"Jihoon masih nolak?"
Pertanyaan Junkyu itu hanya mendapat anggukan kepala sebagai jawaban. Dari saat Jihoon pergi tadi, Yoshi langsung kembali menemui Junkyu. Mereka akhirnya pergi makan siang bersama sambil membahas Jihoon. Junkyu yang mendengar curahan hati Yoshi lebih tepatnya.
Junkyu ikut menghela nafas lelah. Pusing sendiri dia memikirkan kisah cinta dua sahabatnya yang sudah macam anak remaja yang kasmaran, belum lagi pernikahannya yang sudah dekat.
"Aku tahu kamu udah bilang gak akan cari tahu apapun tentang Jihoon, kalau bukan Jihoon sendiri yang bicara. Tapi kayanya kamu harus tahu ini."
Yoshi mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk lesu. Yoshi menunggu Junkyu melanjutkan kalimatnya dengan penasaran.
"Kamu gak tahu kan, kalau Jihoon sama Lia itu gak pernah nikah?"
Yoshi mengerutkan keningnya bingung. Tapi mereka punya anak? Doyoung anak kandung mereka berdua kan?
"Itu satu, duanya, Jihoon cuman takut kalau kamu gak bisa terima dia dan latar belakangnya. Apalagi sekarang dia tahu kamu dari keluarga kaya terpandang."
"Maksudmu ini cuman tentang perbedaan, yang mereka bilang, kasta? Kasta sosial?"
Junkyu menggeleng.
"Buat kamu yang udah di sana, kamu gak akan tahu gimana perasaan Jihoon. Tapi buat Jihoon, yang pernah menerima penolakan dan tindakan semena-mena karena latar belakang keluarganya, itu hal paling menakutkan untuk mendapat perlakuan yang sama lagi."
Yoshi kembali diam memikirkan kata-kata Junkyu. Jadi Jihoon hanya takut kehadirannya tidak akan diterima dengan baik oleh keluarganya?
"Tapi keluarga ku gak mungkin gitu. Mereka pasti mau terima Jihoon." Yoshi berujar lirih.
"Yakin? Emang kamu udah ngomong sama orang tua kamu? Mereka tahu?" Junkyu bertanya sangsi. Dia juga tidak akan membiarkan satu sahabatnya kembali terluka, apalagi jika yang melukainya adalah sahabatnya yang lain.
Brak
Junkyu terkejut dengan Yoshi yang tiba-tiba saja bangkit dari duduknya. Yoshi bahkan menggebrak meja mereka membuat beberapa orang jadi memperhatikan mereka berdua.
"Berarti aku cuman tinggal mastiin semuanya kan? Aku bakal selesaikan ini dalam sehari."
"HAH! YOSHI, MAU KEMANA?"
Junkyu memandang bingung pada kepergian Yoshi yang tiba-tiba dan tanpa pamit atau memberitahu dia akan pergi kemana.
— ✭
Jika yang Jihoon butuhkan hanya untuk meyakinkan dirinya sendiri, Yoshi tidak yakin dia bisa membantu Jihoon untuk mau yakin. Tapi jika Jihoon mau Yoshi untuk menunjukkan keseriusannya maka dengan hati Yoshi akan melakukannya.
Yoshi bahkan dengan cepat mendatangi rumah ayahnya, Yoshi sudah lama tinggal sendiri walau terkadang masih sering pulang ke rumah orang tuanya. Setelah bertanya pada beberapa pelayan rumahnya, Yoshi segera menghampiri ayahnya yang ternyata sedang berada di belakang rumah.
Yoshi akan meminta ijin sekaligus pendapat ayahnya mengenai keinginannya untuk serius dengan Jihoon. Yoshi benar-benar tidak akan menyerah begitu saja jika ia sudah berkeinginan.
"Kamu udah dewasa, apa iya, ayah masih harus bantu kamu dalam membuat sebuah keputusan yang menyangkut masa depan kamu sendiri?"
Itu adalah satu-satunya jawaban yang ayahnya berikan setelah Yoshi menyampaikan kalimat panjangnya mengenai Jihoon. Yoshi tahu ayahnya akan berkata demikian, karena itulah Yoshi sudah yakin sejak awal mengenai keputusannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA [ yoshihoon ]
Fiksi PenggemarB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Kehadirannya memang untuk mengisi kekosongan di dalam relung hatinya. Kebahagiaannya hanya sederhana, sesederhana terbitnya sang mentari di pagi hari. "Dobby bakal punya banyak papa?" ⚠️ boy x boy Yoshi; dom/top Jiho...