Junghwan benar-benar tidak habis pikir,kenapa Ayahnya begitu biasa saja ketika ia memberitahu bahwa sang Kakak- Doyoung masuk rumah sakit.
"Halah,palingan dia cuman pura-pura."
Mengapa sang Ayah jadi begitu kejam.
Junghwan tidak ingin seperti ini. Ia rela jika kembali dibenci Ayahnya,tapi tolong jangan benci sang Kakak.
Ia tidak mau ada banyak orang tersakiti lagi.
Jadi apa yang harus Junghwan lakukan sekarang.
🏵🏵🏵
Doyoung terkejut ketika Ayahnya masuk kedalam ruang rawatnya.
Sontak tubuhnya menegang seketika,kenapa ia jadi takut seperti ini.
"A-ayah."
Jiwon tersenyum.
Entah apa maksud dari senyum yang diberikan Ayahnya itu. Doyoung jadi begitu takut sekarang.
"Saya denger kamu sakit ?"
Jiwon mencengkram bahu Doyoung. "Saya tau kamu pura-pura kan?"
Doyoung menggelengkan kepalanya. "Enggak Yah."
Doyoung benar-benar takut sekarang. "Ayah,jangan,sakit Yah."
Doyoung berharap sang Bunda segera datang.
"Sekarang kamu bangun,ikut Ayah."
Jiwon menarik Doyoung untuk segera bangun. Sampai infus yang tertempel di punggung tangan Doyoung terlepas,dan mengakibatkan darah sedikit keluar.
"MAS."
Jisoo datang tepat waktu.
Jisoo segera menghampiri sang anak. "Mas,kamu gila ya ?"
Jisoo langsung menatap sang anak dengan tatapan sendu. "Kamu gak papa sayang ?" Tatapannya beralih melihat punggung tangan sang Anak yang berdarah.
"Kamu berdarah,sebentar nak biar Bunda panggilin dokter."
"Jisoo,kamu jangan manjakan anak itu. Anak gak berguna."
Langkah Jisoo terhenti. "Kamu yang gak berguna Mas,kenapa kamu nyakittin anak aku,kamu gak pernah berubah Mas."
"Dia penerus perusahaan,jadi dia gak boleh lemah." Jiwon kembali memaksa Doyoung untuk ikut dengannya.
"Jangan gila kamu ya Mas,Siapa bilang Doyoung bakal jadi penerus perusahaan,aku gak akan pernah kasih izin. Lepasin."
Jisoo melepaskan tangan Jiwon,yang mencengkram lengan sang Anak.
"Aku gak akan ngebiarin kamu nyakittin Doyoung lagi,aku bakal ngelindungin anak ku sebisa mungkin."
"Jisoo,kamu mulai berani ya."
Jiwon melayangkan tangannya untuk menampar sang istri.
Plak.
Doyoung merasakan pipinya yang begitu panas. Doyoung merelakan dirinya untuk ditampar sang Ayah,karena sampai kapanpun ia tidak akan membiarkan seorang pun menyakiti sang Bunda,terlebih itu Ayahnya.
"Mas !"
Jisoo menatap Doyoung dengan sendu. "Sayang kamu gak papa ? Kenapa kamu ngelindungin Bunda nak ?"
Doyoung tersenyum. "Ini semua salah Doyoung,jadi Doyoung gak bakal ngebiarin Bunda disakitin."
Jiwon membeku. Kenapa anak itu merelakan dirinya untuk kena tamparan. "Saya cape sama anak gak berguna kaya kamu."
Setelah mengatakan itu Jiwon melenggang pergi.
Tubuh Doyoung melemas seketika.
"Sayang,kamu gak papa ?"
"Gak papa Bunda."
Jisoo membantu Doyoung merebahkan dirinya kembali di tempat tidur,lalu ia memanggil dokter untuk mengganti infus Doyoung yang terlepas.
Setelah ia keluar dari kamar rawat sang anak,Jisoo menangis hatinya begitu sakit,sungguh menyakitkan.
Ia menyesal dulu pernah ikut membenci Doyoung.
Ia merasa gagal menjadi sosok ibu,kedua anaknya sudah pernah merasakan sakit yang teramat sakit.
Ia gagal untuk yang kedua kalinya. Gagal.
Doyoung,Junghwan,maafin Bunda
🏵🏵🏵
Halo teman-teman aku balik lagi.
Ada yang kangen gak sama cerita ini ? Maap ya aku gak update2 :(
Maap ya kalau partnya cuman dikit :(
Selamat membaca
08-Maret-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye || Kim Doyoung
Roman pour AdolescentsSequel,Wound smile || So Junghwan Harap membaca terlebih dahulu yang pertama ~~~~~~ Kini semua tak lagi sama. Aku merasa sudah terlalu jauh dan terabaikan