Flashback kemarin sore
Giffari terperanjat mendengar nama yang disebutkan Dirga. Tahu darimana Kak Dirga tentang Asia? Tidak ada yang tahu hubungannya dengan Asia kecuali satu orang.
FADLI ANAK NAKAL ITU!
Sudah jelas siapa yang sudah membocorkan informasi ini ke Kak Dirga. Hanya satu nama, hanya si biang onar itu.
"Kak, aku jelasin semuanya tapi jangan di sini, jangan di depan Lilya." Pinta Giffari yang membuat Dirga tambah berang. Di lain sisi. Si pemilik nama malah menatap keduanya kebingungan tentang pembahasan mereka berdua. Beberapa detik tadi mereka meributkan seseorang bernama Asia. Kenapa sekarang bawa-bawa nama Lilya. Kenal saja tidak sama si Asia-asia itu.
"Kenapa emangnya? Takut busuknya elo keliatan?!"
"Aku mau jaga perasaan Lilya kak, kita obrolin ini di dalam." Pintanya lagi pada Dirga yang kali ini disetujui. Ada baiknya menutupi ini dulu dari Lilya setidaknya kalau memang benar Giffari hanya ingin main-main dengan Lilya, ia bisa mengantisipasinya dari sekarang agar Giffari tidak lagi dekat-dekat dengan adiknya.
"Lilya kamu tunggu di teras dulu ya sebentar." Kata Giffari kepada Lilya kemudian berjalan bersama Dirga ke dalam rumah.
Lilya tak menjawab –oh bukan tak menjawab, lebih tepatnya tak sempat menjawab. Ia hanya melihat dua punggung lebar itu berjalan ke dalam rumah, sementara ia berjalan menuju undakan lantai yang membentuk tangga yang ada di bagian depan rumah Giffari. Ia duduk di sana menunggu kedua orang tadi selesai bicara.
Lilya menendang-nendangkan kakinya ke depan karena bosan. Dia sedikit kesal di suruh menunggu begini. Memangnya kenapa sih dia tidak boleh tahu juga tentang si Asia itu. Dia kan juga kepo alasan mereka sampai hampir adu jotos di depan rumah tadi, sampai bawa-bawa namanya juga lagi, jaga perasaan lah, apalah. Cih, kalau Giffari pikir ia akan cemburu dengan yang namanya si Asia itu, jawaban salah besar! Ga perduli banget Lilya!
Lilya mungkin malah akan memberi selamat ke Giffari kalau benar Asia itu pacar Giffari, jadikan dia ada alasan nolak Giffari. Biar tante-tantenya ga pada cerewet lagi!
Cukup lama Lilya terdiam sambil menendang-nendangkan kakinya, tiba-tiba terlihat ada sepasang sepatu yang berjalan ke arahnya. Lilya mendongkak mendapati Fadli yang berjalan lesu dengan wajah merenggut.
Kenapa ini anak? Tumben banget baterai energinya habis.
"Fadli kenapa" tanyanya saat Fadli sudah ada tepat di depannya.
Fadli tidak langsung menjawab, ia tetap berjalan ke depan dan duduk disamping Lilya dengan Lilya yang memperhatikan gerak-gerik nya, menunggu jawaban Fadli.
"Ditinggal sama kak Dirga" katanya murung. "Aku jalan dua kilo, capek banget nih."
Lilya menatap perihatin. "Gimana ceritanya sampe ditinggal? Kak Dirga tadi juga dateng-dateng langsung marah-marah. Adu jotos sama Giffari.
Pupil Fadli melebar, "serius?"
Lilya mengangguk, "ngga adu jotos sih, Kak Dirga doang yang mukul, Giffari engga. Mana berani dia mukul Kak Dirga."
"Mampuskan, hari ini banyak banget sih masalahnya." Gerutu Fadli pelan, tenaganya sepertinya benar-benar habis sekarang.
"Emang kenapa sih? Kepo nih, aku ga dikasih tau."
"Ga usah tau deh Kak, takut malah aku yang kena sama Kak Giffari. Itu aja tadi cuman keceplosan."
"Ck ga seru ah, mainnya rahasia-rahasiaan."
"Tunggu Kak Giffari aja yang jelasin kak, aku ga berani."
Lilya mencebikkan bibirnya tapi tidak meminta penjelasan lebih lanjut.
Disela percakapan Lilya dan Fadli, samar-samar terdengar suara langkah kaki dari dalam rumah.
Itu pasti Giffari dan kak Dirga!
Mereka sudah selesai membicarakan rahasia yang hampir membuat mereka adu boxing rupanya.
"Gue udah ngasih restu, tapi kalo sampe lo cuman main-main sama Lilya, habis lo sama gua." Itu suara Dirga, Lilya yakin. Meski suaranya kecil tapi Lilya yang sudah hidup bersama Dirga selama 21 tahun lebih tidak mungkin tidak mengenali suara itu.
Pintu rumah terbuka setelah kalimat yang Lilya yakini diucapkan oleh Dirga tidak disahuti oleh siapapun. Menampakkan dua lelaki seperempat abad yang terlihat sedang tidak baik moodnya. Mereka melangkah keluar dengan diam.
"Ayo pulang Lilya," ajak Dirga. Suaranya tidak ketus, hanya sedikit rendah sehingga terdengar sedikit mengintimidasi, walau Dirga sama sekali tidak berniat seperti itu. Tapi Lilya yang biasanya melihat kakaknya petakilan merasa agak canggung dan takut. Dirga marah sampai mengeluarkan aura mengintimidasi merupakan 7 keajaiban dunia bagi Lilya. Hanya bisa dihitung jari frekuensinya. Kakak sablengnya ini kalo marah paling mentok cuman ngomel, ga pernah sampe adu tinju kayak tadi –mungkin pernah tapi tidak di depan Lilya.
Lilya jadi tidak ingin pulang sekarang jika melihat kondisi kakaknya seperti ini. Bisa saja kan dia tiba-tiba kena damprat?! Tapi ini kak Dirga, ga mungkin mukulin adeknya sendirikan? Ya kan?!
"Ga mau pulang dulu, aku tadi mau di traktir Giffari katanya. Aku makan dulu baru balik." Cicit Lilya menolak pulang. Ini kenapa Lilya jadi mati kutu sih? Padahal yang paling galak diantara mereka itu Lilya, sekarang kenapa jadi penakut?
"Makan sama kakak aja"
Lilya melihat ke arah Giffari, meminta pertolongan. Tapi sayangnya, mood Dirga dan Giffari sama saja.
Sama-sama suram!
Bedanya Giffari tidak semengintimidasi Dirga dan tatapan tajam Giffari sekarang mengarah ke Fadli, jadi setidaknya Lilya aman bersama Giffari.
Tapi karena mata Giffari terpaku pada Fadli yang juga sekarang terlihat sama ciutnya dengan Lilya, ia jadi tidak memperhatikan kode sos Lilya. Giffari malah menyuruh Lilya ikut kakaknya saja.
"Balik aja Lilya, nanti makanannya aku kirim ke apartemen Kak Dirga." Begitu katanya.
Jadilah Lilya harus pasrah mengikuti kakaknya.
Oh iya, kita lupa satu orang lagi yang sama ciutnya dengan Lilya. Ia juga ingin mencoba kabur sampai emosi kakaknya reda sendiri tapi mata kakaknya tidak ingin lepas darinya membuatnya salah tingkah sendiri.
"Hehe kak, aku itu... Ada kerja kelompok sama temen. Aku pamit ya." Pamit Fadli.
Tapi belum sempat ia melipir pergi, Giffari sudah menggapai bagian belakang leher bajunya dan menariknya masuk rumah.
"Masuk sini, kakak mau bicara." Kata Giffari sambil menenteng adiknya seperti meneteng kucing yang habis kecebur got. Ya walaupun ia harus berjinjit karena adiknya 5 cm lebih tinggi darinya.
***
Happy reading readers!!!!
Don't forget to vote and comment <3 ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Under 22
Genç Kız EdebiyatıDilamar teman sendiri, apa itu masuk akal?! Bukan teman biasa tapi sahabat sedari kecil?!! Mereka murni hanya berteman bahkan 9 tahun belakangan ini mereka tidak lagi saling kontak, tapi kenapa tiba-tiba Giffari datang mengejutkan Lilya dengan lama...