3. Don't Give Up On Me

920 109 41
                                    

Tak dapat dipungkiri, ucapan Seungkwan yang menyiratkan Jeonghan memiliki level lebih tinggi sekarang memenuhi pikiran Junhui.

Padahal tadi Junhui hanya niat bercanda saat menjawab pertanyaan absurd Wonwoo, tapi Seungkwan malah menanggapi candaannya dengan perkataan yang sangat mengejutkan.

Meski tampak baik-baik saja, Junhui hanyalah manusia biasa; tentu ia merasa terluka mendengar semua hal yang Seungkwan dan yang lain katakan kepadanya.

Kenapa ... Kenapa Seungkwan tega sekali menyakiti Junhui yang tak lain merupakan sahabatnya sendiri?

"Seungkwan itu insecure," Wonwoo membuka obrolan tanpa sedikitpun menatap sang penumpang sebab tatapannya terfokus pada jalan raya. "Dia memproyeksikan hal tersebut dengan cara menyakitimu."

Junhui menggeleng lemah, "aku tidak mengerti ...."

"Rumah tangga Seungkwan tidak seharmonis yang dia katakan tadi. Yang orang-orang katakan bahwa "sifat asli pasangan akan terlihat setelah menikah" itu memang demikian kenyataannya.

"Hal itu mengakibatkan mereka sering bertengkar akibat hal sepele. Setiap kali mereka sedang saling menjauh, Seungkwan selalu menyalahkan diri sendiri. Dia juga dibelenggu perasaan 'tidak cukup' dan 'tidak mampu' untuk menyenangkan hati suaminya.

"Apalagi setelah Hansol ketahuan pernah stalking akun socmed milikmu dua bulan lalu. Seungkwan jadi sering membawa-bawa namamu saat mereka bertengkar karena menilai dirimu lebih baik darinya dalam segala hal. Itu sebabnya dia berusaha menjatuhkanmu; supaya dia merasa memiliki nilai lebih dibanding dirimu."

Wonwoo menjeda penjelasannya untuk menghirup napas panjang. Ia melirik Junhui sekilas lalu kembali menatap lurus ke depan.

"Tindakannya sangat salah tapi sebagai seseorang yang pernah memiliki insecurity, kau pasti bisa memahami perasaan Seungkwan saat ini. Hanya saja ... bedanya dulu kau memendamnya, sehingga hanya dirimu sendiri yang tersakiti. Sementara Seungkwan malah menjadikan itu sebagai alat untuk menyakiti orang lain tanpa peduli jika itu adalah sahabatnya sendiri."

Sejenak, Junhui terdiam, berusaha memproses semua hal yang Wonwoo jelaskan. "... K-kau tahu semua itu dari mana?"

"Seungkwan sering curhat padaku. Itu sebabnya aku bisa menarik benang merah dari semua curahan hatinya. Yaitu ... dia merasa insecure kepadamu."

"Oh ...." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Junhui sebab tak tahu harus berkata apa lagi.

Air mata yang tadi ia tahan setengah mati kini tiba-tiba mengalir membasahi pipi. Ia pun menoleh ke arah jendela, tak ingin Wonwoo melihatnya berderai air mata.

Junhui memang sakit hati; sangat. Tapi mendengar penjelasan Wonwoo, rasa sakit hati itu perlahan berubah menjadi rasa iba.

Seungkwan seharusnya tidak perlu insecure; ia lucu, pintar, memiliki orang tua lengkap yang menyayanginya, disenangi banyak orang, karir yang cemerlang serta memiliki suami yang mencintai sepenuh hati.

Seungkwan ... menjalani kehidupan yang hanya bisa dimimpikan oleh Junhui.

Tapi yang namanya insecurity, mau sesempurna apapun seseorang di mata orang lain, pasti ia akan datang menghampiri dan menghancurkan kepercayaan diri.

Maka sebagai orang yang juga pernah dikalahkan oleh insecurity, Junhui pasti bisa memahami keadaan Seungkwan saat ini; persis seperti yang Wonwoo katakan tadi.

"Wonwoo-ya ..."

"Hm?"

"Terima kasih ...."

Tangan Wonwoo terulur, mengusak rambut halus Junhui. "Mau es krim atau corn dog?"

Bear with Me [WONHUI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang