04-Transmigrasi 02

557 64 4
                                    

"Eta tukang bully Bang, tapi Eta juga punya perasaan, bukannya orang jahat itu awalnya juga orang baik yah? Orang dingin awalnya orang ceria, dan Eta juga kayak mereka Bang" Adu Letta.

"Maaf karna udah nahan Abang, dan malah jadi curhat gini. Abang mending pergi cari Caca, soal ucapan Letta tadi, lupain aja. Caca mungkin sekarang lagi butuhin Abang" Tukas Letta dengan menyebut dirinya dengan sebutan Letta, bukan Eta lagi.

Arsen yang mendengarnya terdiam, namun kakinya melangkah meninggalkan kamar gelap itu. Tanpa Arsen sadari, sosok Letta tersenyum manis pada punggung tegap Arsen.

"Eta pamit, Bang Aren" Gumam lirih Letta.

Sedangkan disisi Arsen, pria itu merasakan gejolak tidak nyaman pada hatinya, seakan ada sesuatu yang berusaha menahannya ditempat itu. Namun ia sadar bahwa ia harus mencari 'Caca'nya.

Arsen mencari Caca yang mungkin sedang baik-baik saja diluar sana dan meninggalkan Letta, gadis yang selalu menemaninya sejak kecil, tanpa memikirkan bahwa mungkin saja hari itu adalah hari terakhir ia bertemu dengan gadis yang menjaga hatinya hanya untuk dirinya seorang, selama bertahun-tahun lamanya.

Letta meninggalkan tubuhnya pada hari itu, hari dimana perasaannya benar-benar hancur setelah ditinggalkan oleh Arsen seorang diri.

"Kamu bahagia kan? Kamu sudah terlepas dari beban kamu" Ujar seorang perempuan cantik pada gadis cantik disebelahnya.

"Ya,, sekarang rasanya nyaman. Aku gak harus sedih mikirin mereka lagi kalau malam dan besoknya berusaha kuat dengan cara bully orang-orang" Balas gadis itu.

"Haha,, bakal ada yang gantiin kamu nanti. Ini bukan kehendak saya ataupun kamu, tapi kehendak dari dewi diatas sana. Sekarang, kamu ikut saya ke alam baqa yah" Ujar sosok itu seraya menghilang bersama sang gadis yang tak lain adalah Letta.

.........

"Eunghh" Sebuah lenguhan kecil mengalun dari bibir merah muda dengan badan yang berendam didalam bathtu luas.

Perlahan mata dengan iris hijau zamrud itu terbuka dari pejamannya, sebuah denyutan menyerang cukup kuat pada kepala sang gadis.

"Gue dimana nih?" Gumam gadis itu.

Setelah merasa pusingnya sedikit mereda, gadis itu pun memperhatikan sekelilingnya, dengan sedikit terhuyung, ia beranjak dari duduknya dan menyambar handuk putih dari gantungan nya, dan berjalan meninggalkan kamar mandi itu.

"Kayaknya gue sekarang lagi di tubuh cewek yang suara itu maksud tadi kali yah" Gumam sang gadis yang tak lain adalah Letta, atau tepatnya Grey.

Grey berusaha meredakan nyeri di kepalanya dengan menghirup aroma minyak kayu put*ih yang terdapat di atas nakas kamar itu.

Grey memang begitu menyukai aroma dari minyak itu, bahkan pada kehidupan di tubuh aslinya, ia memiliki sangat banyak stok minyak itu.

(Sebenernya yang suka itu Mimi ehe😭)

Setelah pusing itu sepenuhnya menghilang, Grey pun mulai berjalan mendekati lemari pakaian dari Letta dan menyambar sebuah kaos hitam polos dengan celana selutut berwarna abu-abu.

Fyi, Grey dipanggil Letta

Letta yang telah usai dengan penampilannya pun berjalan meninggalkan kamar yang didominasi oleh warna gelap itu.

Hampir seluruh hal didalam kamar milik Letta berwarna gelap. Namun Letta menyukainya.

Ternyata kamar Letta terletak dilantai tiga, sehingga Letta yang ingin keluar dari mansion itu untuk berjalan-jalan pun harus menunggu lift yang akan mengantarkan dirinya menuju lantai satu.

Ketika lift terbuka, seorang pria muncul dengan wajah datarnya menatap remeh pada Letta yang memasuki lift itu.

♡♡♡

517 kata
31 Januari 2022

Grey Not LettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang