The Chance

1.6K 240 4
                                    

"Jihoon emang gitu, biarin dia bicara dengan dirinya sendiri untuk sementara. Dia akan mempertahankan apa yang dia anggap berharga, selama Jihoon tidak pernah benar-benar mendorongmu mundur, maka kamu hanya perlu bertahan."

Itu adalah apa yang Lia katakan sebelum dia pergi bersama suaminya. Sebenarnya Yoshi ragu untuk mengikuti saran Lia, tapi jika dipikir, bukankah mereka pernah menjalin sebuah hubungan sebelumnya? Bukankah Lia jauh lebih bisa dipercaya dalam hal ini?

Tapi di sisi lain, pekerjaannya juga tidak mau memberinya sedikitpun ruang untuk bernafas. Selama seminggu penuh Yoshi hanya sibuk berkutat dengan berbagai macam data dan dokumen perusahaan, dia bahkan masih perlu menyesuaikan diri dengan semua pekerjaannya.

"Ayo selesaikan semua ini dan pergi saat akhir pekan!" Berusaha menyemangati dirinya sendiri, Yoshi bahkan beberapa kali melewatkan makan siangnya agar tidak ada pekerjaan yang tersisa saat akhir pekan.

Berbeda dengan Yoshi yang setengah mati menghadapi pekerjaannya, Jihoon justru menikmati setiap waktunya yang ia habiskan bersama sang putra.

Junkyu juga tidak mengatakan apapun pada Jihoon mengenai Yoshi. Bahkan saat Jihoon bertanya mengenai keberadaan Yoshi yang mulai jarang terlihat, Junkyu hanya mengatakan tidak tahu dan Jihoon tidak pernah lagi bertanya.

Ah, benar. Pernikahan Junkyu sudah tinggal minggu depan. Terlihat mendadak padahal sebenarnya sudah direncanakan dari lama.

"Bisa?"

Jihoon bertanya pada Doyoung yang masih berusaha mengikat tali sepatunya sendiri, tadi dia bilang ingin coba lakukan sendiri, tapi sepertinya sekarang dia kesulitan. Ikatannya terus terlepas dan gagal.

Akhirnya Jihoon juga yang turun tangan mengikat tali sepatu Doyoung. Jihoon juga menunjukkan caranya secara perlahan agar Doyoung bisa mengerti. "Nah, udah deh. Jadi kan?"

"Aa! Dobby mau coba!"

"Eeet!" Jihoon segera menahan tangan Doyoung yang hendak kembali melepas tali sepatunya agar dia bisa mengikat ulang talinya. "Nanti kapan kita berangkatnya? Dobby gak jadi pergi?"

"Jadi!" Doyoung berujar dengan semangat. Rencananya jalan-jalan bersama sang papa tidak boleh batal hanya karena keinginannya untuk mengikat tali sepatunya. Dia masih bisa coba lagi nanti.

Doyoung segera menggandeng tangan Jihoon yang terulur padanya dan dengan cepat melangkah keluar rumah. Hari ini sama seperti akhir pekan yang sering mereka habiskan, bedanya hari ini Yedam ikut bersama mereka.

Jihoon jadi merasa familiar dengan kondisinya saat ini. Doyoung sudah berjalan di depannya bersama Yedam, mereka sudah asik bercerita dan mengobrol kemana-mana, mengabaikan kehadiran Jihoon sepenuhnya. Kenapa dirinya sering diabaikan keberadaannya oleh putranya sendiri?

Yedam ikut karena dia ingin melihat pertunjukan drama anak-anak yang katanya akan diadakan di taman kota, gratis. Jihoon bahkan tidak tahu bahwa akan ada pertunjukan semacam itu di sana, Yedam bahkan menjelaskan kata 'gratis' dengan semangat seolah itulah yang ia cari dari acara ini.

Mereka sampai tepat sebelum pertunjukannya dimulai. Jihoon hanya menonton dari jauh, sedangkan Yedam sudah mengajak Doyoung menonton dari dekat, Jihoon bisa percaya bahwa Yedam akan menjaga Doyoung dengan baik. Mereka bisa menyelinap dengan mudah karena memiliki tubuh kecil, berbeda dengan Jihoon yang akan kesulitan jika ingin menyusup masuk.

- ✭

Jihoon benar-benar menikmati waktunya sendiri, bahkan ketika Yoshi dengan langkah terburu pergi menuju taman, Yoshi berlari dari restoran Junkyu karena lokasinya lumayan dekat dari sana.

PAPA [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang