don't forget to vote, comment, and follow!
.
.
...
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Pukulan demi pukulan terlontar dari dua algojo Yuta kepada tubuh yang lebih ringkih hingga membiru sedikit lebam.
Jisung tak kunjung sadar dengan tangan terikat ke belakang menempel dengan kursi, kedua kaki yang juga terikat pada dua kaki kursi yang ia duduki.
BUGH!
Pukulan terakhir yang cukup keras tepat menghantam pelipis Jisung, bau anyir menyeruak. Secercah cairan merah kental membasahi pelipis Jisung.
"A-akh.. shhh.." Desis Jisung perlahan membuka matanya. Kepalanya terasa pening, pandangannya kabur. Menatap seseorang di depannya yang sedang terduduk di kursi kerjanya.
"Sudah bangun?" Tanyanya dingin.
"Shhh ah, d-dimana ini?" Ucap Jisung terbata, menelisik keadaan sekitarnya yang sedikit remang dengan hawa lembab.
Pria yang terduduk dingin itu mengisyaratkan anak buahnya untuk menyalakan televisi dan sisanya memalingkan wajah Jisung mengahadap layar yang sedang menyala. Menunjukkan dua orang yang sangat dia cintai.
Kedua orang tua Jisung.
Mata Jisung terbelalak kaget. Bagaimana bisa Yuta bisa menunjukkan sebuah siaran langsung dari televisi di depannya. Apakah kedua orang tuanya kini sedang dalam pengawasan Yuta?
"Apa maksdunya?!" Tanya Jisung penuh emosi.
Yuta hanya tersenyum lebar, senyum penuh luka dan terlihat kosong. Yuta berdiri menghampiri Jisung, sedikit merundukkan badannya lebih dekat dengan menantunya. Yuta meraih rambut Jisung, menjambaknya sampai mendongak menatap manik legamnya.
"A-argh!"
"Perhatikan baik-baik, Jisung-ah. Kau akan belajar banyak malam ini." Ucapnya nanar, melepaskan tarikan di rambut Jisung keras.
"Sh ahh.. a-apa maksudmu?" Tanya Jisung bingung, memfokuskan pandangannya kembali kepada mertuanya.
"Ruto, sudah waktunya." Titah Yuta datar kepada anak buahnya.
"Baik, Tuan."
Pria suruhan Yuta itu segera menghubungi rekannya yang sedang berada di Korea, bersama kedua orang tua Jisung.
"Sudah waktunya."
Terlihat pria di layar mengangguk dan mempersilahkan kedua orang tua Jisung untuk meminum jamuan yang sudah diberikan sianida dalam dosis tinggi. Dengan penuh senyuman, kedua orang tua Jisung meminum jamuan itu hingga tersisa setengahnya.
Jisung hanya terdiam, mencerna keadaan yang ada. Rasa duka kehilangan istrinya, rasa sakit diseluruh badannya bercampur menjadi satu.
"Tidak ada yang ingin kau sampaikan kepada orang tuamu?" Tanya Yuta dari belakang ikut menyaksikan bunda dan ayah Jisung mulai kesesusahan bernapas, dengan mulut berbusa.
Tanpa menjawab sepatah katapun, Jisung hanya bisa menangis terisak melihat kedua orang tuanya sekarat tepat di depan matanya.
"B-bunda.. hikss.. ayaahh! NOO! BUNDAA! AYAH! HIKS.." Teriaknya semakin lantang, Jisung berusaha melepaskan ikatan di tangannya. Badannya memberontak tak terima dengan kenyataan yang terjadi.
Bunda serta ayah Jisung tewas mengenaskan terkapar di sofa berwarna merah yang sangat kontras dengan busa-busa yang masih keluar dari mulut keduanya.
Layar mati. Tanda pertunjukan Yuta telah usai.
KAMU SEDANG MEMBACA
JISTORY : 01 🔞 [YUTA X JISUNG]
Fanfiction[ON GOING] Episode 01 : Kisah tentang hubungan terlarang seorang menantu dan mertuanya. Tak pernah terbesit sedikitpun dalam benak Jisung, jika mertuanya akan melakukan pelecehan kepadanya, dibelakang sang istri. Giselle. "Sssttt... jangan berisik...