═════════•°• ▕⃝⃤ •°•═════════
"Madam Pomfrey!!"
Irianna berlari tertatih-tatih, sesekali ia tersandung jubahnya sendiri dan menabrak murid lain yang berjalan namun ia tidak peduli, ia harus pergi ke Great Hall dan menemui Madam Pomfrey secepat mungkin. Bajunya basah karena keringat, jantungnya berdetak terlalu cepat seiring langkah dan airmata terus berjatuhan di wajahnya, Irianna bergidik, hatinya sesak dengan bayangan mengerikan Calista terus berputar memenuhi kepalanya. Sahabatnya tiba-tiba terbaring tak sadarkan diri dan mengalami kejang tubuh yang sangat parah.
Brak!!
Pintu Great Hall di buka dengan kasar, mengalihkan atensi para murid yang baru saja akan memulai makan malam mereka. Semuanya menatap heran pada Irianna yang lari terpontang-panting seperti dikejar setan, mengingatkan mereka pada Professor Quirrell beberapa waktu sebelumnya. Para siswa saling menatap dengan wajah pucat, takut jika ada serangan troll lagi malam ini.
"Manners, Ms. Jhessail! Manners!" Professor McGonagall berdiri lebih dulu, menegur galak pada Irianna yang telah menginterupsi acara makan malam dengan cara yang tidak sopan. Namun saat melihat teror di wajah anak itu yang berlari ketakutan, Professor McGonagall terpekur. Semua tegurannya langsung tertahan di tenggorokan.
"M-madam ... Madam Pomfrey...." Irianna kehabisan napas. Ia menyeret dirinya ke depan meja pengajar, berlutut kelelahan. Dengan sisa tenaganya ia menunjuk ke arah asrama Ravenclaw, "C-Calista ... dia ... bertambah parah...."
"Ms. Addams?" Madam Pomfrey langsung berdiri dari kursinya, tampak sangat terkejut namun kemudian segera mengangguk dengan serius, "Aku mengerti, aku akan ke sana sekarang juga, nak." Madam Pomfrey dengan sigap bertindak tanpa menunggu penjelasan lanjutan. Ia bersitatap sejenak dengan Professor Dumbledore, meminta izinnya untuk meninggalkan makan malam yang kemudian dibalas dengan anggukan pelan dari sang kepala sekolah.
"Rubeus, tolong ikutlah denganku. Kita harus membawa anak itu ke Hospital Wing secepatnya. Dan Severus, aku percayakan padamu untuk mengurus Calming Draught di ruanganku," pintanya sambil berjalan pergi—hampir setengah berlari—disusul dengan Hagrid dan Professor Snape yang buru-buru berdiri meninggalkan ruangan.
Keributan kecil itu memancing perhatian para murid. Mereka semua saling tatap, bingung dan khawatir. Kepanikan jadi semakin bertambah saat mereka mulai menyadari tak ada satupun murid Ravenclaw yang datang menghadiri makan malam hari ini. Bisik-bisik kecil lama-lama berkembang menjadi percakapan besar, semua orang tampak cemas dan bertanya-tanya.
"Oh dear, apa kau baik-baik saja?" Sadar pada Irianna yang tampak terguncang, Professor Flitwick dan Professor McGonagall dengan segera memapahnya, membawanya ke tepi undakan podium untuk menenangkan diri. Irianna sendiri masih kesulitan untuk menjawab, tubuhnya kelelahan dan pikirannya kacau. Kepalanya tidak berhenti memutar ingatan tentang Calista yang tidak sadarkan diri dan terus berteriak histeris. Anak itu entah bagaimana seperti tenggelam dalam halusinasi, dia mengamuk dan mengalami kejang yang hebat, itu menakutkan, sangat menakutkan. Irianna tidak tahu apa yang terjadi pada Calista dan ia sangat khawatir pada kondisinya. Kemudian ditambah dengan semua emosi buruk di sekitarnya yang bercampur aduk, semuanya terasa menyakitkan.
"Ariana...." Anak itu tertegun saat suara berat namun begitu lembut dan pelan berbicara di belakangnya. Ia berbalik, menatap Professor Dumbledore yang kini telah berdiri di sampingnya. Alis Irianna bertaut, merasa heran apakah Professor Dumbledore benar-benar memanggil dirinya dengan nama itu. Ia mendongak mengamati sejenak iris biru cerah yang melongok di balik kacamata perak, Professor Dumbledore memang sedang berbicara dengannya.
"Professor ... a-ku ... Calista, dia—" Irianna terbata. Tubuhnya masih bergetar dengan semua tekanan yang ia terima, namun keberadaan Professor Dumbledore entah kenapa mampu membuatnya merasa lebih baik. Kepala sekolah itu terlihat tenang dan tidak menampakkan kepanikan, aura damai yang terpancar darinya mengalir seperti air jernih yang sejuk. Keberadaannya secara tak langsung telah membantu Irianna untuk mengembalikan ritme pernapasannya ke tingkatan yang lebih normal.
![](https://img.wattpad.com/cover/299578876-288-k144062.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST BLOOD (Muggleborn)
FanficIrianna Jhessail hanyalah seorang anak yatim piatu biasa yang menghabiskan hidupnya di Panti Beltoun bersama orang-orang yang sudah ia anggap sebagai keluarga. Miss Matilda, sang pemilik panti tiba-tiba jatuh sakit 5 tahun yang lalu. Kehidupan pun s...