16-Up and Fly

77 19 2
                                    

═════════•°• ▕⃝⃤ •°•═════════

Hukuman Irianna selesai bertepatan dengan masuknya jam pelajaran Hogwarts yang ketiga : Pelajaran Terbang. Karena memiliki kelas yang sama, Draco dan Irianna berjalan beriringan menuju ke kelas mereka.

Well, sebenarnya mereka tidak beriringan, melainkan Irianna yang terpaksa mengekori Draco karena takut tersesat. Minggu sebelumnya mereka mempelajari teori terbang di kelas tapi hari ini ikon sapu di peta mereka berubah tempat. Draco sendiri tidak ingin ambil pusing dengan Irianna yang mengikutinya dari belakang, keberadaan Irianna jelas sangat mengganggunya, tapi Draco hanya bersikap acuh seolah-olah ia tak ada di sana. Lagipula jarak anak itu ada sekitar 10 meter dibelakangnya, jadi harga dirinya secara teknis tidak akan terganggu.

"Hey, Malfoy?" Irianna tiba-tiba mempercepat langkahnya, menghampiri Draco.

Draco terus berjalan.

"Malfoy?"

Lagi-lagi, Draco tetap diam.

"M-Malfoy, aku—"

"Could you stop calling my name??" Draco berdecak kesal dan berbalik ke arah Irianna, benar-benar tak terima ketika marga keluarganya yang berharga keluar dari mulut seorang muggleborn, ugh.... Draco melirik sekelilingnya sebelum kembali berbicara, memastikan jika tak ada orang di koridor itu yang melihatnya. "Dengar ya, kau sudah cukup beruntung kuizinkan membuntutiku ke kelas pelajaran terbang hari ini jadi berhentilah menjatuhkan harga diriku di depan orang-orang," gertaknya jengkel.

"Oh, maafkan aku jika aku mengganggumu. Jika saja kau mau mendengarkan lebih awal," Irianna memicing, balik menyindir. Draco melotot.

"Enyah dari hadapanku." Draco berbalik tapi Irianna segera menahannya.

"Mungkin ini membuatmu senang tapi aku takut dihukum lagi. Aku hanya ingin bertanya, di mana kita mengambil sapu terbang? Itu tidak ada di daftar belanjaan," keluh Irianna. Ia dengar jika pelajaran terbang kali ini adalah praktik dan mereka akan menggunakan sapu terbang. Irianna jelas tak ingin ini berakhir dengan hukuman lagi. Hilliard sudah sangat frustasi saat asrama mereka kehilangan 40 poin kemarin, tatapan gelap yang diberikannya hari itu benar-benar membuat siapapun merinding. Untung saja prefeknya adalah orang yang pandai menenangkan diri sehingga ia tidak memberikan hukuman apapun selain teguran. Tapi jika hari ini Irianna kembali mengacau, Hilliard mungkin akan menguncinya di luar asrama dan tidak akan pernah membiarkannya untuk masuk kembali.

"Ck, this is why we don't accept muggleborns in this school...." Draco memutar bola matanya jengah. "Madam Hooch sudah mempersiapkan sapu untuk masing-masing murid. Yang harus kau lakukan untuk mendapat sapu itu hanyalah datang ke kelasnya tepat waktu, jadi jangan menggangguku, dasar darah lumpur!" gerutu Draco jengkel. Irianna yang mendengar cercaan itu spontan ikut tersulut emosinya.

"Cih! Kau selalu mengatakan semuanya seolah kau lebih baik daripada orang lain, dasar pelahap maut!" Irianna balas mencaci. Namun yang tak ia duga, Draco tiba-tiba berbalik dengan tongkat mengacung kearahnya. Wajah Draco merah padam karena amarah dan mata abu-abunya menatap nyalang pada Irianna, seolah-olah ia siap mengutuk Irianna dengan kutukan apapun yang bisa membuatnya menderita. Semua terjadi dengan sangat cepat dan dalam sepersekian detik Irianna langsung merinding merasakan kemarahan Draco yang meninggi seperti itu.

"Sekali lagi kau berbicara, aku tak akan keberatan membakar dirimu juga," ancamnya tak main-main. Sementara Irianna hanya bisa diam tak berani bergerak, tubuhnya membatu ketakutan. Ia sudah terbiasa dengan Draco yang marah dan mengancamnya, tapi kali ini Draco terlihat benar-benar marah.

THE LAST BLOOD (Muggleborn)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang