7. Do You Remember?

327 24 1
                                    

Renjun speechless mendengar ucapan Jaehyun. Ia menggelengkan kepala-nya karena tidak menyangka kalau Jaehyun akan berkata seperti ini.

Seakan merasa kalau obrolan mereka sudah tidak benar, dan sudah di luar jalur. Renjun pun beranjak dari kursinya, dan berhendak pergi dari hadapan Jaehyun. Namun baru saja Renjun memutar balikkan tubuh-nya, Jaehyun malah memegang pergelangan tangan-nya.

"Kau ingin ke mana?" Tanya Jaehyun, menatap Renjun penuh kebingungan.

"Aku ingin pulang Jaehyun. Obrolan kita sudah semakin tidak benar dan sudah di luar jalur." Ujar Renjun.

Jaehyun menggerutkan dahi-nya heran. "Tidak benar apa-nya? Semua yamg di katakan aku itu benar. Aku akan memperjuangkan-mu kembali. Apakah itu salah? Dan di luar jalur? Apa maksud-nya?" Tanya Jaehyun.

"Tentu saja kau salah. Tidak seharusnya kau berkata seperti itu, di saat kau sudah memiliki kekasih, begitu juga dengan aku. Di luar jalur maksud-ku adalah tindakan-mu. Aku tidak mau kau merusak hubungan-mu sendiri dengan Taeyong Eonnie. Aku juga tidak mau kau merusak hubungan-mu dengan Jeno." Ujar Renjun.

"Tapi Renjun--"

"Tidak ada tapi-tapian Jaehyun. Kisah kita sudah berakhir sejak beberapa tahun yang lalu. Aku tidak perduli apakah kau menerima ini atau tidak. Yang jelas? Aku sudah menganggap kisah kita berakhir, semenjak kau pergi meninggalkan diri-ku." Ujar Renjun.

"Kalau begitu aku pamit. Aku akan jalan dengan Jeno." Pamit Renjun, yang berniat melepaskan tangan Jeno dari tangan-nya.

"Biarkan aku mengantar-mu." Ujar Jaehyun, mencegah Renjun pergi.

"Terima kasih atas niat baik-mu. Tapi sungguh, aku tidak memerlukan itu. Aku akan pulang naik taksi." Tolak Renjun.

"Aku tidak ingin bantahan Huang Renjun. Biarkan aku mengantar-mu pulang. Kau ingin memakai cara-mu sendiri, atau memakai cara-ku?" Ujar Jaehyun. Memberikan Renjun dua pilihan yang sangat tidak mengenakan untuk Renjun.

Renjun yang tau kalau Jaehyun tidak akan pernah main-main dengan ucapan-nya, ia lebih memilih untuk menuruti ucapan Jaehyun.

Ia tidak mau Jaehyun membawa-nya tiba-tiba ala karung beras, seperti apa yang Jaehyun lakukan tadi, dan menjadikan-nya pusat perhatian karena ulah Jaehyun.

"Baiklah." Ujar Renjun yang sukses membuat Jaehyun tersenyum senang.

Jaehyun langsung menggenggam tangan Renjun, tapi Renjun langsung melepaskan-nya.

"Tidak usah bergandengan tangan. Kita tidak ingin menyebrang Jaehyun-ah." Ujar Renjun, sebelum Jaehyun memprotes atau bertanya banyak hal.

Jaehyun hanya bisa menghela nafasnya kasar, dan menuruti permintaan Renjun.

Mereka berdua pun mula keluar dari restaurant hotpot secara bersamaan, setelah Jaehyun selesai membayar makanan yang mereka pesan tadi.

Sampai di depan restaurant, Renjun dan Jaehyun mulai masuk ke dalam mobil Jaehyun. Jaehyun yang duduk di kursi kemudi, sedangkan Renjun yang duduk di kursi penumpang samping Jaehyun.

Setelah Renjun selesai memasang seatbelt-nya, Jaehyun langsung menjalankan mobil-nya meninggalkan restaurant hotpot.

---

"Yak! Kenapa kau ingin menbawa-ku ke mana? Ini bukan arah rumah-ku!" Teriak Renjun panik, ketika Jaehyun malah memilih lurus, di banding belok.

Arah rumah Renjun itu belok dan tidak lurus seperti ini!

"Jung Jaehyun! Aku sedang bertanya kepada diri-mu! Kau ingin membawa-ku ke mana?! Jangan aneh-aneh Jaehyun! Cepat pulang-kan aku sekarang!" Pinta Renjun, yang sudah menaikkan nada suara-nya karena panik.

Jaehyun meringis begitu mendengar teriakan Renjun yang sangat memekakkan telinga-nya. "Aish, kau berisik sekali. Tenang-lah." Pinta Jaehyun.

"Apakah kau gila? Kau meminta-ku tenang, di saat kau yang tiba-tiba membawa diri-ku pergi tanpa tujuan? Setidak-nya beri tau aku! Kau ingin membawa-ku ke mana?!" Pekik Renjun yang semakin panik akan kelakuan Jaehyun.

"Sssttt. Jangan berisik sayang. Kau bisa membuat kita berdua kecelakaan, karena teriakan-mu yang sangat mengganggu diri-ku yang sedang menyetir." Peringat Jaehyun.

Seakan sadar bahwa ucapan Jaehyun itu benar. Renjun pun mulai mengontrol rasa panik-nya. Mengambil dan membuang nafas sebanyak mungkin, sampai diri-nya tenang, dan terkontrol.

"Jaehyuniee, kau ingin membawa-ku ke mana heum?" Tanya Renjun, dengan suara yang sangat lembut.

Mendengar Renjun memanggil nama-nya dengan panggilan Jaehyuniee, Jaehyun tidak bisa untuk tidak menyembunyikan senyuman-nya.

Jaehyun tersenyum sampai lesung pipi-nya kelihatan, hanya karena Renjun memanggil diri-nya dengan panggilan Jaehyuniee. Panggilan yang sering Renjun gunakan dulu. Jaehyuniee, hyuniee.

Dan panggilan ini sukses membuat Jaehyun luluh, dan menjawab pertanyaan Renjun. "Aku akan membawa-mu ke tempat yang sangat spesial. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan membawa-mu kembali, setelah aku membawa-mu ke sana." Ujar Jaehyun. Berusaha menenangkan Renjun, agar Renjun tidak khawatir.

"Janji?" Tanya Renjun memastikan.

"Janji." Balas Jaehyun.

***

Sampai di depan sebuah rumah sederhana yang terletak di sudut Seoul, mereka pun segera turun.

Renjun terdiam. Kaki-nya tidak beranjak dari tempat-mya berpijak saat ini. Netra-nya hanya melihat Jaehyun yang sudah lebih dulu jalan, tanpa berniat untuk mengikuti Jaehyun.

"Renjun, kenapa diam saja? Ayo." Ajak Jaehyun.

"Ah Ne." Ujar Renjun, yang membuyarkan lamunan-nya, dan segera melangkahkan kaki-nya secara perlahan, memasuki rumah tersebut.

Sampai di dalam, netra Renjun langsung menelusuri sekitar. Melihat seluruh isi yang ada di dalam rumah.

Tidak ada yang berubah sedikit pun di rumah ini. Semua-nya masih tertata sempurna nan rapih di tempat-nya masing-masing.

"Kau ingat tempat ini Njun?" Tanya Jaehyun.

Tentu saja Renjun ingat! Bagaimana dirinya lupa tempat yang sangat berarti untuk hubungan mereka berdua?

Tempat di mana Renjun selalu menghabiskan waktu-nya dengan Jaehyun, setiap libur sekolah, atau liburan panjang tiba.

Rumah yang sengaja Jaehyun beli untuk diri-nya dan juga Renjun, agar mereka bisa menghabiskan waktu bersama.

Rumah yang selalu Renjun impikan. Rumah yang sederhana tapi nyaman, dan jauh dari keramaian kota Seoul.

Di rumah ini banyak sekali kenangan mereka. Foto-foto yang terpajang di dinding rumah ini. Foto yang selalu mereka ambil di segala kegiatan. Mereka memang sengaja mengambil foto sebagai kenang-kenangan, agar mereka bisa menunjukkan foto ini di pernikahan-nya nanti. Perjalanan awal kisah cinta antara Renjun dan Jeno, sampai ke jenjang pernikahan.

Tapi naas-nya semua itu hanyalah angan. Karena nyata-nya hubungan mereka sudah berakhir. Dan kenangan ini? Hanya akan menjadi kenangan untuk selama-nya, tanpa adanya pameran di hari pernikahan mereka.

Melihat Renjun yang diam saja, Jaehyun langsung menghampiri Renjun. Di dudukkan-lah Renjun di sofa, di ikuti diri-nya yang duduk di samping Renjun.

"Renjun, kau ingat tentang rumah ini?" Tanya Jaehyun sekali lagi.

"Iya, aku ingat."

(NOT) EX-LOVER "JAEREN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang