part 150
Nicole mendesah keras-keras saat Justin terus berusaha membangunkannya. Dengan susah payah, Nicole membuka matanya yang terasa berat. Belakangan ini, semenjak usia kandungannya memasuki bulan ke delapan, dia sedikit malas bangun. Tapi menurut Justin, dia memang sudah malas bangun pagi semenjak dulu.
"SKANDAR???!!"Seru Nicole terkejut. "Apa yang kau lakukan disini?!"
Skandar mendesah putus asa. "Tentu saja membangunkanmu adik ipar!"
Nicole duduk perlahan. Perutnya yang saat ini sudah cukup besar, tidak memungkinkan lagi baginya untuk duduk tiba-tiba, atau secara cepat. "Dimana Justin?"
Skandar melihat jam tangannya. "Kurasa, saat ini dia masih belajar."
"APA??!" Nicole kembali berseru. Ia segera melihat jam. 8.30.
Skandar mengusap telinganya. "Jangan berteriak di telingaku, Nic!"
"Jadi Justin sudah pergi?!" Tanya Nicole tak percaya. "Dia meninggalkanku ketika aku masih tidur? Apa dia tak mau mengantarku ke tempat Mom?" Nicole merengek.
"Wow! Tahan Nic, jangan menangis, oke?" Ucap Skandar sedikit panik. Saat ini hanya dia dan Nicole di rumah, karena dia memang tidak kuliah. karena itulah, dia menyuruh Justin pergi kuliah sementara Nicole masih tidur agar adiknya itu tidak terlambat. Ia tidak tahu kalau reaksi Nicole akan kecewa seperti ini.
"Sudahlah, aku mau tidur lagi." Ketus Nicole, dan kembali membaringkan tubuhnya di tempat tidur.
"Tapi Nic, kau sarapan dulu, minum susu baru tidur lagi. Bagaimana?" Tawar Skandar.
Dari dalam selimut dia menggeleng. "Tidak mau." Ia sedang kesal pada Justin karena Justin pergi kuliah tanpa membangunkannya, dan pamit padanya.
Skandar menggaruk tengkuknya bingung. "Tapi Justin menyuruhmu sarapan paling lambat jam 8.30 Nic."
Nicole mengeluarkan kepalanya dari selimut. "Aku tidak mau mendengarkannya. Terserah dia saja."
"Tapi Nic, kalau dia mengomel padaku bagaimana?" Skandar memohon. "Kau kan tahu, dia itu memang adikku, tapi kadang-kadang dia bisa bersikap seperti kakakku!"
"Tutup saja teligamu kalau dia mengomel." Ucap Nicole. "Sudahlah! Keluar sana! Aku ingin tidur."
Saat Skandar akan kembali membujuk Nicole, ponselnya berbunyi. "Lihat, dia sudah menelfonku!" Keluh Skandar pada Nicole karena orang yang menelfonnya adalah Justin. Dengan malas, Skandar mengangkat telfonnya.
"Halo?"
"......"
"Belum, dia.."
"........"
"Oke." Ujar Skandar patuh. Terpaksa. Padahal saat ini dia ingin berteriak di depan wajah Justin.
"Kau tahu apa katanya barusan?"
Nicole menggeleng.
"Dia mengataiku bodoh! Kakak tidak berguna, dan tak bisa diandalkan!" Skandar mengucapkannya dengan berapi-api.
Nicole terkekeh kecil. Justin itu memang kurang ajar.
"Dasar adik kurang ajar! Seharusnya, dia tidak berkata seperti itu pada kakaknya! Dia itu tidak tahu sopan santun! Satu-satu adikku yang kurang ajar hanya dia! Apa jangan-jangan dia bukan adikku? Dia sangat berbeda dengan Wero, kau tahu? Menurutmu bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Half Blood Vampire
FanfictionNicole seorang gadis biasa yang baru menginjak semester kedua di kampusnya. Dia berharap masa remajanya dapat berjalan dengan sempurna seperti yang pernah dibayangkannya. Namun, dia malah bertemu bahkan sekelas dengan seorang vampire di kampusnya.Ti...