di bawah guyuran hujan.

Meringkuk menahan kengerian, tiba-tiba badai menerjang. Tenda yang tidak kuat roboh seiring dengan teriakan para mahasiswa yang ada di dalam dan kalang-kabut memilih tempat aman dari amukan serbuan hujan dengan halilintar menyambar tak gentar.

“Astaga! Sehun, cepat bangun!”

Anak muda yang dibangunkan dengan cara tidak etis itu merapatkan selimutnya. Bukan lemah atau bagaimana tapi satu jam yang lalu dirinya mengalami hipotermia dan berakhir tidur saat mahasiswa lain berjejer mengelilingi api unggun.

“Sehun! Badai! Kita terjebak dalam badai, bangun atau kau akan kehilangan nyawa!”

Srak!

Sehun mengerjap sambil mengeratkan selimutnya, bedanya ia sudah terduduk dengan wajah bingung. Apa maksudnya? Badai? Tapi mereka masih aman-aman saja di tenda? Badai dari mana?

“Ya Tuhan, ampuni dosa-dosa besar Oh Sehun!” Sehun memeluk Baekhyun yang ada di depannya, angin kuat membuat tenda mereka bergoyang keras.

“Semuanya keluar! Jangan ada yang di dalam tenda! Semuanya ke bukit! Masuk ke lorong bawah bukit!”

Tidak ada teriakan yang lebih memekakkan dari suara cempreng itu, tapi tidak dengan malam ini. Suara pemandu perkemahan ini saja kalah tajam dengan air hujan yang menepuk-nepuk pipi Sehun tepat ketika ia mulai keluar bersama Baekhyun yang merangkulnya.

Benar kata ibunya, Sehun jadi menyesal karena sudah mengatakan ia akan baik-baik saja selama sehari semalam ikut perkemahan. “Baek hyung bagaimana dengan hidup kita? Apa kita akan mati tragis di sini?”

Baekhyun menegang, tapi dirinya jauh lebih merinding mendengar suara guntur yang menyita perhatiannya di sela-sela langkahnya.

Mahasiswa yang tidak membawa peralatan apapun berlari kencang melewatinya tanpa sepatah katapun. Tanpa sadar bahwa Baekhyun sudah mulai kewalahan begitu Sehun sepertinya mulai menumpukan berat badannya pada Baekhyun. Meski belum sepenuhnya.

Royal Castle | CHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang