one shoot 13

679 57 3
                                    

.
++
.

Hari ini hari minggu, hari yang pas untuk berlama-lama di atas ranjang.

Hari yang selalu ditunggu kehadirannya oleh banyak orang, termasuk dua orang yang kini tengah terlelap di sebuah kasur berukuran king.

Haruto dan Asahi, keduanya masih setia terpejam walaupun hujan sudah mengambil alih peran matahari pagi.

“Eungh” gumam si rambut putih kala netranya menangkap seberkas cahaya yang memaksa masuk.

Ia membalikkan badannya membelakangi sumber cahaya—menghadap Haruto, mengamati sebentar wajah pria dihadapannya sebelum kembali tidur.

Asahi mengusap pelan rahang si rambut hitam, lalu mengecupnya lembut sebelum ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang yang tidak terbungkus apapun itu.

Iya, Haruto tidurnya topless.

Seakan tidak ada hari esok, Asahi menghirup aroma favoritnya itu dengan rakus. Wangi, batinnya.

“Biasa aja nyiumnya” sahut Haruto yang entah sejak kapan terbangun dari tidurnya.

Haruto melingkarkan salah satu tangannya pada pinggang ramping Asahi disaat tangan yang lain sibuk mengusap pucuk kepala si manis.

“Hehe, haru mau cium” Asahi mendongak.

Sebuah kecupan lembut dilayangkan pada bibir tipis Asahi.

“Ih bukan kecup, aku maunya cium” rengeknya.

Kecup doang mana cukup, ya nggak?

Kali ini Haruto membiarkan bibir mereka menyatu lebih lama, dibumbui dengan sedikit lumatan yang berhasil membuat si rambut putih terbuai.

“Manis” ucap Haruto.

“Bohong” balas Asahi menyembunyikan wajah malunya.

Haruto menangkup dan mengecup setiap inci dari wajah kecil milik pria mungil di hadapannya.

“Pretty. You’re the prettiest” ucap Haruto disela-sela kegiatannya.

Asahi hanya tersenyum menikmati perlakuan lembut Haruto. Ia benar-benar merasa nyaman.

“Haru” panggil si mungil.

“Hmm?”

“Apa kita bisa kayak gini terus?” Tanyanya.

“Kenapa, hm?” Tanya Haruto balik, ia tahu saat ini Asahi sedang memikirkan hal-hal yang membuatnya cemas.

“Aku takut kamu pergi”

“Tapi aku nggak kemana-mana, Asa”

“Ya sekarang. Kalau nanti nggak ada yang tahu”

“Aku nggak akan pergi kalau di tempat yang aku tuju nggak ada kamu” kata Haruto mengusap pelan pucuk kepala Asahi.

“Janji ya” Asahi menyodorkan jari kelingkingnya.

“Iya, sa. Aku janji” balas Haruto sambil mengaitkan jari kelingking mereka berdua membentuk pinky promise.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
End.
Inspirasiontwitter
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan Lupa V.O.T.E Kritik dan saran silahkan tinggalkan di KOMENTAR😓🙏

Z.O.N.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang