Pagi kembali menyapa. Asahi mengerenyitkan matanya saat sinar matahati membuatnya silau. Ia mulai bangun dari tidur, badannya terasa lebih baik hari demi hari. Suasana hatinya pun juga baik.
Pagi ini ia ingin berterimakasih kembali kepada sang pemilik hidup karena masih mengizinkannya untuk kembali bangun.
Hari demi hari setelah hari yang buruk Asahi selalu berterimakasih kepada sang kakak, kepada para hyung dan kepada setiap orang yang selalu berharap atas kehidupannya yang lebih sehat.
"Gimana Asahi kondisi kamu hari ini?" Dokter yang memang menangani Asahi sedang memeriksanya.
"Baik dok, badan saya terasa lebih segar pagi ini."
"Bagus kalau begitu. Pendarahan otak kamu sudah jauh membaik. Terus semangat ya, biar cepat sembuh."
Asahi mengangguk sembari tersenyum.
Saya tinggal ya, kalau ada apa - apa langsung panggil saya.
"Baik dokter."
Saat dokter telah keluar dari kamar inap Asahi, sang kakak keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuhnya.
Sarapan Asahi sudah tersedia beberapa saat lalu saat petugas rumah sakit mengantarkannya.
Sang kakak mengatur meja dan makanan untuk Asahi sarapan.
"Hikun, sarapan ya."
Asahi mengangguk, ia mengangkat tubuhnya untuk setengah duduk, sang kakak mengatur ranjang untuk menopang tubuh Asahi.
Asahi sudah bisa makan sendiri, ia memegangi sendok dan sumpit, segera ia menyantap makanan yang ada dihadapannya perlahan.
Rasanya hambar, makanan rumah sakit memang tidak enak.
Sang kakak yang duduk di samping ranjang terus mengamati adiknya yang sedang bersusah payah menelan makanan yang tidak ada rasanya itu. Ia sangat berterimakasih karena kondisi sang adik berangsur membaik.
"Onesan?"
"Em?"
"Soal pulang ke Jepang, aku pengen cepet ketemu mama."
"Kakak udah hubungin keluarga kemarin. Kakak sudah jelasin semuanya, mama menangis beliau juga ingin segera ketemu kamu."
Asahi menghentikan kegiatannya, ia menaruh sendok dan sumpit di nampan yang ada dihadapannya.
Dadanya terasa sesak mendengar perkataan sang kakak bahwa mamanya menangis. Dari dulu Asahi paling tidak bisa melihat sang mama menangis tapi kini dia yang menjadi alasan sang mama menangis.
Asahi menunduk sembari menepuk nepuk pelan dadanya yang terasa sesak, matanya sudah berkaca - kaca.
"Apa pulang ke Jepangnya bisa dipercepat kak?" Asahi masih tertunduk.
Sang kakak dengan segera memeluk adiknya itu supaya perasaannya lebih baik, "kakak usahain ya. Kakak bakal ngomong ke dokter supaya kamu bisa segera ketemu mama."
"Aku kangen mama kak. Kangen masakan mama." Buliran bening telah lolos begitu saja membasahi pipi Asahi.
"Iya, kakak tau." Sang kakak mengelus punggung Asahi menguatkan.
"Mau telfon mama?" Sang kakak menawarkan.
Asahi mengangguk ragu. Ia sangat ingin menelfon sang mama tapi ia juga takut jika ia membuat sang mama semakin sedih dengan kondisinya saat ini.
Sang kakak mengambil ponselnya, ia menghubungi sang mama.
Beberapa saat sang kakak berbicara terlebih dahulu sebelum hpnya ia berikan kepada Asahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASA HI 'SILVER BOYS' ✓
FanficAsa = Harapan Setelah mendapat telfon dari Mama-nya, Asahi memutuskan untuk pulang ke Jepang. ia menyerah. °°° *saran aku baca minimal sampai part 8, setelah itu terserah kamu mau lanjut apa enggak ^^ highest rank : #8 : in asahi [27-01-22] Sta...