"Eey, ngelamun aja nih. Kalau mau ngelamun pisaunya ditaro dulu, Jihoon." Junkyu menegur Jihoon saat dilihatnya Jihoon yang melamun sambil memotong daging. Hari ini Jihoon membantu di dapur karena dapur kekurangan tenaga, dan Junkyu datang untuk membantu melayani pengunjung.
Teguran Junkyu itu cukup mengejutkan Jihoon, beruntung Jihoon tidak sampai memotong tangannya sendiri karena hampir saja pisau yang ia pegang menggores jarinya. "Apa sih! Jangan ngagetin dong."
Jihoon kembali menyibukkan diri dengan pisau dan daging yang sejak tadi tidak selesai juga ia potong. Karena Jihoon lebih banyak melamun dan gerakannya jadi lambat.
"Kerja yang bener Jihoon. Ini kalau sampe kena tangan kamu, aku harus keluarin biaya lebih. Jangan kerja sambil ngelamun!" Junkyu kembali menegur, membuat Jihoon akhirnya meletakkan pisaunya.
"Kenapa sih? Ada masalah?" Junkyu bertanya seraya tangannya memindahkan daging dan pisau yang tadi Jihoon gunakan. Mengalihkannya pada pekerjanya yang lain untuk diselesaikan.
"Kayaknya aku lagi menuju gila deh."
"Hah?" Junkyu bukannya tidak mendengar. Tapi apa yang barusan Jihoon katakan itu tidak terdengar seperti Jihoon yang mengatakannya. "Ngomong apa sih? Kalau ada masalah tuh bilang, bukannya jadi gila sendiri."
"Junkyu. Mungkin gak sih, kalau aku... Suka... Sama orang..." Jihoon mengatakannya dengan nada ragu pada Junkyu. Bicara dengan suara pelan agar rekan kerjanya yang lain tidak mendengarnya.
"Mungkin lah, kalau kamu sukanya sama setan itu baru aneh."
Jihoon memutar matanya malas. Percuma juga dia bercerita pada Junkyu jika tanggapan yang ia dapat seperti ini.
"Kamu jangan suka ragu deh Ji. Aku tahu kamu cuman takut buat jatuh cinta lagi. Tapi gak seharusnya kamu raguin perasaan kamu sendiri, ya kan?"
Jihoon terkekeh mendengar penuturan sahabatnya. Ternyata Junkyu sudah bisa berpikir jauh dan dewasa. Bukan lagi Junkyu yang hanya akan mengandalkan keluarganya untuk mencapai segala hal seperti dulu.
"Lagian kamu suka sama siapa deh? Perasaan kerjaan kamu cuman di rumah, ke sini buat kerja, anter jemput Doyoung. Ketemu sama orang mana kamu? Jangan bilang kamu cuman ketemu dia sekali kayak di novel."
Jihoon menggeleng tidak percaya mendengar penuturan Junkyu. Yang benar saja. "Jangan ngaco deh. Mana ada aku suka sama yang baru pertama ketemu."
"Terus, siapa? Aku kenal gak?"
Jihoon diam sejenak, memikirkan jawaban apa yang harus dia berikan pada Junkyu. "Ga tahu? Udah ah, aku mau jemput Doyoung." Jihoon segera melepas apronnya dan berjalan keluar dari dapur. Sedangkan Junkyu masih diam tidak percaya dengan Jihoon yang berani-beraninya menyembunyikan hal seperti ini darinya.
"Jihoon! Kalau nanti mau sampe pelaminan jangan lupa undang aku! Kalau gak, kamu juga gak akan aku kasih undangan nikahan aku."
Jihoon hanya terkekeh pelan. Tangannya ia lambaikan pada Junkyu seraya melangkah keluar. Lagipula siapa yang mau menikah?
— ✭
"Kak Yoshi! Dobby kayaknya sakit."
Mendengar teriakan Yuna barusan, Yoshi dengan segera menghampiri Doyoung yang duduk sambil menunduk di sebelah Yuna. Yoshi menyentuh dahi Doyoung dan dapat dia rasakan suhu tubuh Doyoung yang meningkat.
"Eh, Doyoung?" Yoshi berusaha memastikan bahwa Doyoung masih tetap sadar. Suhu tubuhnya sangat panas. Yoshi khawatir kondisinya akan memburuk.
"Yuna tolong panggilin kak Giselle ya, di kantor. Suruh nyamperin kak Yoshi di UKS, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA [ yoshihoon ]
Hayran KurguB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Kehadirannya memang untuk mengisi kekosongan di dalam relung hatinya. Kebahagiaannya hanya sederhana, sesederhana terbitnya sang mentari di pagi hari. "Dobby bakal punya banyak papa?" ⚠️ boy x boy Yoshi; dom/top Jiho...