"Kenapa nggak ada cowok yang mau sama gue!?" Rosé merengek dan menubruk punggung tegap Minghao didepannya.
"Ngeluh mulu deh lo, mending lo bantuin gue piket." Minghao yang tengah menghapus papan tulis itu memundurkan kening Rosé menggunakan jarinya.
Rosé baru dua hari putus dari pacarnya, cewek yang bucinnya tingkat akut itu pasti selalu mencurahkan hatinya kepada Minghao, pengagum rahasia yang sayangnya merangkap menjadi sahabatnya itu. Minghao tau, tidak ada persahabatan diantara perempuan dan laki-laki salah satu dari mereka pasti ada yang memiliki rasa, tapi sialnya Minghao yang mengalami itu.
"Pengen cari cowok yang tulus sama gue ada gak sih?"
"Ada!" Minghao segera menyahut. "Lo itu cantik, lo orangnya juga tulus pasti suatu saat lo juga bakal dapet yang tulus kok." Minghao berujar dengan tersenyum sambil menatap manik coklat Rosé.
"Rosé, lo tuh masih muda. Ngapain sih buang-buang waktu buat pacaran. Ujung-ujungnya pasti juga putus terus nangis, belum lagi makan ati. Apa nggak capek tuh mental lo."
Rosé membuka mulutnya namun tak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Dan yang dikatakan Minghao itu memang benar, ucapannya sangat benar menembak sasaran dengan tepat hingga membuatnya tak bisa membalasnya lagi.
"Tapi.... tapi kan gue cinta."
"Nggak ada cinta yang tulus sebelum ke pelaminan."
BOOM!
Dan mengenai sasaran lagi. Sepertinya didalam persahabatan mereka tidak ada kata-kata 'wanita selalu benar'. Nyatanya setiap berdebat Rosé selalu kalah, dan ujung-ujungnya dia akan ngambek.
"Mending lo sekolah dulu deh yang bener, SMA belum lulus dah repot sama masalah cinta lo!"
"Bawel lo!"
Minghao menghela nafas, biar dia tebak pasti Rosé sekarang lagi ngambek. Minghao meletakkan penghapus di meja guru dan menghampiri Rosé yang sekarang sudah meletakan kepalanya di meja dan menutupi wajahnya.
"Yaudah iya, gue minta maaf."
"..."
"Eh seblak didekat komplek kita lagi diskon loh!"
"Serius!" Rosé menegakan tubuhnya, dia tampak begitu antusias sekali mendengar kata seblak.
Minghao tersenyum dan mengusak surai Rosé sambil menatapnya dalam. "Iya dong! Gue kan selalu tau kesukaan lo."
Rosé memeluk pinggang Minghao saat cowok itu mengerem secara mendadak. Sekarang lagi musim hujan, dan mereka terguyur hujan saat pulang sekolah. Tadinya Minghao mau meneduh tapi Rosé cegah karena perutnya sudah sangat lapar.
"Lo nggak papa!?" Tanya Minghao khawatir.
"Enggak kok."