"Lilya, kita bicara dulu yuk. Jangan marah-marah terus." Ajak Giffari saat Lilya masih diam dan tidak ada tanda-tanda ingin membicarakan hubungan mereka lebih lanjut. Lilya bahkan berdiri membelakangi Giffari. Ia menatap tanah di taman rumah Giffari, entah apa yang diperhatikannya dari tadi.
"Sini Lil, duduk dulu." Giffari menarik pelan lengan kemeja Lilya guna menarik perhatian empunya.
"Ck, iyya. Ga usah narik-narik ish." Lilya menarik lengannya sehingga pegangan Giffari pada lengan kemeja Lilya terlepas. Lilya melangkah ke kursi teras dengan Giffari yang mengekor dibelakangnya."Mau ngomong apa?" Ucap Lilya jutek. Ia membuka obrolan terlebih dahulu agar masalahnya dengan Giffari bisa cepat selesai dan dia bisa cepat pulang.
"Jangan marah-marah terus ya, kita baikan." Bujuk Giffari.
"Ga mau."
"Kenapa?"
"Ya gamau" Ketus Lilya. Sepertinya Lilya masih emosi karena telah dibohongi, dia bahkan tidak mau melihat ke arah Giffari sedikit pun. Ia berbicara sambil menatap ke depan, ke kiri, ke bawah, kemana saja asal tidak menatap ke kanan, ke arah Giffari berada.
"Sekarang kamu udah pelit ngomong ya, padahal dulu biar lagi marah juga cerewet. Ngomel-ngomel mulu, ga mau diem," kata Giffari sambil mengingat-ingat Lilya kecil mengomelinya dengan pipi dikembungkan dan bibir yang melengkung ke bawah tiap kali terkatup. "Tapi gemesin banget." Kata Giffari lagi. Bibirnya menyunggingkan senyum gemas mengingat bagaimana lucunya Lilya kecil dulu.
"Makasih aku emang gemesin dari dulu" Kata Lilya menanggapi Giffari dengan suara datar, seperti dipaksa berterimakasih. Wajahnya juga terlihat kecut, tak tampak benar-benar berterima kasih.
Tapi berbeda dengan ujung bibirnya yang berkedut-kedut. Lilya sebenarnya senang dikatai gemas, dia suka pujian. Tapi karena sekarang ceritanya dia sedang marah, dia jadi tidak ingin memperlihatkan kalau dia senang dengan perkataan Giffari.
"Berhenti kek marahnya Lil, ku traktir deh biar ga marah lagi. Mau apa? Martabak manis rasa coklat keju? Atau ice cream coklat? Dulu kalo marah kamu pasti cepet luluhnya kalo ditawarin dua itu."
"Jangan nyogok pake makanan ya, udah ga mempan. Selama kamu masih ada pikiran mau nikah sama aku, kita ga akan baikan."
"Ya, pasti ada terus pikiran gitu Lil. Pikiran kan ga bisa diatur."
"Ga peduli, pokoknya kalau masih kepikiran mau nikah sama aku kita musuhan terus."
"Emang kenapa sih Lil, kamu ga mau nikah sama aku? Kamu udah punya pacar?"
Lilya baru ingin mengangguk membenarkan, Giffari sudah melanjutkan kalimatnya lagi.
"Tapi kata kak Dirga kamu ga punya pacar."
"Aku mau fokus kuliah dulu." Jawab Lilya memilih alasan lain karena alasan punya pacar sudah dia coret gara-gara mulut ember kak Dirga.
"Bukannya kamu bulan depan wisuda ya kata kak Dirga?"
'Kak Dirga kampret!'
"Isshh aku ga mau sama kamu, kamu udah tua, om-om"
"Lilya, aku masih 26 masa dikatain om-om, kita cuman beda 5 tahun Lilya, yang bener aja aku udah om-om di mata kamu."
"Iyya buat aku kamu itu om-om. Aku masih dibawah umur, masih 21 tahun masih muda belum mau nikaah!" Lilya mulai terdengar kesal sehingga tak sadar suaranya terlalu keras.
Tapi Giffari menanggapinya dengan tenang. Dia punya banyak jawaban atas semua alasan Lilya. "Aku tau target nikah kamu itu diumur 22 tahun Lil, dulu kamu suka heboh sendiri ngomongin kalo kamu mau nikah diumur 22 tahun. Maju setahun ga papa kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Under 22
Genç Kız EdebiyatıDilamar teman sendiri, apa itu masuk akal?! Bukan teman biasa tapi sahabat sedari kecil?!! Mereka murni hanya berteman bahkan 9 tahun belakangan ini mereka tidak lagi saling kontak, tapi kenapa tiba-tiba Giffari datang mengejutkan Lilya dengan lama...