Hari Pertama Sekolah

5.5K 501 9
                                    

Jihoon keluar dari kamarnya dengan langkah terburu. Pandangannya menyusuri seisi rumah. Mencari sosok si kecil yang tiba-tiba saja menghilang setelah mandi tadi.

"Doyungah!"

Dukk

Jihoon menoleh pada asal suara. Tungkainya mulai ia langkahkan menuju asal suara, suara itu berasal dari dapur. Jihoon memperhatikan area dapurnya. Mata tajamnya tertuju pada meja dapur.

Jihoon berjalan menghampiri meja makan di dapurnya. Ia kemudian berjongkok, mengintip ke bawah meja. Setelahnya ia menghela nafas begitu mendapati bahwa sosok yang ia cari sedari tadi, ternyata bersembunyi di sini.

"Doyoung, kenapa kamu sembunyi di sini? Nanti kita telat, loh."

Doyoung menoleh pada sang papa. Bibirnya ia lengkungkan ke bawah. "Papa... Dobby gak mau sekolah."

Jihoon menaikkan sebelah alisnya heran. Padahal kemarin Doyoung masih semangat karena akan pergi sekolah, tapi kenapa sekarang malah tidak mau?

"Kenapa gak mau? Kemarin bukannya masih semangat mau sekolah, kok tiba-tiba?"

Doyoung menggeleng. Ia masih berada di bawah meja. Sudah mengenakan seragamnya, namun ia belum menyelesaikan acara berpakaiannya tadi.

"Papa... Kak Yedam bilang, guru di sekolah itu galak tau pa... Dobby takut..." Doyoung berkata dengan suara merengek. Berharap agar sang papa membatalkan saja sekolahnya.

Jihoon terkekeh pelan mendengar penuturan sang putra. Yedam pasti sudah cerita yang tidak-tidak pada Doyoung saat mereka bermain bersama semalam. Yedam itu merupakan tetangga rumah mereka, dia tinggal tepat di sebelah rumah Jihoon.

Di daerah perumahan Jihoon memang jarang ada anak kecil seumuran Doyoung. Jadi Doyoung lebih sering bermain dengan anak-anak yang lebih tua darinya. Mungkin Jihoon harus lebih memperhatikan lagi dengan siapa saja Doyoung berinteraksi. Anaknya ini mudah sekali percaya dan terpengaruh.

"Dobby, dengar papa. Kak Yedam itu sekolahnya lebih tinggi dari Dobby. Jadi cara belajarnya juga berbeda. Guru Dobby nanti gak akan galak kok, percaya sama papa."

"Tapi kan..."

Jihoon tersenyum seraya mengangguk pelan. Berusaha meyakinkan sang putra. Doyoung akhirnya pasrah, setuju untuk sekolah dan segera keluar dari tempat persembunyiannya.

"Nah gitu dong, anak papa kan pinter."

Jihoon mengendong Doyoung, membawanya ke kamar untuk melanjutkan memakai seragam sekolah Doyoung yang tadi sempat terhambat.

Doyoung masih terus cemberut. Masih tidak mau ke sekolah, meskipun ia tetap berangkat diantar Jihoon. Selama perjalanan ke sekolah, Doyoung juga terus diam tidak seperti biasanya yang akan terus bicara mengenai banyak hal.

Doyoung terus menggenggam jemari Jihoon begitu mereka sudah sampai di sekolah baru Doyoung. Hari pertama masuk sekolah membuat suasana Taman Kanak-kanak itu lebih ramai dari biasanya. Kebanyakan yang mengantar anak-anak adalah ibu mereka.

"Papa, kita pulang aja, yuk!" Doyoung segera berbalik untuk mengajak sang papa pulang.

Jihoon tetap diam di tempatnya, melihat Doyoung yang terus berusaha menariknya untuk ikut pulang. "Emangnya Dobby gak mau punya temen baru? Biar gak cuman main sama kak Yedam doang."

Doyoung menggeleng kuat. Tangannya masih terus menarik jemari Jihoon. "Ayo papa! Dobby gak mau sekolah."

"Doyoungie!"

Panggilan itu membuat Doyoung berhenti menarik Jihoon. Doyoung menoleh ke kanan dan kirinya, mencari siapa yang memanggilnya barusan.

Jihoon terkekeh pelan melihat reaksi Doyoung. Jihoon berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Doyoung, berbisik pelan pada Doyoung. "Tuh lihat, ada siapa." Telunjuknya menunjuk ke arah depan. Pada seorang anak kecil yang sudah melambaikan tangannya pada Doyoung.

PAPA [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang