Saat membuka pintu, Wonwoo memberikan senyuman miring pada teman-teman yang menatap horor kepadanya. Betapa tidak, Jeon Wonwoo yang biasanya tampak rapi, kini hanya bertelanjang dada, peluh membasahi wajah, rambut sedikit berantakan, ada bekas gigitan di pundak, dan ... ada luka cakaran di punggung.
Di antara gaduh ocehan teman-temannya, hanya teriakan Jeonghan yang mampu memekakkan telinga.
"Jeon Wonwoo. Lihat aku!"
Wonwoo yang tengah melangkah menuju sofa lantas berbalik badan--
Bugh!
--sebuah sepatu mendarat di wajahnya. Oh benar. Tadi 'kan gara-gara Wonwoo mengirimkan selca dengan pose mengacungkan jari tengah, Jeonghan bilang akan melemparkan sepatu pada wajah Wonwoo kalau bertemu.
Tapi sepertinya, sumber kemurkaan Jeonghan bukan hanya selca tersebut, namun juga karena kabar lamarannya dengan Junhui yang teramat mengejutkan--
"Sinting ya, kau? Tiba-tiba melamar Junnie. Kau pikir pernikahan itu permainan? Kau pikir Junnie bisa kau permainkan?"
--Nah, benar dugaan Wonwoo.
"Kalau ada yang penasaran Junnie di mana, dia sedang mandi." Ucap Wonwoo, mengabaikan omelan Jeonghan.
"Kau tak punya telinga, ya?" Jeonghan menjewer telinga Wonwoo sehingga Wonwoo terpaksa menghentikan langkah serta mengerang kesal.
"Duduk."
Lucunya mereka semua langsung mendudukkan diri mengelilingi meja --ada yang di sofa dan juga di lantai-- seolah-olah ucapan Wonwoo merupakan hal mutlak yang harus segera dilaksanakan.
Lantas Wonwoo melakukan delivery order ayam goreng tepung serta minuman bersoda untuk mereka semua. Karena biasanya, kalau sambil diberi makanan, suasana setidaknyaman apapun akan bisa dengan mudah ditaklukan.
"Aku tak pernah sedikitpun berpikiran untuk mempermainkan Junnie. Aku mencintainya. Jadi aku ingin menikahinya." Terang Wonwoo setelah meletakkan ponselnya di atas meja.
"Kau bilang kau mencintainya tapi kau tak pernah menunjukkannya!" Seru Jeonghan, mengutarakan apa yang ada di pikiran semua teman-temannya.
"Iya! Wonwoo Hyung sering keterlaluan pada Jun Hyung!" Seungkwan menimpali. Kalau dilihat dari ekspresi wajahnya, sepertinya Seungkwan benar-benar mengkhawatirkan Junhui.
Kalau demikian, perang dingin yang ia sulut pada Junhui sepertinya sudah diakhiri.
"Hey! Kenapa diam saja? Kau punya mulut atau tidak?" Tanya Jeonghan cukup murka.
Malas berdebat (malas bicara lebih tepatnya) Wonwoo membiarkan Jeonghan, Seungkwan, Jihoon dan Seungcheol mengomel sepuasnya, melontarkan banyak komentar pedas atas tindakannya yang melamar Junhui secara tiba-tiba.
Munafik kalau Wonwoo mengaku tidak tersinggung. Tapi, dirinya sudah tidak lagi mengejar validasi dari orang lain.
Jadi, bila teman-temannya mengira ia tidak ada baiknya untuk Junhui, itu tidak masalah sama sekali. Yang penting Wonwoo sudah bertekad akan menjadi satu-satunya sosok yang bisa Junhui andalkan setelah mereka menikah nanti.
Lagipula, kalau dilihat dari sudut pandang yang berbeda, Wonwoo justru merasa terhibur disudutkan seperti ini. Karena melalui cara mereka melontarkan kalimat pedas padanya, berarti mereka begitu peduli pada Junhui sampai-sampai tak ingin Junhui memiliki pasangan yang tidak baik di mata mereka.
Suasana berubah panas kala Seokmin dan Soonyoung menyatakan pendapat yang bertolak belakang.
Mereka bilang, kenapa hanya Wonwoo yang disudutkan padahal bisa saja Junhui yang sebenarnya tidak pantas bersanding dengan pria sesukses Wonwoo?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bear with Me [WONHUI]
FanfictionBerteman dekat sejak lama tidak menjamin seseorang akan bersedia melindungi nama baik dari temannya sendiri. Naif sekali Junhui yang selama ini berpikir para sahabatnya tidak mungkin bergosip di belakangnya. _______ _____ "Wonwoo-ya ... bagaimana ka...