Chapter 7

23.9K 724 256
                                    

don't forget to vote, comment, and follow!

.

.

...

Melihat Jisung yang tak sadarkan diri, Yuta segera menyudahi kegiatan mencekiknya. Ia tertunduk lesu, sedikit menyesali perbuatannya.

Yuta langsung mengecek nadi submisif di bawahnya yang tergulai lemas. Ia dapat bernapas lega, setelah mengetahui menantunya masih hidup. Tak berakhir mati.

Puk. Puk. Puk.

Yuta menepuk-nepuk beberapa kali pada pipi menantunya.

"Heh, bangun!" Sapanya masih ketus.

Sang dominan mengusak rambutnya acak. Tak seharusnya ia bertindak sejauh ini, pikirnya menyesal. 

Bisa saja Yuta mengirim Jisung ke alam baka, tapi ia tak bisa.

Dulu, Yuta selalu bertingkah manis di depan Winwin. Hubungan mereka sangat harmonis, layaknya sepasang suami istri yang sangat bahagia.

Jisung mengingatkannya pada Winwin, sehingga Yuta tak tega berbuat lebih kasar pada lelaki di bawahnya itu.

Yuta beralih mengukung Jisung, tak lagi mengunci pergerakan lelaki hamster itu dengan mendudukinya. Sang dominan membelai wajah Jisung yang mulai tersadar, terlihat tak nyaman. 

Tanpa aba-aba, Yuta menempelkan bibirnya pada bibir Jisung yang sedikit terluka. Menelusupkan lidahnya pada mulut Jisung yang terbuka, lemas tanpa ada perlawanan. Dengan lembut, Yuta mengabsen gigi menantunya, menunggu Jisung membuka rahangnya untuk bersilat lidah.

Bukan karena ingin membalas permainan lidah sang mertua, Jisung dengan terpaksa membuka mulutnya agar oksigen yang ia hirup lebih banyak. Tapi ternyata salah, Yuta dengan cekatan langsung menautkan lidahnya dengan lidah sang menantu. Melingkarkan lidahnya pelan sebagai permintaan maafnya.

Dengan tenaga yang tersisa, Jisung memberanikan diri mendorong tubuh Yuta agak menjauh. Ia masih butuh bernapas!

"Omhh, ..." Ucapnya lirih, lalu menghirup oksigen sebanyak mungkin. Dadanya naik turun, ditambah sedikit sesak karena Yuta menindihnya.

Mata mereka saling tatap, tanpa ada kelanjutan yang jelas. Sang dominan ingin menyampaikan maafnya, tapi martabatnya terlalu tinggi hanya untuk melontarkan kata 'maaf' kepada sang menantu.

Di situasi mencekam seperti ini, Jisung sangat ketakukan. Ia ingin menangis, tapi sebisa mungkin ia tahan. Namun sebaliknya, dengan isengnya Yuta memasukkan tangannya ke dalam kaos abu-abu yang Jisung kenakan.

Jari jemari nakal itu menemui sepucuk daging merah muda yang sedikit mengacung, mencubitnya, memilinnya pelan hingga mendengarkan lenguhan halus empunya.

"O-om... saya mohon jangan sekarang hiks... Saya janji akan melayani om kapan aja, dimana aja, ... asal jangan saat Giselle di rumah, Om. Hiks... Saya mohon... Hiks..." Katanya, begitu saja meneteskan air mata.

Yuta terdiam sejenak, menghentikan jari nakalnya dan menelisik manik Jisung bergantian. Ia tidak salah dengarkan? 

Rezeki nompok datang begitu saja, tanpa perlu dijemput. Melalui kebodohan menantunya, Yuta tersenyum girang dalam hatinya. Jisung setakut itu padanya? Pikirnya berulang kali melihat menantunya menangis sesenggukan dibawahnya saat ini.

"Kamu berjanji? Kapanpun dan dimanapun saya mau?" Sahutnya memastikan, tak ingin kesempatan emas ini sia-sia tanpa ada kelanjutan. Dengan begitu, ia tak perlu susah payah lagi jajan diluaran sana.

JISTORY : 01 🔞 [YUTA X JISUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang