Chapter 1

69 10 9
                                    

"Saya terima nikahnya Calla Lilya Putri binti Aras Bagus dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai."

"Sah!"

Suasana haru biru memenuhi ruangan bersamaan dengan kata sah yang diucapkan para saksi. Keluarga Giffari dan Lilya terlihat menahan air mata bahagia yang sudah ada di ujung mata menularkan rasa haru tersebut kepada Giffari. Entah mengapa dadanya terasa membuncah karena perasaan bahagia yang malah terefleksi menjadi air mata yang juga sudah bersiap turun dari pelupuk mata Giffari.

"Silahkan mempelai wanita mencium tangan mempelai pria."

Giffari membalikkan sedikit badannya ke samping mengahadap Lilya yang saat itu terlihat sangat cantik dan menawan. Giffari mengulurkan tangan kanannya pada Lilya yang langsung di sambut tangan mungil itu. Bisa dirasakan tangan mungil gadisnya sedikit bergetar. Ternyata bukan hanya Giffari yang gugup setengah mati.

Lilya mencium tangan lelaki yang baru saja menjadi suaminya itu membuat senyum Giffari langsung terkembang. Sungguh momen ini adalah momen yang sangat membahagiakan.

"Kak Giffarii!! Banguunn! Udah jam 5 tuh, shalat subuh!" Teriak heboh Fadli mengusik tidur Giffari menariknya dari alam mimpi.

Giffari mengernyitkan keningnya, membuka matanya perlahan.

"Mimpi itu lagi." Gumam Giffari setelah mengumpulkan nyawanya.

"Mimpi apa? Nikah sama kak Lilya?" Tanya Fadli yang masih setia berada di kamar Giffari.

Giffari membalas dengan anggukan singkat.

"Kasian, udah shalat istikhara minta petunjuk jodoh. Eh sekalinya di kasi petunjuk malah ditolak." Ledek Fadli mengungkit masalah lamaran Giffari yang di tolak Lilya beberapa hari lalu.

"Subuh-subuh udah berisik aja kamu, sana keluar."

"Emang mau keluar yeee," sewot Fadli sambil berjalan keluar kamar. "Oh iya," kata Fadli saat ia teringat sesuatu langkahnya terhenti sejenak dan kepalanya ia tengokkan ke belakang ke arah Giffari.

"Kak Asia jadinya gimana? Kan kakak shalat istikharah buat dikasi petunjuk apa kak Asia beneran jodoh kakak atau bukan. Ya walaupun yang muncul di mimpi malah kak Lilya tapi kan kak Lilya nolak." Tanya Fadli

Tapi Giffari tidak menjawab apa-apa. Ia malah beranjak dari kasurnya untuk mengambil air wudhu.

"Yeee ditanyain ga di jawab!"

***

Lilya mengambil bunga calla lily putih yang sudah layu dari vas bunga bening di samping kasurnya. Ia memandangi sejenak bunga layu tersebut, menyayangkan ketidakawetan bunga cantik ini.

"Baru juga sehari, udah layu aja." Katanya muram.

Ia dengan berat hati membuang bunga layu tersebut dan berniat membeli satu buket bunga calla lily segar nanti sepulangnya dari kampus.

Calla Lilya putri, gadis dengan wajah manis itu memang sangat menyukai bunga-bunga cantik walau dia sebenarnya tidak terampil merawatnya. Ia hanya sekedar suka melihat tapi terlalu malas untuk merawat. Bunga-bunga favorite nya ialah calla lily, tulip dan mawar tapi diantara tiga jenis bunga tersebut, dia paling suka bunga calla lily putih karena menurutnya bunga tersebut sangat cantik dan anggun tapi juga terlihat polos secara bersamaan. Benar-benar perpaduan yang sangat disukai Lilya. Namanya juga diambil dari bunga itu karena saat ibu Lilya hamil dirinya, ibunya menjadi sangat suka dengan bunga calla lily. Makanya nama Lilya hampir sama dengan nama bunga tersebut.

Setelah membuang bunga kesayangannya yang sudah layu itu, Lilya kemudian mengambil tas selempangnya dan berjalan keluar kamar.

"Pagi princess," sapa Dirga kepada Lilya dengan manis tapi dibalas senyum kecut oleh Lilya.

Under 22Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang