40| Tidur Untuk Selamanya

322 39 3
                                    

Tidak ada yang pernah menyangka bahwa kepulangan Hamada Asahi ke kampung halamannya adalah sebuah salam perpisahan untuk semua orang.

Bahkan Asahi sendiri pun tak pernah mengetahui bahwa hari itu adalah hari terakhirnya berada di bumi-- juga menjadi kesempatan terakhirnya untuk berkumpul bersama keluarga dan sahabat - sahabat tercinta.

Asahi tidak tahu hari itu ia sedang berpamitan. Berpamitan untuk pergi selama - lamanya.

Sungguh, hari itu tidak ada yang aneh dengan tubuhnya. Justru ia merasa sangat sehat dari hari - hari biasanya-- mungkin efek kegembiraannya akan pulang kampung-- Asahi tak terlalu memikirkan itu, ia hanya bersyukur badannya hari itu dapat diajak kerja sama dengan baik. Bahkan ia sempat berlatih bersama SILVER BOYS dan kondisi tubuhnya masih baik - baik saja.

Meski telinganya sempat berdengung dan kepalanya pening namun itu segera mereda saat ia telah turun dari pesawat. Kebahagiaan bertemu keluarga mengambil alih segalanya.

Malam itu pun ia makan banyak sekali masakan sang ibu sampai ia menyombongkan diri kepada Jihoon bahwa masakan mamanya adalah yang paling enak.

Dan setelah kepulangan tiga sahabatnya, Asahi masih terus melanjutkan bercengkerama dengan seluruh anggota keluarganya kecuali sang adik yang sudah tertidur.

Sang ibu terus berada di samping putra yang ia rindukan itu. Beliau mendengarkan dengan binar mata yang memancarkan kasih sayang di setiap cerita yang sang putra utarakan. Ada kalanya gelak tawa terdengar memenuhi ruang keluarga itu. Asahi menceritakam semua pengalamannya saat berada di Korea. Pengalamannya saat ia baru pertama kali sampai di negeri orang itu hingga ia kembali ke tanah kelahirannya. Sang ayah dan bunda sempat menitihkan air matanya pada bagian cerita saat Asahi sakit, namun Asahi langsung mengatakan pada merka bahwa ia baik - baik saja dan dengan bantuan sang kakak ia akan segera sebuh.

Nyatanya kamu tidak sembuh, Asahi. Kamu pergi.

Asahi menyarankan sang ibu untuk segera tidur setelah melihat sang ibu menguap beberapa kali. Sang ibu sebenarnaya masih ingin terjaga namum tubuhnya sudah menunjukkan sinyal kelelahan yang memaksanya untuk segera pergi ke dalam kamar. Besok pagi beliau akan bangun dan bertemu sang putra lagi, bukan?

Sang ibu memang bangun, namun sang putra tidak.

Sang kakak yang juga leleah memutuskam untuk menyusul sang ibu beristirahat. Masih akan ada hari esok, kan, untuk berbincang?

Tapi ternyata tidak. Tidak ada hari esok untuk berbincang lagi dengan sang adik.

Di ruang keluarga itu tersisa tuan Hamada bersama sang anak laki - laki. Beliau mengungkapkan betapa banganya beliau memiliki Asahi sebagai putranya. Sang ayah berjanji bahwa beliau siap melakukan apapun untuk kesembuhan Asahi.

Pada akhirnya tuan Hamada tak diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menepati janjinya.

Setelah perbincangan malam itu selesai, sebelum menuju ke kamar Asahi terlebih dahulu masuk ke dalam kamar sang adik bungsu. Adiknya itu tertidur dengan sangat nyenyak sampai tak sadar selimut sama sekali tak membungkus dirinya. Asahi membenahi selimut yang berceceran itu, ia menyelimuti tubuh mungil sang adik agar tak kedinginan. Tak lupa ia mengucap selamat malam dan semoga mimpi indah untuk sang adik.

Namun bukan mimpi indah, justru saat adik dari Asahi itu bangun di pagi hari ia menemukan mimpi terburuknya. Sang kakak terus tertidur hingga tubuhnya diangkut ke sebuah ambulance, dan setelah itu ia tak pernah lagi melihat sosok sang kakak. Hingga saat usianya beranjak dewasa ia baru mengerti bahwa memang ia tak dapat lagi melihat sosok itu untuk selama - lamanya.

🤖

"Selamat malam, Osaka." Ucapnya kala itu setelah menghempaskan dirinya ke ranjang yang sudah lama tak ia tiduri.

"Jangan lupa bangun." Lanjutnya untuk dirinya sendiri.

Tapi nyatanya ia benar - benar lupa untuk bangun. Ia terus tertidur pagi itu saat sang adik mencoba membangunkannya. Bahkan hingga sebuah ambulance membawanya ke rumah sakit terdekat pun matanya masih terus tertutup rapat.

Sekujur tubuhnya telah mendingin, ia terpejam dengan sangat damai.

Saat sebuah alat medis diletakkan ditubuhnya, monitor terus menunjukkan sebuah garis lurus. Setiap alat medis yang digunakan untuk menyelamatkan hidupnya sama sekali tidak berpengaruh. Suara nyaring yang terus menggema di ruangan itu membuat semua orang tercekat.

Sang dokter menggeleng tanda bahwa tak ada lagi kesempatan. Ia telah pergi-- pergi untuk selama - lamanya.

Ia telah menghadap Tuhannya dengan tenang dan damai. Asahi tidak dapat menepati janjinya hari itu kepada para sahabat-- keliling kota Osaka. Ia justru berkeliling sendirian di dunianya yang lain.


Selamat jalan, Hamada Asahi.


Begitulah bagaimana Asahi lupa untuk bangun, ia telah pergi. Pergi dalam definisi yang sebenar - benarnya.

Hamanda Asahi pergi untuk selama - lamanya.

-END-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-END-

ASA HI 'SILVER BOYS' ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang