[Edisi Kangen] 2

1.2K 143 20
                                    

Halo semuanya!

Selamat malam!

Ps. Jangan lupa baca cerita yg I found you. Baru aja dilanjut setelah sekian lama wkwk

.

.

.

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOo

Nicole mengabaikan televisi yang menayangkan serial drama. Mengabaikan cerahnya cuaca diluar jendela sana yang mungkin saja tidak akan bisa dia nikmati lagi kalau dia terlambat mendapatkan pertolongan dua hari yang lalu. Pandangannya terfokus pada laki-laki yang berstatus suaminya, yang tengah sibuk mengupas apel untuknya.

"Berhenti menatapku terus-terusan, kau tidak bosan?!"

Nicole mendengus mendengar suara ketus Justin. Sampai dunia kiamatpun tampaknya tidak akan mengubah sikap laki-laki itu padanya. Padahal dia nyaris mati beberapa hari yang lalu, tidak bisakah Justin pura-pura manis sedikit padanya?

"Tidak."

"Aku bilang berhenti membaca pikiranku!"

"Aku juga sering bilang padamu, tidak usah berpikir."

Nicole kembali mendengus. "Aku yakin kau mencium keningku kemarin, dan bilang cinta padaku."

"Kau setengah sadar, Nic. Obat bius dan kekurangan darah membuatmu berhalusinasi."

"Memangnya kau tidak cinta padaku?"

"Menurutmu kenapa aku melakukan ritual untuk membunuh Lauren?" Justin balik bertanya.

"Karena kau cinta padaku?" pancing Nicole.

"Menurutmu bagaimana?"

Nicole menatap Justin jengkel. Padahal laki-laki itu tinggal menjawab 'iya' maka semuanya beres. Namun, memang dasar vampire berdarah campuran, selalu saja membuatnya kesal!

"Aku tahu kau mengumpatku."

"Tidak usah sok tahu," ketus Nicole. Dia menghempaskan punggungnya ke belakang dan langsung meringis saat kepalanya membentur dinding cukup kuat. Dia tidak sadar bantal yang sebelumnya menyangga kepalanya sudah jatuh hingga ke pinggang.

Justin muncul di samping Nicole dengan cepat. "Tidak bisakah kau berhati-hati sedikit?!" omelnya. "Jahitan di kepalamu belum kering, kau ingin membuat luka baru?"

"Kenapa kau yang menemaniku di sini?" protes Nicole, namun tidak menolak saat Justin membantunya berbaring. "Aku bisa sembuh lebih lama karena terus mendengar bentakanmu."

"Jangan mengada-ada, dokter bilang pemulihanmu termasuk cepat. Dalam beberapa hari kau bisa pulang."

"Ah, benarkah? Tapi aku merasa kepalaku bertambah sakit hari ini." Nicole memijit keningnya perlahan.

Nicole menoleh ketika Justin mengulurkan tangan ke arah tombol di atas kepala Nicole. Tombol tersebut berguna untuk memanggil perawat tanpa repot-repot harus ke meja perawat di lorong. Buru-buru dia menahan lengan laki-laki itu. "Apa yang lakukan?"

"Memanggil perawat. Kau bilang kepalamu sakit, kan?"

Nicole meringis. "Aku bercanda."

Justin mendelik. "Menurutmu ini lucu?!" bentaknya.

"Kau mau pergi?" tanya Nicole panik saat Justin memutar tubuh, dan menjauhinya. "Walaupun kau menyebalkan aku tidak ingin sendirian-" Nicole menghentikan ucapannya saat menyadari Justin hanya menuju sofa untuk mengambil apel yang tadi dikupasnya.

The Half Blood VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang