Biasanya, Wonwoo akan langsung pergi setelah puas melakukan hubungan intim dengan Junhui. Akan tetapi, malam ini pria tampan itu mendadak clingy; Wonwoo terus menerus mendekap tubuh Junhui, tak membiarkan sang pria manis menjauh sama sekali.
Awalnya Junhui kebingungan, bertanya-tanya dalam hati mengapa sikap Wonwoo berubah seperti ini.
Sejenak berpikir mencari jawaban, perkataan Wonwoo di rumah Seungkwan beberapa saat lalu tiba-tiba berkelebat dalam ingatan.
"Selain cincin, apalagi yang harus disiapkan untuk melamar seseorang?"
Oh ... Bukankah itu artinya Wonwoo sudah berencana akan melamar seseorang dalam waktu dekat ini?
Tunggu-- kalau begitu ... mungkinkah alasan Wonwoo mendadak clingy karena ini merupakan momen manis terakhirnya bersama Junhui?
Ya, pasti begitu ...
Sungguh, tak ada satu kata pun yang mampu menggambarkan betapa perih luka yang dirasakan Junhui detik ini.
Namun ia tidak merasa dikhianati sama sekali. Karena sejak awal, ia sendiri tak pernah meminta kepastian hubungan pada sang pria pujaan hati.
Mata Junhui membola ketika menyadari sesuatu; tidak mungkin Wonwoo tiba-tiba melamar seseorang yang bukan merupakan kekasihnya.
Bila demikian, berarti setahun belakangan ini Wonwoo menjadikan Junhui sebagai selingkuhan?
Fuck. Rupanya benar pengakuan Wonwoo setahun lalu (saat pulang dari pernikahan mantannya) bahwa dirinya memang tidak sebaik kelihatannya.
Kemarahan seketika membara di hati Junhui terhadap dirinya sendiri karena setahun ini selalu bersedia ditiduri Wonwoo, tanpa menduga sedikitpun sang teman telah memiliki seorang pasangan.
Junhui juga sadar sesadar-sadarnya bahwa pengkhianatan Wonwoo tak mungkin terjadi apabila dirinya sejak awal menolak untuk ditiduri. Oleh sebab itu kini dadanya sesak diakibatkan penyesalan yang terus datang menghujam.
Ia tak sanggup membayangkan bagaimana perihnya berada di posisi kekasih Wonwoo; dikhianati oleh orang yang dicintai.
Isak tangis pun lolos dari bibir Junhui, memecahkan keheningan yang sempat melingkupi.
Wonwoo sontak membulatkan mata, dilanda kepanikan menyaksikan Junhui menangis terisak di pelukannya.
"K-kau kenapa, Jun-ah? K-kau sakit? Apa tadi aku main terlalu kasar? Kita harus ke Dokter sekarang--"
"Aku baik-baik saja ..."
"Kita harus ke dokter sekarang--"
"Kau salah paham, Wonwoo ...."
"Lalu kenapa menangis begini?"
Junhui tak dapat menguntai kata di saat pikirannya kacau seperti ini. Jika memaksakan diri menjawab jujur, ia takut kelepasan melontarkan makian yang pasti akan menjerumuskan mereka dalam pertengkaran.
Maka dari itu, Junhui memutuskan berbohong saja, supaya Wonwoo tak lagi bertanya mengenai penyebab tangisannya.
"Aku baik-baik saja. Hanya tiba-tiba terpikirkan masalah sepele."
Wonwoo memicingkan mata, menatap penuh curiga. "Enam tahun lalu kau mengatakan hal serupa sebelum pergi meninggalkan Korea. Jadi jangan harap aku akan mempercayai pengakuan palsumu lagi."
Junhui mendorong pelan dada sang teman seraya mengalihkan pandangan. "Sebaiknya kau pulang, Wonwoo. Ini sudah malam. Kau harus istirahat."
Wonwoo semakin mendekatkan wajah mereka, berusaha membuat Junhui membalas tatapannya. Namun Junhui tidak mau. Ia bahkan mengubah posisi berbaringnya jadi membelakangi sang pria yang setia memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bear with Me [WONHUI]
FanfictionBerteman dekat sejak lama tidak menjamin seseorang akan bersedia melindungi nama baik dari temannya sendiri. Naif sekali Junhui yang selama ini berpikir para sahabatnya tidak mungkin bergosip di belakangnya. _______ _____ "Wonwoo-ya ... bagaimana ka...