Makan

1.8K 315 22
                                    

Senja. Pertanda bahwa Sang mentari akan segera digantikan posisinya oleh sang rembulan. Jihoon masih berada di taman bersama sang putra dan juga Yoshi yang sudah duduk di salah satu bangku taman dengan Doyoung yang berada di pangkuannya. Jihoon masih duduk di ayunan tadi seraya menatap langit yang telah berubah oranye dan perlahan menggelap.

"Papa, Dobby laper..." Yoshi menoleh ke bawah, pada Doyoung yang tadi bersuara dengan lirih. Dia pikir Doyoung sudah tertidur karena kelelahan, karena sejak tadi anak itu sudah berubah senyap. Tidak banyak bicara seperti biasanya.

"Aku pikir Doyoung udah tidur, dari tadi diem aja. Kukira udah habis energinya."

Jihoon terkekeh pelan. "Tenaganya gak akan habis ini, mana minta isi ulang lagi." Jihoon berdiri dan menghampiri Doyoung. Dia berjongkok di depan Yoshi dan Doyoung. "Ya udah, ayo bangun. Kasian kak Yoshi dari tadi kamu ajak main terus, pasti capek."

Doyoung mengangguk, segera bangkit dan turun dari pangkuan Yoshi. Doyoung meraih jemari Jihoon dan menariknya agar Jihoon segera bangun dan beranjak mencari makan.

Jihoon masih tidak bergerak di tempatnya. "Dobby gak mau ngajak kak Yoshi juga? Dari tadi diajak main, masa pas mau makan malah ditinggal?" Pertanyaan Jihoon membuat Doyoung terdiam seraya menatap Yoshi. "Kalau gitu, ayo kak Yoshi, cepetan!" Sebelah tangan Doyoung yang lain meraih jemari Yoshi dan menariknya.

"Iya, iya. Pelan-pelan aja." Yoshi segera berdiri. Memperingati Doyoung yang melangkah dengan penuh semangat seraya menggandeng tangannya dan juga tangan Jihoon. Jihoon ikut bangkit. Berjalan beriringan bertiga dengan Doyoung yang berada di tengah-tengah, di antara dirinya dan Yoshi.

  

— ✭

  

Jihoon memilih makan di sebuah restoran lesehan. Alasannya agar Doyoung lebih mudah meraih meja, dari pada jika di restoran biasa, Doyoung sering kesulitan meraih meja karena tinggi badannya. Yoshi juga setuju saja saat Jihoon bertanya pendapatnya. Lagipula dia tidak masalah mau makan di mana saja.

Seorang pelayan segera menghampiri mereka untuk mencatat pesanannya begitu mereka sudah mendapat meja. Jihoon segera menyebutkan beberapa pesanannya juga memesankan untuk Yoshi sekaligus.

"Dobby mau apa lagi?" Jihoon menoleh dan bertanya pada Doyoung. Mana tahu jika putranya itu ingin memakan sesuatu yang lain. Doyoung terlihat berpikir sebentar seraya memandangi buku menu. Doyoung belum terlalu lancar membaca, tapi dia bisa mengenali makanan dengan gambar yang ada.

"Ini." Doyoung menunjuk pada sebuah gambar makanan yang saat Jihoon lihat itu adalah makanan yang terbuat dari telur. Jihoon menghela nafas seraya menggeleng. "Nggak boleh. Udah itu aja." Pelayan itu segera mengangguk dan beranjak dari sana.

Doyoung langsung merengek begitu Jihoon melarangnya memesan makanan yang ia ingin coba. "Tadi katanya suruh pilih, kok gak boleh." Doyoung mengatakannya seraya merengut pada Jihoon.

"Yang lain aja, Dobby mau apa. Besok papa beliin. Tapi gak boleh yang tadi."

"Kalau gitu, besok papa beliin Dobby, burger dua." Doyoung mengatakannya dengan semangat menggebu seraya mengangkat tangannya dan menunjukkan dua jarinya. Jihoon kembali menggeleng. Tangannya bergerak menurunkan satu jari Doyoung. "Cuman boleh satu."

Doyoung kembali merengut, namun tetap mengangguk dan menurut dengan kata-kata Jihoon. Sementara Yoshi yang duduk di seberang keduanya hanya memperhatikan interaksi lucu antara ayah dan anak di depannya.

"Kamu lebih ijinin Doyoung makan fast food dari pada makanan tadi?" Yoshi bertanya, tidak mengerti mengapa Jihoon malah membiarkan Doyoung memakan makanan fast food. "Kamu tahu kan, fast food itu gak baik, apalagi Doyoung masih kecil."

PAPA [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang