═════════•°• ▕⃝⃤ •°•═════════
Malam itu, Irianna duduk dengan tenang di meja kamarnya. Ditemani dengan semangkok sup sisa yang sengaja Stacy hadiahkan untuknya dan sebatang lilin pendek. Irianna melihat-lihat isi buku tulis tuanya yang kini penuh dengan coretan sederhana tentang kisah Oz. Sesuai usulan Stacy, ia menggambar itu sembari mendongeng pada adik-adiknya. Beruntunglah mereka merasa sedikit terhibur dengan cerita itu, meskipun itu belum bisa menyingkirkan sepenuhnya rasa bersalah Irianna karena merasa gagal memenuhi janjinya.
"Fix it with Magic, sister."
Irianna termangu saat kalimat itu terulang dikepalanya, diliriknya buku sobek yang masih tersimpan di atas meja. Ia tak punya niatan untuk membuang buku itu dan berharap bahwa ia masih bisa memperbaikinya, meski ia sendiri tak tahu apa yang bisa ia lakukan untuk itu.
Perhaps with magic?
Ia merinding geli mendengar batinnya sendiri. Seberapa kalipun imajinasinya selalu berkhayal tentang sihir, ia tetap sadar jika hal semacam itu tidaklah nyata. Itu hanya bagian dari imajinasi yang menyenangkan dan Irianna menyukai berkhayal tentang itu.
Ah, sekarang ia merasa sangat bodoh karena terhasut ucapan Evander dan mulai menggabungkan imajinasinya dengan dunia nyata, ini konyol. Namun di suatu sisi batinnya dengan liar terus meminta ia untuk mencoba.
Kita mungkin bisa melakukannya! Yang terpenting adalah keyakinan!
Cobalah satu kali saja, ayolah....
Imajinasi Irianna sontak melayang ke sebuah skenario saat ia mengucapkan mantra dan seketika buku itu bercahaya dan benar-benar kembali seperti wujudnya semula, atau buku itu mengeluarkan cahaya ajaib lalu menghisap dirinya, membawa ia ke negeri Oz, dan dia—
Ah, sudahlah. Itu sudah berlebihan.
Irianna menatap buku rusak itu sekali lagi. Tangannya mengetuk-ngetuk meja dengan gelisah sementara di dalam dirinya masih terjadi pergolakan batin antara ya dan tidak. Cukup lama ia memikirkan itu hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengambil buku itu dan membulatkan tekadnya dengan menarik napas dalam-dalam.
Bodoh atau tidak. Aku akan melakukan apa saja untuk mengembalikan buku itu seperti semula!
Ditatapnya buku itu secara seksama. Persetan dengan perasaan konyol ataupun fakta bahwa ia sama sekali tak punya pemahaman tentang sihir, yang ada di pikirannya kini hanya satu. Apapun! Apapun asalkan buku itu bisa kembali!
Perlahan ia pun memejamkan mata, pikirannya fokus dengan buku itu dan hatinya menggumamkan kata "Fix it!" berulang kali dengan sejuta keyakinan yang ia punya.
Aku mohon....
Cukup lama ia seperti itu dan ketika membuka matanya perlahan-lahan, berharap melihat sesuatu. Cahaya, jin pengabul permintaan, penyihir Oz, peri, selotip atau apapun itu yang bisa memperbaiki bukunya.
Irianna melihat sekeliling, sunyi. Tak terjadi apa-apa.
"Ugh, I knew it," gumamnya kecewa. Ia bisa merasakan realita sedang tertawa terbahak-bahak padanya. Sial, tidak seharusnya ia bersikap konyol seperti ini, dongeng hanya ada untuk anak kecil. Dongeng hanyalah murni khayalan manusia. Lagipula Ia sudah 11 tahun sekarang dan seharusnya ia sudah tahu itu. Keputusasaannya untuk memperbaiki buku itu membuat ia tak bisa berpikir dengan jernih. Sambil mendesah kecewa, Irianna membuang buku rusak itu ke dalam tempat sampah lalu menelungkupkan wajahnya di atas meja.
Hilang sudah harapannya untuk memperbaiki janji itu....
BRAKK!
Sesuatu tiba-tiba datang menabrak jendela kamar, menghasilkan bunyi bedebam yang cukup keras. Irianna terperanjat kaget dan langsung terpelanting ke belakang bersama dengan kursinya. Mangkuk supnya juga jatuh dan tumpah membasahi karpet tua dibawahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/299578876-288-k144062.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST BLOOD (Muggleborn)
FanfictionIrianna Jhessail hanyalah seorang anak yatim piatu biasa yang menghabiskan hidupnya di Panti Beltoun bersama orang-orang yang sudah ia anggap sebagai keluarga. Miss Matilda, sang pemilik panti tiba-tiba jatuh sakit 5 tahun yang lalu. Kehidupan pun s...