24

7.8K 850 18
                                    

"R-raven?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"R-raven?"

Dengan cepat Jessie berdiri tegap meneliti wajah orang didepannya dengan serius.

"Lo... Raven?" Jessie menunjuk tepat didepan wajah pemuda tersebut dengan telunjuk mungilnya.

Pemuda yang disebut Raven oleh Jessie tadi menegang namun setelahnya dia menatap Jessie tajam.

"Ikut gue" Raven menarik tangan Jessie menuju taman sekolah.

Skip
Disini lah mereka berdua sekarang. Di taman sekolah yang sepi karena letaknya lumayan jauh dari koridor yang biasanya dilewati siswa maupun siswi disini.

Hening.

Tak ada yang membuka pembicaraan, keduanya sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing.

Hingga Raven menghadap ke arah Jessie sepenuhnya.

"Siapa lo sebenarnya" Tanya Raven serius.

"Gue? Jessie Agustin. Oh, atau Felisha Gabriella, musuh bebuyutan seorang Raven Septihan. Benar bukan?" Jawab Jessie santai.

Buat yang lupa sama Raven ada di part 1!

Raven menatap Jessie tak percaya. "Feli?"

"Yeah, that's me"

Hug

Raven memeluk Jessie dengan erat sembari menggumamkan kata maaf.

Jessie masih ngebug karena tiba-tiba dipeluk dengan erat oleh Raven yang notabennya musuh bebuyutan di dunianya dulu.

Jessie tersadar saat merasakan disekitar bahunya basah. Melirik kebawah, Jessie melihat tubuh Raven yang bergetar dengan isakan kecil terdengar ditelinga Jessie.

Tangannya terangkat untuk mengusap punggung cowok itu.

Rasanya ia ingin tertawa melihat seseorang yang sering mengatainya hingga membunuhnya dulu kini menangis dipelukannya?

Jessie perlahan melepaskan pelukannya dan menangkup kedua pipi Raven.

Jessie terkekeh melihat wajah yang dulunya ngeselin kini berubah menjadi menggemaskan.

Raven semakin menangis saat melihat Jessie yang tertawa.

"Eh eh udah ya nangisnya ntar jelek loh" Jessie kelimpungan sendiri.

Raven yang mendengar itu langsung berhenti menangis dan dengan cepat menghapus air matanya walaupun masih sesenggukan.

"Udah kan? Yuk ke lapangan" Ajaknya.

Jessie berdiri ingin berjalan menuju lapangan tapi tangannya dicekal oleh Raven.

"Kenapa?"

"Maaf" Ucap Raven dengan kepala yang tertunduk, tidak berani menatap Jessie.

"Dimaafin kok. Itukan masa lalu, jadi lupain aja oke?" Ujar Jessie yang diangguki Raven.

"Ayo ke lapangan" Jessie berjalan duluan.

Tiba-tiba Jessie merasakan ada sebuah tangan yang menggandeng tangannya.

Menatap gandengan tangan itu lalu beralih ke arah orang yang menggandeng tangannya.

Jessie mengulas senyum tipis dan kembali berjalan menuju lapangan.

⚡⚡⚡⚡⚡

Brak

"HELLO EPRIBADEH"

Jessie berteriak setelah mendobrak pintu ruangan tempat istirahat para pemain basket dengan keras.

Kenapa tidak jadi ke lapangan? Karena saat dilapangan tadi, Jessie tak sengaja mendengar pembicaraan siswi-siswi yang membicarakan bahwa pertandingannya diundur beberapa menit lagi. Jadi ia memutuskan untuk menemui teman-temannya dan kebetulan sekali Raven juga termasuk anggota basket tim sebelah.

Semua orang yang berada di ruangan langsung menatap kearah pintu.

Beberapa orang menatap kaget dan ada juga yang menatap tak suka pada gandengan tangan Jessie dan juga Raven.

"Toaaa....." Albert berlari kearah Jessie dengan gaya slow motion serta tangan yang direntangkan ala-ala India. Kalau lupa sama Albert cek part 11!

"Cabeee....." Jessie yang masih berdiri diambang pintu pun melepas tautan tangannya dan melakukan hal yang sama seperti Albert.

Sedikit lagi mereka bisa berpelukan, tapi...

Brukh

"Bangsat" Umpat Albert.

Ya, mereka jadi berpelukan dikarenakan Albert yang terjatuh karena tersandung kaki Billy.

Lain halnya dengan dengan Albert yang terjatuh, Jessie malah pindah haluan ke Dino.

Jessie memeluk Dino dan dibalas dengan senang hati oleh si empunya.

Jessie melepas pelukannya dan mundur satu langkah sembari mendongak menatap Dino yang lebih tinggi darinya.

"Kangen gue gak?" Tanya Jessie sambil mengerlingkan matanya membuat si julid Albert yang baru saja bangun dari posisi tengkurapnya memasang ekspresi seakan ingin muntah.

"Kangen dong, kangen banget malah" Dino menjawil hidung Jessie gemas.

Jessie merasakan badannya ditarik hingga jatuh terduduk pun ingin marah, namun tidak jadi saat sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang dengan erat. Karena posisinya sangat dekat, jadi Jessie bisa mencium aroma musk khas abangnya.

Alvino menaruh dagunya dipundak Jessie memasang ekspresi cemberut.

Jessie tidak melihat itu, matanya menatap inti Avigator dan juga inti Wolfwide serta Raven yang sudah duduk dengan tenang walau ada beberapa yang panas. Namun tangannya mengelus lembut kepala Alvino.

"Kalau lo pada kangen gue gak?" Tanyanya pada inti Avigator.

"Everyday" Jawab Billy dengan senyum menggoda.

Langit melemparkan kulit kacangnya tepat ke wajah Billy. "Sa ae lo buaya"

Jessie yang tadinya menatap sinis Billy kini menatap Langit dengan pandangan bingung. Kenapa setiap ada Langit pasti ada kacang?

"Positive thinking aje, mungkin si Langit juragan kacang" Batin Jessie.

"Kamu kok bisa sama dia sih" Tanya Alvino menatap sinis Raven yang sedari tadi diam.

Raven yang merasakan hawa tidak enak sedari masuk ruangan hingga sekarang membatin. "Aku salah apa ya kak? Emangnya aku ngapain?"

"Lah iya, lo kenal sama si Raka?" Sahut Albert.

"Raka?" Jessie menatap Raven dengan pandangan bertanya.

"Nama gue" Ucap Raven tanpa suara yang dimengerti Jessie.

"Dia temen gue"

"Gapapa, semuanya emang berawal dari temen kok. Semangat!"

"Oh temen"

"Gue kira pacarnya. Berarti gue masih ada kesempatan dong"

Begitulah suara hati beberapa orang disana.

"Ck, udahlah kuy ke lapangan" Ajak Lion.

Dan berakhirlah mereka berjalan menuju lapangan bersama-sama.

🔥

Kgn g?

JESSIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang